Share

Bab 37: Keributan Pagi

Melihat Rain menangis, Bram mempercepat ayunan kakinya menuruni tangga. Tangis Rain seperti lonceng tanda bahaya di telinga Bram.

“Kenapa bisa sampai nangis?” tegur Bram ketika sudah berada di depan Seruni. Diambilnya Rain dari gendongan Wulan kemudian diciumnya kepala dan kening anak itu.

“Mommy.” Tangan Rain terulur hendak meraih Seruni.

“Ka-kak mau kerja, Rain,” ujar Seruni dengan tampang memelas. Duh, kenapa juga pakai acara nangis? Ia tidak tega mendengar tangis gadis kecil itu, tetapi juga tidak ingin kehilangan kesempatan. Kai sudah mewanti-wanti agar datang tepat waktu kalau tidak ingin tereliminasi sebelum tes.

“Non, Mommy biar kerja dulu, ya?” Wulan mengelus punggung Rain kemudian mengangkat kedua tangannya untuk meraih tubuh gadis itu. Alih-alih diam, tangis Rain justru makin keras.

‘Ran mana, Mbak?”

“Sudah nunggu di depan, Mas, ditemani Mbak Naya.”

Bram melihat jam dinding. “Kalau gitu ajak Rain ke La Luna.” Pria itu memberikan Rain pada Seruni.

Refleks kedua mata Seruni m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status