Fras Lahendra akhirnya pulang setelah Saga mengurungnya selama dua jam. Ia keluar dari ruangan Saga dengan dada kembang kempis dan napas tak beraturan.
Saga menyeringai. Memangnya pengorbanan apa yang bisa dilakukan oleh orang tua yang serakah untuk anaknya?
Sejauh ini Saga belum pernah melihat pengorbanan orang tua yang tulus, atau bahkan merasakannya sendiri. Ia tersenyum skeptis. Itu sangat mustahil.
Saga mengusap dagunya yang tajam. "Ibu mertuaku bahkan mengorbankan anaknya untuk balas dendam. Itu sangat lucu."
Hidup ini sangat memuakkan. Selama 33 tahun hidupnya, ia sudah melihat begitu banyak orang-orang kotor yang menjijikkan. Dunia ini dipenuhi dengan manusia-manusia busuk tak tahu diri.
Pintu terbuka pelan, mengganggu lamunan Saga dan membuat lelaki itu memperhatikan pintu sampai sosok mungil hadir di sana.
Dengan memakai kaus kebesaran hitam milik Saga dan bertelanjang kaki. Saga yakin Juni tak memakai pakaian dalam apa pun d
Fras melarikan mobilnya di luar kecepatan normal. Harapannya yang patah membuat dia begitu kecewa sampai tak bisa berpikir dengan jernih."Lihat, kan? Tak ada yang datang untuk menjemputmu. Baiklah. Katakanlah mereka tidak berani datang ke sini, aku akan memberimu kesempatan untuk yang terakhir kalinya," kata Saga beberapa menit yang lalu ketika waktu dua jam yang mereka sepakati sudah hampir berakhir."Saat kau pulang nanti, jika mereka masih ada di rumah Lahendra dan menunggumu, maka aku tidak akan mengusik kalian lagi." Saga mengangkat sebelah bahunya tak acuh, terlihat sangat santai seolah sedang menonton drama picisan.Fras tak berharap banyak jika ibunya akan datang menjemputnya di rumah Atlanta, sebab ia tahu betul watak Leticia yang tidak suka bertindak secara langsung dan mengorbankan hal-hal besar. Namun, hatinya tetap berharap bahkan ketika Leticia tak sudi datang untuk membawanya dari kediaman Atlanta."Aku mohon jangan pergi," gumamnya pahit,
Sandi mengerahkan semua pengawalnya untuk mencari Leticia di sepanjang jalan menuju pelabuhan dan menelusuri semua sudut pelabuhan, tapi tak menemukan apa pun."Ayah tahu ibumu sedang panik dan mengambil jalan secara terburu-buru. Ayah tidak ingin penjahat itu menangkap mereka di tengah jalan. Leticia tidak membawa perlindungan apa pun." Sandi menatap jauh pemandangan pelabuhan yang sepi sambil bersandar pada kap mobilnya. Kapal-kapal besar dan kecil berjejeran di tepi laut.Sedangkan Fras tak bisa setenang sang ayah, sebab ia tahu ibunya tidak sedang mengungsi untuk sementara waktu. Ibunya kabur dan sebentar lagi riwayat keluarga mereka akan benar-benar habis."Ayah ...." Fras menelan ludah saat Sandi meliriknya. "Bagaimana kalau Ibu memang kabur dan meninggalkan kita?""Kau berlebihan, Fras. Ibumu tidak punya alasan meninggalkan kita. Ayah bisa mengatasi masalah ini. Sejak dulu keluarga kita memang punya banyak musuh, banyak orang yang ingin menghancurk
"KAU SUDAH MELEWATI BATASANMU!"Sebelah alis Saga terangkat tak acuh. "Batasan apa yang sudah kulewati? Menghukum penjahat yang berusaha mencelakai istriku bagimu adalah tindakan melewati batas, Lahendra?" Saga menghilangkan semua jejak kesopanan dalam kata-katanya. Sungguh ia sangat muak, seolah ia melihat bayangan Rafael Atlanta dalam diri Sandi Lahrndra.Ia mendekat, mencabik-cabik seluruh harga diri Sandi Lahendra dengan tatapannya. "Jangan berpikir aku akan membiarkanmu. Semua yang sudah menyakiti istriku akan kuhancurkan." Dalam bola matanya yang menatap tajam, ada kilat membunuh yang menakutkan, memberikan peringatan bahwa ucapannya tidak main-main.Saga menunggu respons dari Sandi, bagaimana pria paruh baya itu akan menanggapi bukti-bukti yang dia berikan. Namun, selang beberapa detik kemudian, Sandi malah bungkam tak berkutik.Saga memamerkan senyum penuh ejekan. "Bagaimana rasanya dikhianati oleh keluarga yang sangat kau sayangi? Dia kabur bersa
Juni tertegun. "Apa maksudnya?""Aku tidak suka dia menyakitimu."Untuk sekejap tadi, Juni hampir saja percaya pada sorot mata Saga yang terlalu serius. Ia mengatur ekspresinya dan kembali memasang senyum. "Itu adalah masa lalu. Status ayah adalah karunia dari Tuhan, kita tidak bisa merenggutnya."Mungkin hanya perasaannya saja atau wajah Saga memang berubah dingin. Juni bergerak menghadap pria itu, menyentuh tengkuknya dan memberikan sedikit pijatan, berharap apa pun amarah pada diri Saga bisa mereda."Aku belum pernah melihat ayah yang baik.""Karena mereka juga manusia." Juni mengamati setiap detail wajah Saga. Alisnya yang rapi dan tebal, matanya yang menjorok ke dalam dan proporsi wajahnya yang dingin.Pandangan Juni tertaut pada hidung tinggi yang menjulang itu, hidung yang suka mengendus aromanya serta bibir tipis yang akan tampak menyeramkan jika dia menyeringai."Kau bisa melihatnya jika kau menjadi ayah nan
Warning:Bab ini mengandung adegan kekerasan yang disertai dengan darah.Leticia mengangguk dengan cepat. Di matanya ada harapan yang menggelikan. "I-iya, kau salah menangkap. A-aku tidak bersalah.""Kalau begitu seharusnya aku melepaskanmu."Mata Leticia berbinar saat itu juga. Ketakutan perlahan sirna dari wajahnya yang penuh luka."Tapi sebelum itu, kau harus menonton bersamaku. Menonton adegan yang sangat mengharukan."Saga bahkan bisa mendengar alunan jantung Leticia yang kembali berdebar gila saat Saga memberikan kode kepada Edward. "Kau tahu harus memberikan tontonan apa 'kan, Edward?"Edward bergerak sedetik setelahnya. Menyuruh dua anak buahnya untuk menyeret Samuel ke depan dan memegang kedua tangannya.Leticia kembali terbelalak, sedangkan Samuel memberontak sebisanya. "A-apa-apan ini? Apa yang mau kalian lakukan? Ibu!! Tolong aku, Bu!"Edward mengeluarkan sebuah mesin pemotong kayu dan m
Sandi terdiam kaku sejak tadi, sejak mereka keluar dari kediaman Lahendra dan tiba di vila ini. Vila yang cukup besar untuk ditinggali oleh mereka berdua."Kupikir Saga Atlanta akan mengasingkan kita di tempat yang sangat terpencil atau mungkin membuang kita ke jalanan."Tapi, mereka malah dibawa ke vila yang lebih dari kata layak untuk ditinggali, bahkan tidak terpencil sama sekali."Jangan sebut namanya lagi, Fras." Sandi terlihat sangat murka dari urat-urat lehernya yang menegang dan gertakan giginya.Ini bahkan sudah hampir pagi dan mereka masih duduk tegang di sofa. Fras menarik napas, mencoba menerima keadaan yang sulit ini, tapi hatinya tetap gelisah memikirkan keadaan ibu dan kedua saudaranya.Apakah Saga akan mencari dan membunuh mereka?Sebelum ditinggalkan berdua bersama sang ayah di tempat ini, ia menahan salah seorang pengawal yang memimpin kelompok yang ditugaskan untuk membawa mereka."Apa yang akan dilakukan Saga kepad
Maria keluar dari ruang bawah tanah, sama sekali tak terpengaruh pada luka di kakinya. Dengan dingin diambilnya sapu tangan dari dalam tas mahalnya lalu mengusap darah yang menetes ke sepatunya.Ia mengikat sapu tangan tersebut di betisnya untuk menutupi luka itu, lalu berjalan anggun melewati lorong-lorong kediaman Atlanta. Tak ada rasa puas di hatinya, pun rasa senang. Segalanya hampa. Malah rasa sesak yang muncul ketika kilas balik masa lalu tahu-tahu memberondong memorinya.Apa ini balas dendam yang ia perjuangkan?Ia menghela napas. Yahh ... setidaknya mereka sudah punah. Pendosa memang harus diadili.Maria tak ingin waktunya terbuang untuk bernostalgia. Langkahnya ia percepat hingga tiba di ruang tengah. Ia ingin buru-buru keluar dari rumah ini, karena hawanya lumayan panas."Ibu?"Maria berhenti, menoleh untuk mendapati Juni yang berdiri di tengah tangga. Ia mengernyit ketika Juni menuruni tangga sedikit lebih cepat.
Leticia mengais udara dengan rakus, dengan harapan dadanya yang kesakitan dan seluruh organ tubuhnya yang terbakar bisa sedikit mereka. Rasanya seperti di neraka.Dia bahkan tidak sekali pun diberi makan dan minum. Tenggorokannya sangat sakit dan suaranya sudah serak bahkan hampir hilang.Dia tidak tahu ini sudah hari keberapa sejak dia berada di tempat busuk ini. Setiap saat dia hanya melihat puluhan pengawal yang mengerumuninya seperti semut dan Samuel yang sekarat.Tak ada siksaan yang lebih menyakitkan daripada ini. Diinjak-injak dan diludahi oleh 'pelanggannya' dulu bahkan tidak semenyakitkan ini.Dirinya hanya diberi jeda sekian menit sebelum pengawal-pengawal itu kembali menggagahinya dengan brutal. Leticia kewalahan dan hampir mati.Sekarang ruangan itu kosong. Pengawal-pengawal sialan itu pasti pergi untuk melaksanakan tugas atau membersihkan diri sebelum kembali menggagahinya.SIALAN!!ATLANTA BERENGSEK!!