Merenung selama seharian di dalam kamarnya. Fitri pun mulai menemukan sisi dari dirinya yang selama ini memang sudah berlebihan. Di mana Fitri memang menjadi seorang gadis agresif yang seharusnya tidak di lakukan. Tetapi Fitri melakukan semua itu demi mendapatkan apa yang di inginkan oleh dirinya. Padahal dengan cara itu, Fitri sama sekali tidak mendapatkan apa yang di inginkan olehnya. Sebaliknya, dia justru malah mendapatkan banyak pertentangan dari orang lain. Sehingga perubahan di rasa harus di lakukan oleh Fitri. Sehingga ia akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Fitri tidak merubah penampilan dari dirinya yang terlihat sedikit simpel. Hanya saja, mungkin dia akan merubah sikapnya yang selama ini kurang baik. Etika Fitri harus segera di perbaiki. Sehingga ia akan terlihat baik di hadapan seorang Fachri. Itu yang harus di lakukan oleh Fitri saat ini. Fitri langsung mempraktekkan apa yang coba di rubah dari dirinya. Dia mendatangi bi Sanih dengan suara yang cukup lembut. Menanya
Cahaya jingga sudah terlihat menutupi sebagian langit. Pertanda matahari akan segera terbenam di ufuk barat. Momen yang tidak boleh di lupakan oleh semua orang. Beberapa orang mulai menyalakan handphone mereka. Mencoba merekam apa yang terjadi saat ini. Pancaran sinar matahari benar-benar terlihat begitu meredup. Mulai kalah dengan gelap yang membungkus bumi. Tugas matahari yang sudah selesai di hari ini. Orang-orang mulai bersorak saat momen matahari terbenam dengan begitu indahnya. Pengalaman yang jarang di rasakan oleh sebagian orang. Sehingga mereka terlihat begitu gembira bisa melihat matahari yang perlahan pergi tenggelam di makan gelap malam yang datang. Dini pun tidak ingin melewatkan momen yang cantik di hadapannya. Dia segera mengambil handphone, sebelum menyalakan kamera di handphone miliknya tersebut. Pengalaman yang tidak akan pernah bisa Dini lupakan. Sama sekali, ini adalah pengalaman yang cukup berkesan bagi seorang Dini melihat matahari terbenam di ufuk barat denga
Hampir sudah mencoba beberapa kali. Tetapi mesin printer miliknya masih tidak berfungsi dengan baik. Padahal Khadijah harus segera memprint beberapa lembar dokumen penting. Dia pun segera menuju ruang guru. Menggunakan mesin printer yang ada di ruangan tersebut. Sial bagi Khadijah, semua mesin printer di ruangan itu. Sama-sama mengalami kerusakan. Tentu saja itu cukup membuat kesabaran dari Khadijah sedikit teruji. Mengingat Khadijah yang harus segera melakukan print terhadap dokumen yang ada. Khadijah terdiam sejenak. Menenangkan dirinya yang mulai emosi dengan kejadian di hari ini. Mesin printer yang tiba-tiba harus rusak secara bersamaan. Sama sekali ini adalah momen yang paling di benci oleh Khadijah tentunya. "Kenapa mesin printer ini pada rusak. Padahal lagi aku butuhkan. Mau tidak mau, aku harus pergi ke tukang fhoto copy. Sehingga aku bisa segera memprint seluruh dokumen penting ini," ujar Khadijah. Khadijah segera membawa flashdisk kecil miliknya. Menyimpan alat mungil it
Tiba di depan gapura pondok pesantren. Perasaan canggung langsung di rasakan oleh Dini saat melihat Gus Fiment. Apalagi Dini saat ini sedang bersama dengan Fachri. Tentu ada sedikit rasa canggung yang di rasakan oleh Dini saat bertemu dengan Gus Fiment. Dini tidak berani melihat wajah Gus Fiment. Ia hanya menunduk saat berpapasan dengan Gus Fiment. Padahal Gus Fiment berada di hadapannya. "Habis dari mana kalian?" Tanya Gus Fiment pada Fachri dan Dini. "Kami habis melihat sunset di pantai Abi. Tadi itu pengalaman yang cukup seru. Apalagi Dini pertama kali lihat sunset. Jadi itu cukup berharga untuk dia bisa menyaksikan sunset dengan pemandangan yang ada," jawab Fachri dengan wajah sumringah. "Wih seru banget itu pasti," ujar Gus Fiment. "Abi sendiri mau ke mana sekarang?" Tanya Fachri. "Abi mau pergi ke tukang photo copy. Abi mau menyusul Khadijah. Tadi flashdisk dia ketinggalan satu. Abi mau mengantarkan flashdisk ini ke dia," jawab Gus Fiment. Gus Fiment segera pergi dari had
Penjaga photo copy langsung menghampiri Gus Fiment. Dia segera memberitahu pada Gus Fiment akan Khadijah yang di bawa oleh dua orang penjahat. Tentu saja Gus Fiment khawatir saat tahu kabar dari penjaga photo copy tersebut. Dia pun terlihat gelisah dengan kondisi dari adiknya. "Bagaimana itu bisa terjadi? Tanya Gus Fiment. "Dua orang itu membawa Khadijah pergi dengan mobilnya. Dia menodongkan senjata tajam pada kami. Lalu membawa Khadijah ke dalam mobilnya," jawab penjaga photo copy. Retak jantung Gus Fiment mendengar kabar Khadijah yang di bawa oleh kedua penjahat tersebut. Dia merasa itu cukup pilu untuk di dengar. Tetapi itu kenyataan yang harus di terima oleh dirinya. Namun Gus Fiment harus berusaha tetap tenang, dia harus segera menemukan keberadaan dari Khadijah. "Kemana mobil itu pergi?" Tanya Gus Fiment. "Ke arah sana. Sepertinya mereka membawa Khadijah ke arah hutan," jawab penjaga photo copy. Gus Fiment dengan motornya segera menuju ke arah hutan. Tempat di mana Khadij
Gus Fiment pun hanya mendapatkan sebuah rasa kecewa, tak kala ia tidak berhasil mengejar mobil yang membawa Khadijah. Ia merasa gagal menjadi seorang kakak yang baik untuk Khadijah. Sehingga ada rasa bersalah yang cukup besar yang menghinggapi dirinya. Dia menghentikan laju motornya tepat di depan pon tempat warga berkumpul. Air matanya mulai menetes dengan begitu derasnya. Membayangkan hal buruk yang mungkin akan terjadi pada Khadijah. Ini benar-benar hal yang tidak pernah bisa di duga oleh dirinya. Bagaimana ia akan kehilangan Khadijah dengan begitu mudahnya. Selain merasa kecewa dengan apa yang terjadi pada dirinya. Gus Fiment pun tengah dalam dilema yang cukup besar. Ia merasa akan sedikit kurang beruntung saat dirinya tidak mendapatkan ruang yang cukup untuk bisa menemukan adiknya. Dia tidak bisa melapor ke pihak berwajib. Mengingat Khadijah belum hilang selama seharian penuh. Sehingga perlu waktu esok hari untuk melaporkan kehilangan Khadijah pada pihak berwajib. Di sisi lain
Gus Fiment akhirnya pulang ke pondok pesantren. Wajahnya begitu kusut dengan kenyataan yang harus di terima oleh dirinya. Gus Fiment benar-benar merasa begitu bersedih dengan apa yang terjadi. Mengingat ada kabar buruk yang harus di beritakan pada semua orang di pondok pesantren saat ini. Dia menyimpan motornya terlebih dahulu, sebelum membersihkan tubuhnya yang basah oleh gerimis yang mengguyurnya. Ini nampak seperti hal yang tidak pernah bisa di bayangkan oleh Gus Fiment. Sehingga cukup membuat dirinya merasa bersedih dengan kenyataan yang ada. Dia segera mengambil air wudhu, segera menuntaskan shalat isya. Terlihat sedikit tenang, sebelum air matanya kembali menetes sesuai shalat isya. Dia berdoa untuk Khadijah, itu yang membuat Gus Fiment begitu merasa pilu dengan apa yang terjadi saat ini. Sehingga ia hanya bisa terdiam dengan segala kemungkinan yang ada untuknya. Seorang santri mendekat ke arah Gus Fiment. Dia mendengar suara tangisan dari Gus Fiment. Mencoba menenangkan Gus
Sebuah pengumuman langsung di sampaikan oleh kiayi Musthofa. Di mana ia meminta pada seluruh santri dan santriwati untuk bergegas ke hutan mencari keberadaan dari Khadijah. Tentu ini adalah waktu yang tepat untuk mencari Khadijah. Mengingat kedua penjahat itu masih belum jauh membawa Khadijah ke hutan. Beberapa santri segera membuat grup untuk mencari Khadijah. Mereka harus membentuk grup untuk memudahkan dalam pencarian Khadijah. Mereka sadar, jika tidak dengan cara itu. Maka kecil kemungkinan bagi Khadijah untuk bisa di temukan. Sehingga mereka pun membentuk kelompok untuk bisa menemukan Khadijah. Beberapa kelompok sudah terbentuk, mereka pun segera meminta arahan dari Gus Fiment untuk mencari keberadaan dari Khadijah. Tentu Gus Fiment lebih tahu keberadaan dari Khadijah. Sekali pun, dia juga tidak tahu lokasi tepatnya. Tetapi Gus Fiment tahu arah dari mobil yang membawa Khadijah. "Kami siap mencari keberadaan dari Ustadzah Khadijah. Jika berkenan, Gus Fiment mungkin bisa memberi