Tiba di depan gapura pondok pesantren. Perasaan canggung langsung di rasakan oleh Dini saat melihat Gus Fiment. Apalagi Dini saat ini sedang bersama dengan Fachri. Tentu ada sedikit rasa canggung yang di rasakan oleh Dini saat bertemu dengan Gus Fiment. Dini tidak berani melihat wajah Gus Fiment. Ia hanya menunduk saat berpapasan dengan Gus Fiment. Padahal Gus Fiment berada di hadapannya. "Habis dari mana kalian?" Tanya Gus Fiment pada Fachri dan Dini. "Kami habis melihat sunset di pantai Abi. Tadi itu pengalaman yang cukup seru. Apalagi Dini pertama kali lihat sunset. Jadi itu cukup berharga untuk dia bisa menyaksikan sunset dengan pemandangan yang ada," jawab Fachri dengan wajah sumringah. "Wih seru banget itu pasti," ujar Gus Fiment. "Abi sendiri mau ke mana sekarang?" Tanya Fachri. "Abi mau pergi ke tukang photo copy. Abi mau menyusul Khadijah. Tadi flashdisk dia ketinggalan satu. Abi mau mengantarkan flashdisk ini ke dia," jawab Gus Fiment. Gus Fiment segera pergi dari had
Penjaga photo copy langsung menghampiri Gus Fiment. Dia segera memberitahu pada Gus Fiment akan Khadijah yang di bawa oleh dua orang penjahat. Tentu saja Gus Fiment khawatir saat tahu kabar dari penjaga photo copy tersebut. Dia pun terlihat gelisah dengan kondisi dari adiknya. "Bagaimana itu bisa terjadi? Tanya Gus Fiment. "Dua orang itu membawa Khadijah pergi dengan mobilnya. Dia menodongkan senjata tajam pada kami. Lalu membawa Khadijah ke dalam mobilnya," jawab penjaga photo copy. Retak jantung Gus Fiment mendengar kabar Khadijah yang di bawa oleh kedua penjahat tersebut. Dia merasa itu cukup pilu untuk di dengar. Tetapi itu kenyataan yang harus di terima oleh dirinya. Namun Gus Fiment harus berusaha tetap tenang, dia harus segera menemukan keberadaan dari Khadijah. "Kemana mobil itu pergi?" Tanya Gus Fiment. "Ke arah sana. Sepertinya mereka membawa Khadijah ke arah hutan," jawab penjaga photo copy. Gus Fiment dengan motornya segera menuju ke arah hutan. Tempat di mana Khadij
Gus Fiment pun hanya mendapatkan sebuah rasa kecewa, tak kala ia tidak berhasil mengejar mobil yang membawa Khadijah. Ia merasa gagal menjadi seorang kakak yang baik untuk Khadijah. Sehingga ada rasa bersalah yang cukup besar yang menghinggapi dirinya. Dia menghentikan laju motornya tepat di depan pon tempat warga berkumpul. Air matanya mulai menetes dengan begitu derasnya. Membayangkan hal buruk yang mungkin akan terjadi pada Khadijah. Ini benar-benar hal yang tidak pernah bisa di duga oleh dirinya. Bagaimana ia akan kehilangan Khadijah dengan begitu mudahnya. Selain merasa kecewa dengan apa yang terjadi pada dirinya. Gus Fiment pun tengah dalam dilema yang cukup besar. Ia merasa akan sedikit kurang beruntung saat dirinya tidak mendapatkan ruang yang cukup untuk bisa menemukan adiknya. Dia tidak bisa melapor ke pihak berwajib. Mengingat Khadijah belum hilang selama seharian penuh. Sehingga perlu waktu esok hari untuk melaporkan kehilangan Khadijah pada pihak berwajib. Di sisi lain
Gus Fiment akhirnya pulang ke pondok pesantren. Wajahnya begitu kusut dengan kenyataan yang harus di terima oleh dirinya. Gus Fiment benar-benar merasa begitu bersedih dengan apa yang terjadi. Mengingat ada kabar buruk yang harus di beritakan pada semua orang di pondok pesantren saat ini. Dia menyimpan motornya terlebih dahulu, sebelum membersihkan tubuhnya yang basah oleh gerimis yang mengguyurnya. Ini nampak seperti hal yang tidak pernah bisa di bayangkan oleh Gus Fiment. Sehingga cukup membuat dirinya merasa bersedih dengan kenyataan yang ada. Dia segera mengambil air wudhu, segera menuntaskan shalat isya. Terlihat sedikit tenang, sebelum air matanya kembali menetes sesuai shalat isya. Dia berdoa untuk Khadijah, itu yang membuat Gus Fiment begitu merasa pilu dengan apa yang terjadi saat ini. Sehingga ia hanya bisa terdiam dengan segala kemungkinan yang ada untuknya. Seorang santri mendekat ke arah Gus Fiment. Dia mendengar suara tangisan dari Gus Fiment. Mencoba menenangkan Gus
Sebuah pengumuman langsung di sampaikan oleh kiayi Musthofa. Di mana ia meminta pada seluruh santri dan santriwati untuk bergegas ke hutan mencari keberadaan dari Khadijah. Tentu ini adalah waktu yang tepat untuk mencari Khadijah. Mengingat kedua penjahat itu masih belum jauh membawa Khadijah ke hutan. Beberapa santri segera membuat grup untuk mencari Khadijah. Mereka harus membentuk grup untuk memudahkan dalam pencarian Khadijah. Mereka sadar, jika tidak dengan cara itu. Maka kecil kemungkinan bagi Khadijah untuk bisa di temukan. Sehingga mereka pun membentuk kelompok untuk bisa menemukan Khadijah. Beberapa kelompok sudah terbentuk, mereka pun segera meminta arahan dari Gus Fiment untuk mencari keberadaan dari Khadijah. Tentu Gus Fiment lebih tahu keberadaan dari Khadijah. Sekali pun, dia juga tidak tahu lokasi tepatnya. Tetapi Gus Fiment tahu arah dari mobil yang membawa Khadijah. "Kami siap mencari keberadaan dari Ustadzah Khadijah. Jika berkenan, Gus Fiment mungkin bisa memberi
Gus Fatur terlihat panik saat masuk ke dalam ruang perawatan dari kiayi Musthofa. Wajahnya tiba-tiba panik melihat kondisi dari kiayi Musthofa yang terbaring lemas di atas ranjang perawatan. Gus Fatur seolah iba dengan apa yang terjadi pada kiayi Musthofa. "Apa yang terjadi pada Abi? tanya Gus Fatur dengan raut wajah bersedih. "Mbah tadi kaget. Saat Paman Firman mengatakan jika Bibi Khadijah di culik," jawab Fatimah dengan raut wajah sedih. "Apa! Khadijah di culik. Siapa yang melakukan itu semua?" Gus Fatur semakin terlihat panik. "Tidak tahu Abi. Jika kita tahu, sudah pasti kita akan mendatanginya. Bibi di bawa oleh dua orang penjahat ke arah hutan lindung. Entah apa motif dari mereka berdua. Sehingga tega melakukan semua itu pada Bibi," ucap Fatimah semakin bersedih. "Astaghfirullah, semoga Khadijah baik-baik saja. Abi berharap tidak akan ada hal buruk yang akan datang pada Khadijah. Semoga Allah selalu melindungi Khadijah," ucap Gus Fatur dengan raut wajah kaget. Kiayi Mustho
Di gerakkan oleh salah seorang pengajar perempuan bernama Gadis. Dia pun mengajak seluruh santri yang ada di pondok pesantren untuk berdoa akan keselamatan pada Khadijah. Beberapa surat di Al-Qur'an pun di baca oleh santri secara bersamaan di lapangan pondok pesantren.Beberapa santri langsung antusias berdatangan ke lapangan untuk melakukan acara doa bersama. Begitu juga para pengajar yang tinggal di sekitar pondok pesantren. Mereka juga turun begitu gembira untuk melakukan doa bersama dalam keselamatan dari Khadijah. Mereka berharap Khadijah akan segera di temukan. Terhindar dari banyak hal buruk yang mungkin akan terjadi pada dirinya.Di saat semua orang di pondok mulai datang ke lapangan. Hal berbeda justru terjadi pada Umi Salamah. Dia sama sekali tidak mau untuk datang ke lapangan. Umi Salamah yang merasa Khadijah adalah orang yang selalu menghalangi Umi Salamah dalam mendapatkan Gus Fiment. Merasa tidak harus untuk ikut dalam acara tersebut. Apalagi Umi Salamah justru senang de
Gus Fiment nampak begitu berani saat sudah berada di pintu masuk hutan lindung. Tidak ada rasa takut yang datang pada dirinya. Berbekal lampu senter di tangan kanannya. Gus Fiment dengan mengucapkan bismillah, mulai masuk ke dalam kawasan hutan lindung.Sebaliknya, Dini justru mulai ragu untuk masuk ke dalam kawasan hutan lindung. Apalagi saat Dini mendengar suara tangisan seorang perempuan. Secara tiba-tiba buku kuduk Dini berdiri. Suara itu semakin jelas terdengar oleh Dini. Itu cukup membuat Dini ketakutan, mengingat suara tangisan itu terdengar semakin nyaring di telinganya.Melihat Dini yang ketakutan, Gus Fiment pun langsung menggoda Dini. Dia sengaja membuat Dini sedikit kesal, sehingga Dini akan segera bergabung dengan dirinya untuk masuk ke dalam kawasan hutan lindung. Membuang semua rasa takut yang ada di dalam pikirannya saat ini."Kamu takut?" tanya Gus Fiment.Dini terdiam dengan wajah penuh ketakutan."Saya sudah bilang. Kamu tidak mungkin berani untuk masuk ke area huta