Pagi itu, Risa membuatkan sarapan roti bakar dengan isi coklat. Dia membuatkan kopi hitam untuk Gilang, Teh manis untuk Gio, dan Susu rendah lemak untuk Amira. Sedangkan untuknya sendiri, Risa membuat jus jeruk. Sejak kecil, Risa terbiasa hanya bertemu dengan buah jeruk dan Tante Tika hanya mampu membelikan mereka buah jeruk. jadi, dia hanya terbiasa dengan jus jeruk. Walaupun di dalam kulkas banyak aneka buah-buahan. Mulai dari buah lokal maupun impor. Tapi, Risa tetap hanya akan makan buah jeruk, atau membuat jus jeruk Pagi itu, rumah Gilang kedatangan tamu istimewa. Papa dan Mamanya datang bersama seorang perempuan yang anggun dan berpakaian seksi. Siapa lagi kalau bukan Allea."Papa, ada devil." Amira menghentikan menyuap makanannya.Gilang menghentikan makannya, lalu menoleh ke arah tiga orang yang berjalan menuju mereka. Lelaki yang sedang sarapan pagi itu meminta Risa membantu Amira meneruskan sarapannya karna Amira yang terlihat ketakutan."Gilang, aku membawa sarapan yang e
Ketika sampai di kantor, Risa dan Gilang dihadapkan pada pemandangan yang mengejutkan. Beberapa rekan bisnis Gilang memaksa securiti untuk masuk ke ruangan Gilang."Ada apa ini?" tanya Gilang santai."Pak Gilang, apa benar istri anda ini anda beli dari hasil menang lelang?" Tanya seorang rekan bisnis Gilang, membuat dada Risaterasa sakit dan nyeri. Gilang mengerutkan keningnya, lalu menggenggam erat tangan Risa. "Benar, kenapa? Ada masalah?" Jawab Gilang santai."Maaf, Pak Gilang. Kalau begitu saya membatalkan kontrak dengan anda." Jawab orang tersebut dengan emosi."Silahkan, tanpa kontrak dengan Anda sekalipun. Perusahaan saya tetap akan berdiri." Jawab Gilang masih dengan santai."Tapi, Pak Gilang." Beberapa orang penting dalam perusahaan menatap kecewa pada Kak Gilang."Lalu saya harus apa? Menceraikan istri saya karena tidak selevel dengan saya?" Gilang menatap para karyawan dan relasi bisnisnya."Maaf, sampai kapanpun itu tidak akan terjadi." Gilang menatap manik mata Risa samb
"Kalian tidak perlu tau, yang perlu kalian tau, kalian tidak akan pernah bertemu lagi dengannya." Perkataan Gilang membuat dada Risa terasa nyeri. Air mata langsung menggenang di pelupuk matanya. Perempuan itu menatap Tante Tika intens. Tante Tika bukanlah benar-benar orang jahat. Karena beliau yang telah membesarkan Risa dan Dela dengan baik. Sekalipun mereka bukanlah anak kandungnya."Benarkah kami sudah tidak bisa bertemu dengannya lagi?" Risa bergumam seorang diri.Namun, keputusan Gilang tidak bisa di ganggu gugat lagi. Risa merasa cukup beruntung, karena Gilang bersedia membebaskan Tante Tika dari penjara. Amplop yang diberikan Gilang berisi uang untuk Tante Tika memulai hidup baru di tempat yang baru."Tante, jaga diri baik-baik, ya." Risa menatap Tante Tika dengan seksama. Risa tahu perbuatan Tante Tika yang menjualnya di Facebook sangat keterlaluan. Namun, dibalik semua itu ada hikmah yang jauh lebih bermakna. Risa di beli seorang Gilang Dwi Adiguna. Suami terbaik menurut R
"Ayah, Amira pengen main ke pantai lagi." Pagi-pagi sekali Amira sudah memberondong Gilang dengan permintaan yang tentu saja tidak bisa ditolak olehnya.Gilang sedikit merenggangkan otot-ototnya sambil menoleh ke arah Amira. Dia memang tidak pernah bisa menolak keinginan gadis kecil itu, apalagi jika gadis kecil itu sudah memperlihatkan wajah sedihnya."Sebenarnya hari ini Ayah ada urusan bisnis dengan teman kerja, tapi kalau memang Amira pengen ngajak ke pantai, Ayah akan cancel janji Ayah itu," ujar Gilang sambil menoel ujung hidung Amira membuat gadis kecil itu bersorak kegirangan.Amira langsung berlari-lari memutari ruangan tersebut dan langsung masuk ke dalam kamar Risa untuk meminta ibunya itu bersiap-siap berangkat ke pantai."Kita datang ke pantai tidak untuk jogging. Kita sekedar jalan-jalan saja ke sana." Gilang ikut masuk ke dalam kamar untuk memastikan jika Risa keberatan untuk diajak pergi ke pantai.Risa memindai tubuhnya yang saat itu sedang memakai celana pendek dan t
"Kamu sendiri bagaimana Amira? Senang nggak main di pantainya?" Gilang bertanya kepada Amira yang langsung disambut sorak gembira oleh gadis kecil itu."Bahagia banget dong, Yah. Tapi Amira pengen bermain gelombang di pinggir pantai sama Bunda." Amira berkata kepada ayahnya. "Jangan, Amira. Kak Risa tidak bisa berenang. Bahaya kalau dia bermain gelombang di tepi pantai." Dela langsung menyahut ucapan Amira, membuat Amira mengerucutkan bibirnya.Risa yang melihat ekspresi wajah Amira tentu saja tidak ingin jika melihat gadis kecil itu bersedih. Meski tidak bisa Risa pungkiri bahwa dia memang tidak bisa berenang."Siapa bilang Bunda tidak bisa berenang. Bunda bisa berenang kok. Ayo kita bermain di tepi pantai sekarang." Risa langsung mensejajarkan tubuhnya dengan Amira yang langsung disambut sorak bahagia oleh gadis kecil itu.Kedua perempuan beda generasi itu pun segera berlari menyusuri tepian pantai menuju sebuah tempat di mana ombak yang bergulung-gulung dengan hebat.Amira begitu
"Risa, kamu harus bangun, Sayang. Jangan bilang kalau kamu akan meninggalkanku." Gilang bergerak dengan cepat menekan dada Risa dengan begitu kuat sehingga air keluar dari mulut Risa.Gilang merasa lega karena Risa terbatuk-batuk dan membuka matanya. Namun beberapa saat kemudian tiba-tiba Risa kembali terpejam dan akhirnya pingsan.Gilang yang setengah kebingungan langsung meminta Gio dan Dela untuk mengkondisikan kedua perempuan yang dicintainya itu. Dia tidak ingin jika sampai terjadi hal yang buruk kepada Risa maupun Amira."Cepat kita bawa Risa ke rumah sakit sekarang juga." Gilang berseru kepada Dela dan Gio dengan suara yang begitu kuat sambil memapah Risa dengan kedua tangannya.Sedangkan Gio segera menggendong Amira dan membawanya masuk ke dalam mobil.Gio memutuskan untuk membawa mobil karena dia tidak ingin jika sampai Gilang yang membawa mobil dalam keadaan panik dan cemas seperti itu."Sayang, Jangan bikin aku panik seperti ini." Gilang terus menepuk-nepuk pipi Risa dengan
Gilang tergelagap mendengar ucapan Amira. Lelaki itu langsung menghampiri Putri kesayangannya dan mencium kening Amira dengan penuh cinta.Amira yang mendapat perlakuan Sayang dari ayahnya langsung menoleh ke arah Risa dan mengulurkan tangan pada ibu sambungnya itu."Amira pengen tidur sama Bunda. Amira takut melihat Bunda yang hampir tenggelam. Amira selalu teringat-ingat saat Bunda terbujur kaku di pinggir kolam." Amira berkata dengan wajah sendu.Gadis kecil berambut panjang itu menatap Risa dengan wajah cemas dan ketakutan. Dia takut jika bundanya kembali meninggalkannya dalam waktu yang cukup lama seperti setelah bundanya tenggelam di dalam kolam."Dokter bilang kalian tidak apa-apa. Jadi kemungkinan nanti sudah boleh pulang." Gio berkata kepada Amira dan Risa yang langsung disambut kerutan kening dari Gilang.Gilang sendiri memang tidak mendengar Dokter mengatakan bahwa Risa dan Amira sudah diperbolehkan pulang, Tapi tetap saja dia mengkhawatirkan anak dan istrinya itu, sehingga
Gio pun mengangguk mendengar ucapan Amira. Lelaki itu pun segera menyerahkan Amira kepada Dela dan memastikan kepada Dela agar tidak melepaskan Amira dari gendongan."Mau lo tuh apa sih? Lo pikir deh jangan seenaknya bisa masuk ke dalam rumah kami? Lo lupa kalau lo itu bukan siapa-siapa di sini?" Gio berkata kepada Alea dengan nada sinis.Alea terbelalak mendengar perkataan Gio. Perempuan itu mengepalkan tangannya kuat-kuat dan menatap tajam pada lelaki yang pernah menjadi saksi peristiwa pembunuhan yang dilakukannya kepada Mega."Lo memang bisa lari dari kejadian pembunuhan Mega, tapi gue nggak akan pernah membiarkan lo menyakiti Amira ataupun Kak Risa. Gue adalah orang yang paling terdepan melindungi mereka jika lo berani menyakiti Kak Risa ataupun Amira." Gio menggemelutukkan giginya di hadapan Alea membuat Alea semakin terperangah."Jaga bicara kamu Gio. Harus berapa kali aku katakan bahwa aku tidak pernah membunuh Mega. Apa kamu lupa? Kasus itu bahkan sudah ditutup. Dan aku terbu