“Laras, cukup! Aku mohon, aku datang bertemu kamu bukan untuk membicarakan hubungan kita.” Laras lantas melepaskan tangannya dari Dion dan berdiri.
“Aku akan bicara pada teman-teman kamu tapi dengan satu syarat. Kamu akan kembali sama aku!” tukas Laras memberikan syarat yang sudah diprediksi oleh Dion. Dion membuang pandangannya dan menghela napas. Ia ikut berdiri di depan Laras dan bicara.
“Kalau begitu aku gak bisa membantu kamu, Laras. Aku ingin membantu kamu untuk bebas lebih cepat dengan hukuman seminimal mungkin tapi kamu sendiri gak mau membantu diri kamu. Apa gunanya?” Laras terdiam menatap Dion dengan matanya yang masih meneteskan air mata. Dion mulai sedikit menundukkan pandangannya dan mengangguk.
“Laras, aku pernah mencintai kamu, sangat menyayangi kamu dengan tulus dulu. Jika sekarang aku datang untuk membantu kamu, itu semua atas pertimbangan masa lalu yang kita miliki bersama.”
“Aku suda
Setelah selesai berbicara, Dion keluar lebih dulu dari ruangan tempat ia dan Laras berada. Di luar, AKBP Anton sudah menunggu lalu mengangguk dari kejauhan pada Dion. Laras ikut keluar dan masih berusaha untuk tetap memegang lengan Dion. Atas alasan kemanusiaan, Dion masih membiarkan Laras untuk tetap dekat dengannya sementara waktu sampai ia pulang.Dion bisa menyaksikan jika mental dan kejiwaan Laras cukup terguncang. Ia bukan lagi Laras yang dulu sempat begitu angkuh. Kali ini Laras lebih banyak menundukkan kepalanya.“Kita bisa lanjutkan besok?” tanya salah satu penyidik pada Laras. Ia sedang meminta kesediaan Laras untuk memberikan saksi. Laras tetap menggelengkan kepalanya. Dion hanya bisa menghela napasnya dan akhirnya mengajak Laras untuk diantar ke mobilnya.“Aku mau ikut kamu, Mas ...” rengek Laras mulai menarik lengan Dion.“Sebaiknya kamu pulang dan istirahat ya. Nanti kamu bisa berpikir dan menimbang-nimbang tent
Dalam minggu ini, Dion akan sangat sibuk dengan banyak hal. Selain persiapan pensiun dini dan upacara pelepasan purna bakti beberapa anggota Polisi termasuk Dion yang sudah dimasukkan ke dalam daftar anggota Kepolisian yang akan menjalani acara tersebut mulai membereskan sisa-sisa pekerjaannya.Untuk saat Dion masih melakukan tugasnya termasuk memimpin apel anggota Sabhara Dalmas dan mengawasi latihan fisik para anggotanya. Sementara itu, Jasman dan Peter telah berdiskusi untuk membuat acara perpisahan bagi Dion yang akan segera melepaskan seragamnya.“Lo udah ngomong belom sama Pak Kapolres?” tanya Jasman separuh berbisik pada Peter. Peter celingukan dan mengangguk.“Beres! Pokoknya skenarionya dia bakalan kita kerjain abis-abisan!” jawab Peter sembari berbisik pada Jasman. Jasman mengangguk-angguk dan mendengarkan seluruh rencana Peter untuk membuat acara perpisahan Dion jadi berkesan.“Oke, gue siap! Tapi jangan tanggung y
Venus membuka matanya perlahan. Ia tersenyum kala melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Tubuhnya sudah jauh lebih segar setidaknya dibandingkan kemarin.Tangannya otomatis meraba perut sambil masih berbaring belum sepenuhnya ingin bangun. Meskipun sudah menerima keguguran yang dialaminya, tapi Venus belum bisa sepenuhnya menghapus rasa kehilangan dan penyesalan dalam hatinya.“Uh, aku gak boleh sedih lama-lama. Nanti malah menangis lagi,” gumam Venus sembari bangun dari ranjangnya dan sedikit mengerakkan tubuhnya. Venus merasa seperti pasien di rumah sakit. Ia belum boleh berolahraga dan kembali berlatih bernyanyi. Padahal ia sudah merindukan suasana panggung dan kembali bernyanyi.Setelah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, Venus keluar untuk menemui orang tuanya. Kening Venus mengernyit kala melihat ayah dan ibunya begitu santai dengan pakaian kasual seakan tidak pergi bekerja.“Morning, Mom? Dad? Kalian gak berangkat
“Pokoknya kalau Mas gak mau penuhi ini semua. Kita batal saja deh nikahnya!” “Jangan begitu dong! Kita pasti menikah, aku kan sudah janji sama kamu!” jawab Dion masih lembut dan memelas.“Ya, apa kek usahanya! Pinjem uang di bank kek atau apa gitu! Jangan diem saja kayak batu!” “Aku gak diem, Sayang. Aku sedang usaha buat nabung!”“Alah, nabung apa cuma dapetnya 40 juta!” tukas Laras dengan ketus. Dion mengurut keningnya dan tak tahu harus menjawab apa. Tak lama, pintu ruangannya diketuk oleh salah seorang anggotanya yang memintanya untuk masuk ke ruangan kepala polisi.“Sayang, aku menghadap Pak Kepala dulu ya. Nanti kita bicara lagi!” ujar Dion hendak pamit pada kekasihnya sekejap.“Trus gimana jadinya?”“Iya, aku akan temui Rico. Aku akan minta tolong dia mencarikan pinjaman,” jawab Dion akhirnya menyerah. Setelah menutup sambungan telepon, Dion menghela napas panjang untuk menemui kepala polisi.“Iptu. Dion melapor, Pak!” kepala polisi mempersilahkan Dion yang langsung memberika
“Saya hanya butuh beberapa menit untuk memeriksa tempat ini sebelum digunakan!” jawab Dion sembari memeriksa seluruh sudut ruangan tanpa memedulikan Venus. Venus sendiri sudah melipat tangan ke depan dada karena kesal.“Tapi ini kamar mandi wanita!”“Saya tahu!” jawab Dion dingin dan cepat. Ia memeriksa dengan alat detektor gelombang elektronik untuk mencegah adanya kamera tersembunyi.“Huh, aku sudah masuk ke kamar mandi ini berkali-kali dan tak ada apa pun!” protes Venus masih sengit. Dion berbalik dan menyimpan alat itu dibalik saku jasnya.“Sudah selesai, Nona. Silakan!” tunjuk Dion pada salah satu bilik tak peduli dengan protes Venus. Ia bahkan masih di ruangan itu dan tidak keluar. Venus sampai mendelik tak percaya.“Apa kamu akan tetap di sini?” sahutnya mulai menaikkan nada bicara.“Iya,” jawab Dion singkat. Ia lalu membuang pandangannya ke arah lain agar tak terus menatap Venus. Sementara Venus yang kesal lantas mengibaskan kedua tangannya ke atas dan terpaksa memanggil asist
Sepulang dari beraktifitas, Venus masuk ke apartemennya seperti biasa. Kakinya terhenti saat melihat kekasihnya Gareth Moultens berdiri di ruang tengah dengan tuxedo rapi dan senyuman lebar.“Hi, Babygirl!” sapa Gareth membuat Venus terpana. Ia mendengus tersenyum dan ikut mendekat.“Aku sudah berjanji bukan? Aku akan mengajakmu makan malam dan menghabiskan waktu denganmu,” ujar Gareth lembut lalu mengelus sisi lengan Venus dengan wajah tersenyum. Venus makin merekahkan senyumannya. Ia mengangguk lagi.“Sekarang, ganti pakaianmu. Pakai gaun yang cantik, kita akan makan malam!” ajak Gareth lagi. Ia mendekat dan Venus langsung merangkul kan kedua lengannya pada pundak Gareth lalu mereka berciuman. Gareth menumpahkan segala rasa rindu dan cintanya dalam ciumannya untuk Venus. Venus pun ikut memejamkan matanya.Sementara Dion yang baru saja masuk setelah anak buahnya Kyle ingin mengantarkan salah satu barang bawaan Venus yang tertinggal di mobil. Ia berhenti di dekat pintu kala melihat Ve
Rasa sedih ikut menyelimuti Dion. Harusnya wanita secantik dan sesempurna Venus, tak seharusnya menangis seperti itu. Dion pun menghampiri lalu berlutut dengan sebelah kakinya. Tangannya merogoh tisu dan menyodorkannya pada Venus. Venus perlahan menoleh dengan mata polosnya penuh kesedihan pada Dion.“Terima kasih ...” ucap Venus separuh bergumam lembut pada Dion. Dion menyunggingkan sedikit senyumannya dan menundukkan pandangannya. Venus mengeringkan air matanya dengan tisu pemberian Dion.“Tolong tinggalin aku sendiri,” ucap Venus masih dengan nada yang sama. Ia jarang berbicara menggunakan bahasa Indonesia pada Dion sejak bertemu. Dion pun mengangguk pelan.“Saya akan menunggu di luar,” jawab Dion dengan suara rendah dan dalam. Ia berdiri dan keluar seperti perintah Venus. Venus hanya bisa memejamkan mata dan berusaha menenangkan dirinya. Baginya ini sudah yang kesekian kalinya Gareth melanggar janji ingin bersamanya padahal tidak.Sementara Dion berdiri di luar pintu sambil bersan
Tangan Dion menyentakkan tangan Venus ke arahnya sementara memutar memberikan tendangan T pada seorang pria berhoodie.“AAHHKK!” teriak beberapa fans yang ikut terkena imbas dari jatuhnya pria tersebut. Venus juga jatuh karena ditarik oleh Dion. Dengan cepat, Dion berbalik dan hendak menolong Venus tapi pria itu menyerang lagi dengan pisau yang kini terlihat jelas.“PAK, AWAS!” teriak salah satu anggota tim pengawal Dion. Dion tak sempat mengantisipasi sehingga ia menahan serangan itu dengan tangannya yang tak terlindungi. Dengan dasar ilmu bela diri silat yang ia miliki, Dion memutar tikaman itu dan mendorong dengan kuat. Sayangnya pisau itu sempat melukai tangannya sendiri.Masih memasang kuda-kudanya, Dion berteriak memerintahkan anak buahnya untuk membentuk barikade.“LINDUNGI NONA HARRISTIAN!”Semua keributan itu mulai berbahaya bagi Venus. Venus pun segera ditarik dan dibawa oleh Kyle masuk ke dalam mobil. Sementara Dion kini harus mengejar pria yang melukainya.“Hei!” teriak Di