Share

Bab 6

Ares menelan ludahnya, nafasnya terasa tercekat. Sepertinya rencananya batal untuk menunda karena nafs*nya seperti sudah sampai di ubun-ubun. Ia bangkit dari tempat tidur menghampiri Clara dan langsung menyambar bibirnya secara rakus.

Clara ingin memberontak tapi tenaganya tak seberapa untuk melawan Ares. Ia tidak bisa menyingkirkan pria itu dari hadapannya.

"Kamu pantas menyandang nama wanita penghibur terbaik karena kamu memang sangat menggoda." Ares berbicara setelah melepas pagutan bibirnya.

Clara tersinggung saat Ares mengatakan seolah ia wanita penggoda. Padahal ia tidak pernah menggoda siapapun. Ia hanya menghibur, menemani pelanggan minum bukan hal lainnya.

Tak sabaran Ares langsung membawa Clara ke arah ranjang. Ia menatap tepat di mata Clara. " Kamu sangat cantik," ucapnya tanpa sadar memuji Clara.

"Bisa Anda berjanji padaku?" Clara balas menatap Ares. Ia seperti tidak punya pilihan lain selain menyerah saat ini.

"Sebutkan."

"Berjanjilah dulu."

"Ya, aku berjanji." Ares menciumi leher Clara. Meski sebenarnya ia ingin langsung ke inti. Namum, rasanya itu terlalu terburu-buru, ia ingin menikmati setiap jengkal tubuh Clara terlebih dahulu.

"Nikahi saya."

Mendengar ucapan Clara, Ares langsung menghentikan kegiatannya dan kembali menatap Clara seolah ia baru saja salah dengar.

"Apa kamu gila?aku tidak mungkin menikahimu. Aku sudah punya istri dan dia seorang wanita terpandang, sedangkan kamu?" Ares menaikkan sebelah alisnya seolah meremehkan Clara yang ia anggap bermimpi terlalu tinggi. Wanita sepertinya tidak layak dinikahi oleh pria terhormat sepertinya.

"Kalau begitu saya tidak mau." Clara berusaha bangkit dan mendorong Ares menjauh darinya.

"Kamu tidak punya pilihan atau pun menolak." Ares mencengkeram tangan Clara kuat-kuat. Ia tidak bisa di tolak seperti ini. Apalagi oleh wanita seperti Clara.

"Saya punya hak. Jika pun saya hamil nanti, saya ingin dia menjadi anak yang sah dan tentu saja namaku yang berhak menjadi ibunya." Clara berucap tegas. Ia tidak ingin mendapatkan perlakuan tak adil karena ia merasa punya hak yang sama sebagai manusia.

Ares terdiam. Clara memang mempunyai hak itu tapi bagaimana dengan Mily?

"Kalau Anda tidak sanggup, carilah wanita lain yang mau membuang anaknya atau wanita kejam yang mau suka rela menjual darah dagingnya tanpa perlu di akui."

"Baiklah aku akan menikahimu tapi jangan harapkan aku akan membuat pesta meriah untukmu dan kamu juga harus sadar diri, pernikahan yang akan kita lakukan rahasia."

Ares akhirnya menyerah, ia bersedia menikahi Clara tapi ia tidak ingin pernikahannya itu diketahui oleh orang lain.

"Hai Tuan, saya tidak perlu kemewahan yang saya inginkan supaya anak saya di akui sah oleh agama dan juga negara."

"Ck.... wanita sepertimu tahu apa tentang agama." Ares mencemooh Clara. Rasanya sangat menggelikan, wanita penghibur berbicara tentang agama.

"Jangan pernah memandang rendah orang lain tanpa tahu apa yang terjadi."

Ares hanya tersenyum tipis tak ingin mendebat Clara yang menurutnya pandai bicara dan berakting. Ia lebih memilih mengalihkan pandangannya pada tubuh mulus Clara. "Lakukan tugasmu dengan baik." Perlahan ia menarik handuk yang membalut tubuh Clara kemudian melemparkannya asal.

Beberapa kali Ares mengagumi tubuh indah Clara saat melihatnya secara jelas seperti saat ini. Ia benar-benar di buat gila oleh seorang Clara.

Sentuhan demi sentuhan ia layangkan untuk menikmati setiap inci tubuh Clara. Ia tak ingin melewatkan barang sedikit pun keindahan yang sedang ia nikmati.

Rona merah di pipi Clara membuat wajahnya semakin cantik. Ares semakin gemas, ia melahap bibir Clara rakus dan tidak hanya itu, tangannya tak berhenti bermain-main di seluruh tubuh Clara.

"Aku tak tahan lagi," bisik Ares serak sembari melepas seluruh pakaiannya.

Wajah Clara semakin merah padam melihat milik Ares sudah berdiri tegak.

"Tingkah kamu seperti perawan saja." Ares tak habis pikir, tingkah laku Clara seperti wanita yang baru pertama kali akan melakukan hubungan dengan lawan jenis.

Clara sudah tidak mampu berkata-kata apalagi harus membalas ucapan Ares. Ia hanya memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ares memposisikan diri untuk memulai aksinya. Ia melihat Clara beberapa kali meringis menahan sakit saat ia mencoba masuk. Ia semakin heran karena merasa kesusahan untuk menerobos masuk. Bukankah sehingga ia mudah untuk melakukannya mengingat Clara sering melakukannya dengan pria-pria yang datang ke tempat hiburan malam itu.

Setelah mencoba beberapa kali, akhirnya Ares berhasil menerobos milik Clara dan saat itu juga Clara menjerit dan menangis.

"Kamu masih perawan?" Ares tak kalah terkejutnya seolah tak percaya.

Clara hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ok tenanglah, rileks." Ares sengaja tidak langsung bergerak supaya Clara bisa menyesuaikan diri terlebih dahulu. Tak lupa ia juga memberikan sentuhan supaya Clara melupakan rasa sakitnya dan cara itu berhasil, Clara sudah terlihat rileks. "Aku akan memulainya pelan-pelan dan jangan lupa sebut namaku Ares." Ia mulai bergerak setelah mengucapkan itu.

Dalam hati Ares merasa senang karena ia pria pertama untuk Clara tapi ada juga terselip perasaan bersalah di hatinya karena sudah menghina Clara dan memandang rendah Clara sejak awal pertemuan mereka.

Setelah beberapa lama, akhirnya mereka sampai pada puncaknya. Clara merasa sangat lemas dan ingin segera memejamkan matanya yang juga terasa berat.

"Maaf." Ares berucap sangat pelan sambil memandangi Clara yang saat ini terpejam. Entah kesakitan atau kelelahan dan mengantuk.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status