Semua orang terlihat begitu gembira. Saat melihat kedatangan dari Gus Fiment. Melihat sorban yang ada di kepala Gus Fiment. Membuat beberapa jemaah mulai panas dingin. Terutama para santri yang baru pubertas. Mereka melihat seperti sosok seorang pangeran yang begitu di idolakan. Gus Fiment mulai mempersiapkan materi yang akan di bawakan di siang hari ini. Materi tentang hijrah, menjadi materi yang sudah di tunggu oleh semua orang. Dini datang sedikit terlambat, dia baru masuk madrasah saat Gus Fiment sudah hampir memulai acara kajian. Dini dengan pakaian yang begitu cantik. Sudah tidak sabar untuk mendengarkan setiap nasehat yang akan di berikan oleh Gus Fiment pada semua jemaah yang hadir. "Assalamualaikum Gus. Maaf saya telat," ucap Dini dengan wajah sumringah. "Wallaikumsallam. Tidak apa. Acaranya belum di mulai juga. Jadi silakan duduk," jawab Gus Fiment dengan begitu lembut. Hati Dini terasa begitu meleleh saat mendengar suara dari Gus Fiment. Dini benar-benar mengidolakan G
Dua preman yang sudah di siapkan oleh Gus Fatur. Siap menjalankan rencana dari Gus Fatur dengan baik. Mereka sudah menganalisa pesantren dengan begitu baiknya. Ini adalah cara yang cukup baik. Sehingga mereka siap melakukan tindakan yang akan membuat Gus Fiment ketakutan dengan apa yang akan di lakukan olehnya. Hujan turun deras, di mana aktivitas pesantren terlihat sepi. Para santri lebih memilih untuk berdiam diri di dalam kamar masing-masing. Menunggu waktu magrib datang menjemput. Di balik pohon mangga besar, dua preman sudah siap dengan strategi yang akan di lakukan pada Gus Fiment. Di mana strategi itu siap membuat Gus Fiment kecelakaan. Sehingga rencana dari Gus Fatur bisa di eksekusi dengan baik oleh kedua preman tersebut. Menggunakan nomor telepon acak, salah satu dari preman itu mulai menghubungi Gus Fiment. Dengan modus meminta tolong pada Gus Fiment. Preman itu sukses meyakinkan Gus Fiment akan kebohongan yang sudah di buat. Gus Fiment yang percaya dengan omongan dari p
Melihat Gus Fiment yang hanya memar saja, tentu itu menjadi sebuah hal yang buruk bagi Gus Fatur. Dia berharap Gus Fiment akan mengalami luka. Sehingga itu akan menjadi pelajaran berat bagi Gus Fiment yang menolak proyek pembangunan vila. Gus Fatur yang berpura-pura seakan tidak tahu apa-apa. Terlihat santai saat melihat kondisi Gus Fiment di ruangan UKS. Dia layaknya orang yang tidak tahu apa-apa, masuk ke dalam ruangan. Berbincang sedikit dengan Gus Fiment dan Fatimah yang berada di ruangan UKS. "Siapa yang sudah memukuli kamu?" tanya Gus Fatur tiba-tiba. "Tidak tahu Mas. Tapi aku lihat muka orang itu. Mereka berbadan besar. Sepertinya mereka preman bayaran. Mereka sengaja di perintahkan untuk memukuli aku," jawab Gus Fiment. "Apa mungkin Mas Fatur kenal dengan kedua preman itu. Siapa tahu Mas Fatur kenal dengan keduanya," ucap Fatimah dengan sedikit menyindir. "Apa maksud kamu? Kenapa kamu berbicara seperti itu. Kamu menuduh aku melakukan itu! hah," ucap Gus Fatur menarik tang
Gus Fiment terlihat merasa kurang nyaman, saat seorang pria berbadan besar mulai menguntit dirinya. Pria dewasa dengan kaos berwarna putih dengan otot yang besar. Terlihat sedari tadi mengikuti setiap pergerakan dari Gus Fiment. Perlahan namun pasti, Gus Fiment mulai merasa risih dengan keberadaan dari pria tersebut. Sengaja menjebak pria itu. Bodyguard itu pun tidak bisa berkata-kata lagi saat Gus Fiment mulai menjebak dirinya. Dengan tatapan tajam, Gus Fiment mulai melakukan interogasi terhadap pria tersebut. Pria itu sedikit kaku saat mendapatkan pertanyaan dari Gus Fiment. Terlebih Gus Fiment menatap wajah pria itu dengan tatapan yang begitu tajam. Mengingat Gus Fiment yang tidak nyaman saat pria itu terus mengikuti dirinya."Mau apa kamu mengikuti saya dari tadi?" tanya Gus Fiment dengan wajah penasaran. Bodyguard sewaan itu terlihat bingung untuk menjelaskan pada Gus Fiment, jika dia di sewa oleh oleh Dini untuk melindungi Gus Fiment. "Ayo katakan. Sebenarnya kamu mau apa?" t
Satu tiket parkir sudah di pegang oleh Fachri. Tiket parkir itu sepertinya menjadi tiket yang cukup berharga bagi seorang Fachri. Mengingat tidak semua orang bisa mendapatkan tiket itu. Sebuah tiket yang cukup berharga bagi Fachri dalam mendapatkan tempat untuk bisa melihat keseruan yang akan terjadi di pasar malam. Tetapi malam ini, Fachri tidak memiliki teman untuk pergi ke sana. Tidak mungkin dia akan pergi sendiri saja ke pasar malam. Tempat di mana banyak orang datang dengan pasangannya masing-masing. Bisa juga dengan sanak famili yang memang sudah berharap bisa mendapatkan kebahagiaan saat berada di sana.Fachri mendatangi Fatimah, di mana ia ingin meminta saran dari Fatimah. Mungkin saja Fatimah akan bisa memberikan saran yang cukup baik pada Fachri. Atau bisa juga, Fatimah menjadi orang yang akan di pilih oleh Fachri dalam pergi ke pasar malam nantinya. Fatimah terlihat antusias saat Fachri menunjukkan karcis parkir yang ada di tangan kanannya. Fatimah pikir dengan tiket itu
Sore adalah waktu yang paling tepat bagi seorang Dini untuk menikmati lezatnya kue putu. Biasanya Dini sering menemukan tukang putu yang melintas di depan pondok pesantren. Tidak heran, Dini segera bergegas keluar dari dalam kamarnya. Dia ingin segera menemui tukang putu yang kemungkinan akan segera melintas di depan pondok pesantren. Baru turun dari tangga, Dini langsung di kejutkan dengan suara merdu seseorang yang sedang mengaji. Dia tidak tahu surat apa yang sedang di baca oleh orang tersebut. Tetapi Dini merasa tenang saat mendengar lantunan ayat suci Alquran tersebut. Tidak heran, Dini segera mencari keberadaan dari orang yang sedang mengaji tersebut. Beberapa ruangan di lewati oleh Dini dengan baik. Sampai akhirnya dia menemukan keberadaan dari suara tersebut. Suara indah itu, ternyata muncul dari ruang kerja Gus Fiment. Tidak salah, Dini memperkirakan suara merdu nan cantik itu, merupakan suara Gus Fiment ketika sedang mengaji. Dini mengintip dari celah pintu yang terbuka.
Fachri masih cukup malu bisa pergi dengan Dini. Ia merasa tidak pantas untuk bersama dengan Dini. Usia dia baru 20 tahun, sementara Dini sudah menginjak 24 tahun. Perbedaan usia di antara keduanya, menjadi sebuah hal yang cukup asing di kalangan pesantren. Tetapi Fachri tidak ingin terburu-buru dalam menyikapi hubungan dirinya dengan Dini. Ia ingin semua berjalan dengan baik. Sekali pun ada harapan dari dirinya untuk bisa bersama dengan Dini.Fachri sudah rapi dengan pakaian santai yang terlihat begitu rapi. Di mana Fachri mengenakan kaos yang di lapisi dengan jaket kulit. Rambutnya juga terlihat begitu klimis. Di tambah sepatu yang begitu berwarna. Celana jeans berwarna hitam. Semakin menambah kesan ciamik yang di tunjukkan oleh Fachri. Dia sudah siap pergi bersama dengan Dini ke pasar malam.Penampilan dari Fachri langsung menghipnotis beberapa santriwati. Mereka terlihat terpesona dengan penampilan dari Fachri. Tidak biasanya Fachri berpakaian seperti itu. Sehingga sedikit asing ba
Pak Akbar nampak terlihat canggung berdiri di depan ruang kerja dari Gus Fiment. Secarik kertas berada di tangan kanannya. Secarik kertas berisi pengunduran diri, siap di berikan oleh pak Akbar pada Gus Fiment. Ada tawaran menarik di kota untuk pak Akbar. Sehingga dia harus segera pergi ke kota. Memilih bekerja di kota dengan profesi yang sama.Pak Akbar selama ini di kenal sebagai seorang guru bahasa Inggris yang begitu piawai. Banyak murid yang senang dengan cara pak Akbar dalam mengajar. Sehingga mereka akan merasa kehilangan saat pak Akbar memutuskan untuk mengundurkan diri. Mengingat banyak siswa yang begitu suka dengan cara pak Akbar mengajar.Umi Salamah terlihat menuntun pak Akbar masuk ke dalam ruang kerja Gus Fiment. Mengantarkan pak Akbat pada sosok yang begitu di kagumi olehnya. Pak Akbar hanya bisa menunduk saat masuk ke dalam ruang kerja Gus Fiment. Dia tidak mampu menatap wajah Gus Fiment yang sebenarnya mendukung penuh keputusan dari pak Akbar untuk pergi ke kota. Meng