Reynold tidak beralih dari tempat persembunyiannya saat ini. Pemuda itu memutuskan untuk tetap mengawasi gerak-gerik kedua wanita itu karena ia sangat ingin tahu akan hal apa yang akan mereka berdua lakukan selanjutnya."Hm, jika kutahu apa yang sedang Karen dan wanita itu lakukan, mungkin Aku bisa tahu tentang kasus apa yang sedang Ayah tangani," pikir Reynold yang teringat akan hal yang selalu menjadi tanda tanya baginya belakangan ini.Pandangannya sekarang kembali terfokus pada aktivitas kedua orang di hadapannya itu.Tampak mereka berdua melempar pria yang mereka tangkap itu ke hadapan orang yang berada di dalam mobil yang pintu belakangnya terbuka."Ikat bajingan itu, dan masukkan dia ke dalam bagasi!" terdengar suara dari dalam mobil yang sepertinya adalah bos dari kedua wanita itu."Baik!" tegas kedua wanita itu, lalu setelah itu langsung melaksanakan apa yang diperintahkan seorang pria di dalam mobil."Cepatlah naik! Kita tak bisa berlama-lama di sini!" seru seseorang lagi yan
POV Wendy.Aku sebenarnya sangat kaget melihat sosok Reynold yang entah mengapa bisa tiba-tiba saja berada di belakang mobil kami tadi. Tetapi mengetahui bahwa sekarang aku sudah tidak melihatnya lagi, entah mengapa aku merasa sangat lega sekali."Hah~ Sepertinya keberadaannya tadi hanya kebetulan saja," pikirku sembari menghela napas.Mengetahui hal itu, aku langsung mengirim pesan pada Chris, melaporkan padanya bahwa Reynold sudah tidak berada di belakang mobil dan tak terlihat lagi.Ting!Tak berselang lama, Chris membalas pesan dariku."Baiklah, tapi bagaimana instingmu sekarang?" balasnya."Aku masih merasa ada yang tidak beres, jadi kupikir yang menjadi sumber keresahanku bukan dia," balasku, mengatakan apa yang kurasakan."Bagus, untunglah bocah itu tidak menambah masalah!" balasnya kembali.Setelah itu percakapan singkat kami pun berakhir dan kini aku kembali fokus pada apa yang membuatku merasa tidak enak hati selama ini.Di tengah keheningan di dalam mobil yang tengah dalam
Panas sekali di sini. Mobil musuh yang terbakar di tengah siang hari itu lah penyebabnya. Aku mendekat pada sumber api untuk memastikan apakah ada musuh yang masih selamat atau tidak. Namun, sayangnya aku tidak menemukan satu orang pun yang selamat, dan jika kulihat dari luar, aku juga tidak melihat orang di dalam mobil yang sempat kudengar suaranya sebelum granat yang kulempar itu meledak. Meski karena ledakan granat itu seharusnya tubuhnya sudah tidak utuh lagi, tapi aku sedikit yakin bahwa orang itu berhasil keluar dari mobil karena aku tidak melihat apa pun yang tampak seperti potongan tubuh."Apakah dia berhasil melarikan diri dari mobil di detik-detik terakhir?" gumamku dengan pandanganku masih terus kuedarkan di sekiarku karena takutnya terjadi serangan dadakan terhadapku dari orang yang kuperkirakan berhasil selamat itu.SET!Benar saja, di tengah pencarianku itu, tiba-tiba seseorang menodongkan sebuah pisau ke leherku dari belakang."Well, well, sedang apa Kau manis?" ucap pr
Wendy yang penasaran dengan kertas catatan yang berada dalam genggamannya itu tanpa pikir panjang langsung membaca isinya dengan cermat."Jika Kau ingin tahu lebih banyak, temui Aku malam ini di cafe Hegendash yang tempatnya tak jauh dari tempatmu berada sekarang." Seperti itulah isi catatan yang ditulis oleh Reynold dalam kertas itu.Setelah membaca catatan itu, Wendy hanya mengerutkan keningnya karena ia sungguh tidak terpikirkan apa-apa mengenai siapa si penulis catatan yang ditujukan untuknya itu.Wanita itu menggenggam kembali kertas itu, lalu dengan sigap bangkit berdiri untuk mencari petunjuk mengenai orang yang sebenarnya secara tidak langsung sudah menolongnya itu. Namun sayangnya ia tidak menemukan siapa pun lagi, orang itu benar-benar tidak meninggalkan jejak apa pun."Keh! Siapa lagi sekarang yang sedang bermain-main denganku?!" rutuk Wendy dalam hati yang sejujurnya merasa kesal dengan ketidakmampuannya untuk menemukan orang misterius itu.CKIT!Sebuah mobil tiba-tiba ber
Malam sudah tiba, setelah Reynold mengantarkan 'paketnya' ke sebuah toko tembakau dekat kantor pos, ia langsung bergegas menuju ke cafe yang ia maksud dalam catatan kecil yang ia tinggalkan untuk Wendy.Kini ia berada di sebrang tempat itu. Dengan pakaian kasual dan mulutnya tertutup oleh masker yang dikenakannya, ia menunggu kemunculan Wendy yang sampai saat ini belum kunjung datang itu."Hm, dia belum datang juga ... Well, sepertinya Aku akan menunggu sepanjang malam ... salahku juga tidak menuliskan waktu dengan rinci," gumam pemuda itu sembari memandangi jam yang melingkar di tangannya."Aku harus bersabar, Aku yakin wanita itu pasti akan datang karena ia pasti sangat penasaran dengan maksud dari catatanku itu," sambungnya.Pemuda itu terus menunggu di tempat ia berada sekarang untuk memastikan kedatangan wanita itu dengan sabar.***Di sisi lain, wanita yang ditunggu oleh Reynold sebenarnya sudah berada di sekitar kafe itu. Dengan penyamarannya sederhana, Wendy yang mengenakan ke
POV Wendy.Setelah hari yang terasa sangat panjang kemarin, keesokan harinya meski sangat malas sekali aku pun berangkat ke kampus lagi.Kulangkahkan kaki dengan sangat berat sekali dan sejujurnya kedua mataku tidak bisa terbuka dengan sempurna karena aku merasa sangat mengantuk sekali. "Hoam ... Ini sangat melelahkan ... Biasanya aku bisa tahan untuk tidak tidur semalaman, tapi semenjak mendapat tugas ini membuatku merasa 10 kali lebih melelahkan dari pada tugas normalku yang biasanya," gumamku yang mulai meracau sembari berjalan menapaki tiap jalan menuju ke Universitas Lione, tempatku menuju saat ini.Aku tidak bisa berpikir, saat ini jika dilihat dari luar mungkin aku sudah tampak seperti mayat hidup yang berjalan dengan tatapan kosong, dan tidak memedulikan sekitarku.Aku terus berjalan, dan terus berjalan hingga akhirnya seseorang menepuk punggungku dengan sangat keras sehingga membuatku bisa tersadar sepenuhnya karena perasaan perih yang luar biasa dari tepukan keras itu."Akh!
"Hm? Tak tahu, coba Kau tanya saja pada pak Martin. Aku sebagai mahasiswi hanya melakukan apa yang dimintanya," jawabku dengan santainya.Gadis itu terdiam. Ia memandangku dengan datar sehingga aku pun tak bisa menebak apa yang sedang dipikirkannya dengan raut wajahnya yang ia tunjukkan padaku."Memangnya kenapa? Apakah itu aneh? Bukannya pak Martin memang selalu ramah pada semua orang dan tidak segan untuk meminta bantuan pada mahasiswanya?" tanyaku dengan heran karena raut wajahnya itu."Kau belum menceritakan mengenai apa yang Kau dan pak Martin bicarakan waktu itu? Bisakah Kau ceritakan dengan sedetail-detailnya?" Viona mengalihkan pertanyaanku itu.Kini giliran aku yang terdiam. Mendengar pertanyaannya membuatku harus berpikir keras mengenai jawabannya karena hal itu tidak bisa kukatakan padanya.***Pikiranku kembali pada sore itu, di mana saat itu Viona yang tampak kesal sudah pulang dan aku benar-benar ditinggal sendiri dengan Martin di depan kelasnya.Dia memang tampak serius
Mengingat aku akan langsung mengerjakan tugas dari DPA-ku itu, aku memberi tahu Martin lewat pesan singkat bahwa sepulang dari kampus, aku berencana untuk mencari tahu mengenai kado yang tepat untuk Viona sehingga mungkin aku tidak bisa menemuinya nanti. Pria itu mengerti dan akhirnya berkata untuk menemuinya sebentar sebelum pergi agar Viona tidak curiga jika tiba-tiba DPA kami itu tidak bisa ditemui setelah sebelumnya ia menyuruhku untuk menemuinya setelah jam perkuliahan terakhir. Sehingga akhirnya di sinilah kami sekarang, tengah berkeliling di sebuah mall besar di kota ini."Apa Kau sudah menemukan hal yang Kau cari?" tanya Viona ketika kami sedang menelusuri toko elektronik setelah kami menelusuri toko keperluan wanita dan toko manik-manik."Em, belum. Jujur saja, Aku masih bingung," jawabku sembari memandangi sebuah laptop keluaran terbaru yang sebenarnya cukup menarik bagiku.Sejujurnya sedari tadi aku tidak mencari apapun. Aku hanya berkeliling-keliling saja, melihat-lihat ben