DUA HARI SEBELUMNYA
Venus tengah beristirahat dengan makan siang di sebuah kafe berbentuk perpustakaan yang jaraknya tidak jauh dari Skylar. Hari ini, ia akan menjalani beberapa pekerjaan di Winthrop Corp dan harus merampungkannya sebelum liburan panjang Natal dan Tahun Baru.
Kyle dan Edward masih memasang parameter yang aman seperti biasanya untuk Venus jika ia berada di ruang publik. Beberapa pengunjung yang menyadari kehadiran Venus ikut memberikannya ruang dengan tidak mengganggunya. Venus bisa bersantai membaca buku dan makan dengan tenang.
“Ini pesananmu!” ucap Alicia, manajer Venus membawakannya nampan makanan milik Venus usai memesannya. Venus masih santai membaca buku lalu tersenyum sekilas melihat makanan yang dibawakan oleh Alicia.
“Apa ini?” tanya Venus pada menu yang dibawa oleh Alicia.
“Oh, garlic butter chicken dan hummus veggie wrap. Ini kesukaanmu, avocado sauce dan minumannya sparkling water. Aku rasa
DUA HARI SETELAHNYADion tiba di JFK usai menempuh perjalanan puluhan ribu mil melintasi negara dan benua. Cuaca mulai dingin dan Dion tidak cukup memakai jaketnya. Jadinya ia melapis tiga pakaian yang ia kenakan dan berkali-kali menghembuskan napas dingin.Beruntungnya Dion tidak memiliki masalah saat mengantre di imigrasi agar diizinkan masuk ke suatu negara. Barang-barangnya diperiksa dan ia baru bisa keluar dari gerbang pemeriksaan setelah dua jam lamanya.Namun sayang sekali, Dion tidak ada yang menjemput. Padahal ia telah mengirimkan pesan pada Rei Harristian bahkan Venus. Namun, Dion tidak ingin kecewa. Ia sudah pernah tinggal di New York nyaris enam bulan, jadi tidak sulit lagi baginya sekarang. Dion pun memesan kamar hotel di perjalanannya menggunakan taksi.Tiba di kamar hotel, Dion yang sesungguhnya masih jetlag, bersiap untuk menemui Rei Harristian. Sebelum tiba di rumah Rei, Dion membeli mantel tebal dan sarung tangan untuk melindunginya dari
Venus baru saja memoles krim malamnya dan berencana untuk bersantai. Tidak ada rencana untuk makan malam atau melakukan apa pun. Malam ini, ia ingin menghabiskan waktu untuk membaca buku saja sekaligus melupakan yang terjadi. Venus sadar jika Dion sudah tiba di New York, tetapi ia tidak memberikan sedikit pun kesempatan pada kekasihnya itu untuk bertemu.Sampai terdengar suara bel dari pintu depan. Padahal Venus baru saja duduk dengan elegan dan cantik di atas sofa ruang tengah bersama sebuah buku yang tengah ia habiskan selama ini. Penampilannya pun seksi namun tetap cantik. Dengan jubah lace dan dress di atas paha dari Gucci, Venus sebenarnya ingin bersantai sambil rebahan.“Kenapa tidak ada yang membuka pintu?” gumamnya agak ragu untuk berdiri.“Kyle?” panggil Venus hendak memintanya membuka pintu tapi tidak ada jawaban. Venus mengabaikan dan tetap membaca bukunya. Bel berbunyi lagi dan Venus makin kesal. Ia menutup buku dan terpaksa m
“Ini apa?” tanya Venus membawanya pada Dion. Dion mengambil kotak makanan itu dan mengangguk.“Sebentar, aku hidangkan untuk kamu!” Dion meletakkan kotak makan itu di atas meja dan meminta Venus untuk menunggu. Ia berjalan ke arah dapur lalu kembali dengan sebuah piring dan peralatan makan. Dion duduk kembali ke tempat semula dan Venus memperhatikan Dion yang membuka perlahan kotak makan khusus itu.Vaccum food jar tersebut berisi makanan hangat yang membuat Venus terkesima. Dion sudah memanaskannya terlebih dahulu sesuai dengan petunjuk Budhe Dewi yang menyiapkannya dengan baik.“Ini namanya nasi rawon. Kuahnya tinggal kita campur dan lauknya tinggal ditambahkan. Tapi kalau kamu mau coba bisa dimakan terpisah dulu, mau coba?” Venus mengangguk antusias.Venus yang tidak berencana makan malam akhirnya berakhir dengan sepiring nasi rawon yang dibawa langsung oleh Dion dari Indonesia. Ia duduk dengan manis bersama piring d
Suasana sepi dan gelap malam menyelimuti kawasan Amityville Beach di pinggiran New York. Sebuah kapal bersandar di salah satu dek dan berayun pelan mengikuti kontur gerakan air laut yang tenang malam ini.Sebuah mobil tak berapa lama mendekat dan parkir tak jauh dari dek tempat kapal itu bersandar. Seorang pria berkepala plontos keluar dari mobil itu dengan memakai topi. Ia menengok ke semua arah memastikan tidak ada yang mengikutinya. Setelah merasa aman, pria itu pun berjalan ke arah jembatan yang menghubungkan dengan dek kapal tersebut.Kapal itu merupakan kapal Yacth yang sudah bersandar beberapa hari di sana. Biasanya ia akan berlayar mengitari South Oyster Bay dan kembali di malam hari. Pria yang memakai topi tersebut lalu berjalan masuk ke dalam kapal yang juga dijaga oleh satu orang yang duduk di bagian belakang kapal tengah bersantai.“Mana dia?” tanya si pria bertopi.“Ada di dalam!” jawab pria itu pada si pria bert
“Ada apa?” tanya Edgar masih memandang Daryl.“Hei, kenapa jadi seperti orang gagu? Beritahukan pada Edgar apa yang terjadi!” tukas Olivander makin menimpali. Ia menatap sinis pada Daryl yang begitu ragu-ragu untuk bicara.“Ada gosip yang menyatakan jika Venus memiliki hubungan dengan kepala pengawalnya. Ia diketahui pulang ke Jakarta untuk menyusul pria itu, begitu menurut perkiraan beberapa media Infotainment di Instagram.” Edgar mengernyitkan keningnya menatap Daryl. Ia memang tidak bisa mengakses jaringan internet kecuali pada saluran aman tertentu dan itu dilakukan acak.“Aku rasa hubungan itu yang membuat dia begitu dilindungi selama ini karena kekasihnya seorang pengawal ...”“Kamu mabuk ya?” sahut Edgar dan langsung disambut tawa mengejek dari seluruh orang yang ada di ruangan itu. Daryl kesal dan mendengus.“Aku tidak bercanda!” Daryl mengeluarkan secarik k
Dion keluar dari Langham Residence satu hari sebelum ia berangkat ke New York. Ia pulang ke rumah Pak Dhe Halim untuk mempersiapkan pakaian serta koper yang akan dibawanya nanti. Setibanya ia di rumah, Budhe Dewi sudah menyambutnya.Dion lalu beristirahat dan berkumpul dengan seluruh anggota keluarganya. Rasa bahagia menyeruak di hatinya selain ia juga tak sabar ingin segera berangkat ke US untuk bertemu dengan Venus.Malam harinya, Dion dipanggil oleh sang nenek Sulastri untuk masuk ke dalam kamar. Ada hal yang ingin ia sampaikan dan kembalikan pada Dion.“Ini uang tabungan kamu untuk biaya pernikahan yang dulu kamu titipkan sama Mbah, Mbah kembalikan. Kamu butuh, jadi ini buat kamu,” ujar nenek Sulastri mengembalikan buku tabungan Dion yang belum tersentuh sama sekali. Dion tertegun dan mengernyitkan keningnya.“Lho, kok dikembalikan Mbah?”“Ini kan punya kamu. Toh, rencana pesta pernikahan kamu dan Laras sudah tidak
Saat Dion tengah bahagia dan akan menyusul Venus ke Amerika, Laras sudah kembali dari rumah sakit dan pulang ke rumah orang tuanya. Penangguhan penahanan Laras juga dikabulkan oleh pihak Kepolisian karena pertimbangan kasus keguguran yang dialaminya. Akan tetapi, karena ia sedang mengalami kasus hukum dan tidak diperbolehkan pulang ke Surabaya, orang tua Laras terpaksa ikut tinggal di Jakarta dengan menyewa sebuah hunian yang cukup mewah, yaitu sebuah rumah di kawasan elite.Kini, Pak Angsana yang seorang pengusaha tengah mengusahakan agar anaknya bisa lepas dari hukuman yang tengah menjeratnya. Namun, Laras tidak lepas dari kekecewaan sang ayah akibat aborsi dan keguguran yang terjadi.“Kamu kok ya ndak mikir? Untuk apa kamu pacaran sama suami orang, lah kamu nya sendiri sudah punya calon suami!” tukas Pak Angsana mulai memarahi Laras yang baru pulang dari rumah sakit dan duduk di sofa yang berdekatan dengan ayahnya.“Sudah toh, Pah! Jangan di
Rei Harristian memindahkan Dion yang sudah berada di hotel bintang tiga ke apartemen mewahnya di Manhattan. Hal itu dilakukannya agar Dion bisa berlatih fisik di gym pribadi milik Rei jelang tes nya setelah Natal nanti.Akan tetapi, Rei yang tengah melobi Dion agar mau masuk ke dalam klan pimpinan Ares King tidak akan membiarkan Dion tinggal sendirian. Ares King bahkan kini telah mengetahui jika Dion datang ke New York untuk mengikuti serangkaian tes untuk pekerjaan barunya.“Ini kamar Mas Dion! semua fasilitas di rumah ini bisa digunakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Mas Dion” ujar Rei memperlihatkan kamar yang akan di tempati oleh Dion. Dion mengangguk dan berbalik tersenyum pada Rei.“Terima kasih kamu sudah repot seperti ini. Aku masih bisa tinggal di hotel kok, budgetnya cukup!” jawab Dion hendak menolak dengan sopan. Rei tersenyum dan menggelengkan kepalanya.“Ngapain nginap di hotel kalau di sini ada kamar tamu