Jevran memutuskan untuk sehari lagi menjadi Joko. Semalam dia tidur di rumahnya ini dan tidak pulang ke rumah orang tuanya. Niatnya hari ini Jevran akan membuat Joko mengundurkan diri dari OB, karena tentu akan menjadi sulit menjadi dua orang dalam waktu berdekatan. Karena itu Jevran tidak akan terlalu sering menjadi Joko, dia punya banyak pekerjaan di kantor.Sekarang pria itu tengah bersiap untuk pergi ke kantor. Di luar sana ia berpapasan dengan Ajun yang tengah berolahraga di depan rumah. Di hari libur seperti ini tak banyak yang bisa dilakukannya. Mau liburan dengan teman, tapi mereka pergi berlibur dengan keluarga. "Pagi," sapa Jevran menghampiri Ajun sesaat."Eh, mau berangkat, Kak?""Iya. Kamu ngapain? Naura mana?"Ajun mengangkat bahunya asal. "Gak tau. Mungkin masih siap-siap berangkat. Kak, yang kemarin itu jadi, kan?""Tenang aja, lusa kita pergi. Aman pokoknya. Asal mulutnya jangan ember sama Naura. Oke?" Jevran menyodorkan kelingkingnya dan dibalas oleh Ajun. Satu renca
Naura terduduk di meja kerjanya. Syukurlah hari ini tak terlalu banyak pekerjaan. Dengan begitu dia bisa pulang seperti biasanya tanpa lembur. Naura juga tidak bisa meninggalkan Ajun sampai malam, karena pemuda itu bisa saja pergi tanpa izin."Eh, kayaknya yang ini belum ditandatangani," gumamnya menatap berkas yang telah di cek. "Pak Jevran udah datang belum, ya?"Gadis itu pergi membawa berkas yang belum ditandatangani menuju ke ruangan Jevran. Mungkin malam itu, ini adalah salah satu yang terlewat. Atau bisa jadi Jevran memang sengaja menunda, maka dari itu Naura mencoba bertanya.Pintu diketuk beberapa kali namun tak terdengar suara orang dari dalam. Setelah ketiga kalinya Naura memberanikan masuk dan menatap ke dalam ruangan. Ia menatap ke segala penjuru namun tak melihat kehadiran sang Bos. Apa belum datang?Ia kembali melirik jam tangannya. "Ini udah jam 8. Datang telat kali, ya?"Tak lama dari itu Naura meletakkan berkas yang dibawanya ke atas meja. Biar saja jika Jevran datan
"Lo serius besok mau ke luar kota? Kenapa mendadak banget?" tanya Jerry menghampiri Jevran yang duduk menonton Tv."Gue dapet kabar juga kemarin. Udah Lo tenang aja, Lo fokus sama kesehatan biar gue yang berangkat. Lagian sekarang gue punya sekertaris," ucap Jevran kemudian meneguk minuman yang sempat dibuatkan oleh ART."Serius, gue tanya Lo suka sama sekertaris baru Lo itu, ya? Siapa namanya? Naura?"Pria itu tersenyum sekilas dan kembali acuh. "ga mungkin, lah.""Keliatan, kok. Jujur aja. Lagian Lo lagi free juga, kan? Atau emang mau sama Aurel?" kekeh Jerry meledeknya."Udahlah jangan bahas cewek. Giamana kaki Lo? Udah lumayan keliatannya." Jevran mencoba mengalihkan pembicaraan.Ya, Jerry terlihat berjalan dengan kakinya sendiri namun sangat hati-hati. "Kalau pelan bisa, tapi masih sedikit sakit. Kalau dibiasain jalan kayaknya engga, sih. Bentar lagi juga sembuh.""Bagus, deh. Nanti kalau gue udah pulang dari luar kota, Lo harus udah sembuh."Jerry hanya berdehem. Dia tau temanny
'Wih, udah kayak orang kaya aja.' Ajun tertawa sesaat melihat ke arah ponselnya. Pemuda itu tengah melakukan panggilan video dengan teman-temannya. Karena beberapa hari ini mereka memamerkan liburan bersama keluarganya. Seperti ke pantai, ke puncak, bahkan sampai ada yang pergi ke villa dan bersenang-senang di sana. Sedangkan Ajun kemarin belum tau akan liburan ke mana, bahkan sempat berpikir untuk menghabiskan libur sekolah di rumah.Sesaat ia mengarahkan kamera ponselnya ke luar jendela kamarnya. Memperlihatkan jalanan yang ramai dan gedung-gedung tinggi lainnya. Ikut memamerkan jika dirinya juga menikmati liburan tanpa di rumah saja.'Bukannya waktu itu Lo bilang kalau Kak Naura sibuk kerja?' tanya salah satu temannya yang terhubung dengan panggilan video."Masih inget Kak Jevran yang waktu itu traktir kita makan? Dia, kan, bos-nya Kak Naura. Karena ada kerjaan di luar kota katanya gue boleh ikut sekalian liburan."'Wah, beneran orang kaya, dong?'"Iya, lah. Udah dulu, deh. Gue ha
Naura bangun lebih awal dan pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Kebetulan di dapur ada beberapa bahan yang disiapkan, dan rasanya sia-sia jika tidak dimanfaatkan. Sambil menunggu Jevran dan Ajun yang belum bangun ia mencoba memasak sesuatu. Gadis itu menggulung rambutnya ke atas dan mulai mengambil beberapa bahan makanan. Tidak heran jika apartemen semahal ini bahkan sudah menyediakan makanan yang tergolong lengkap. Kebetulan juga Naura bisa memasak dan itu lebih baik daripada harus memesan makanan lagi. Karena semalam Jevran memesan makanan Barat yang tidak cocok di lidahnya. Naura juga tidak mau hanya menikmati fasilitas di sini tanpa melakukan sesuatu.Aroma masakan yang tercium membuat Ajun keluar dari kamarnya. Ia menghampiri Kakaknya yang sedang memasak. "Kak Naura masak?"Gadis itu menoleh sesaat dan mengangguk. "Kamu kenapa belum mandi? Mandi sana!""Nanti aja, lah. Lagian yang mau pergi kan cuma Kak Jevran sama Kak Naura ke kantor. Kalo aku di sini aja."Ajun duduk di m
"kamu lapar gak?" tanya Jevran sambil melepas jas-nya. Ia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi dan menatap Naura yang tengah fokus dengan layar monitornya.Gadis itu sontak mendongak dan mengangguk dengan senyum kecil. "Laper dari tadi. Gak ada makan siang," jawabnya bergumam."Tadi kita udah makan salad."Ya, Jevran meminta dibelikan makanan kantin kepada karyawannya. Seorang OB di sana membelikannya salad dan minuman dari kantin. Tapi bagi Naura selama dia belum makan nasi maka dia belum benar-benar makan. Bukankah itu kebiasaan banyak orang di Indonesia?"Makan salad doang mana kenyang.""Oke, sebelum kita pulang beli makan dulu." Jevran melirik jam di tangannya. "Kita pulang duluan aja. Sebentar lagi juga jam pulang kerja."Naura mengalihkan pandangannya dari layar monitor. "Terus kerjaannya gimana?""Bisa lanjut di rumah. Yang penting besok selesai."Setelah itu mereka memutuskan untuk pulang. Jevran juga tidak tega jika Naura harus pulang terlambat dan menahan lapar. Tapi bag
"wah, kalau bisa bebas kayak gini mending di sini aja sampe liburan selesai," gumam Ajun yang tengah berada taman.Pemuda itu sudah menjelajahi beberapa tempat di sini. Selama Ajun ditinggal bekerja oleh Jevran dan Naura, ia pergi karena merasa bosan. Awalnya dia hanya pergi untuk membeli pulsa, namun setelah itu ia tak langsung pulang. Ajun pergi untuk mencari makan dan juga berakhir pergi ke taman.Jika bertanya dapat uang dari mana untuk pergi ke beberapa tempat yang memerlukan ongkos? Pemuda itu mendapat uang saku dari Jevran. Sebelum pergi ke kantor pagi tadi Jevran memberikan uang pada Ajun tanpa sepengetahuan Naura. Sebenarnya tidak ada tujuan lain, hanya saja Jevran ingin memberi uang jajan."Cuma kurangnya ga ada temen. Coba kalau ada yang nemenin pasti tambah seru," lanjutnya menuju ke sebuah penjual minuman.Ajun terbiasa memiliki banyak teman, jadi ketika jalan sendiri pasti merasa kesepian. Seperti sekarang dia hendak menghubungi teman-temannya yang ada di jakarta. Namun
Hari ini Ajun bisa bebas pergi disaat Jevran dan Naura pergi kerja. Dia diberi izin oleh Naura asal tidak pergi jauh dan kembali ke apartemen sebelum mereka pulang. Kenapa? Karena adiknya ini tidak tau daerah sini dan Naura takut terjadi sesuatu.Saat ini Ajun berada di pinggir jalan, memesan makanan di kaki lima. Sejak kecil dia terbiasa makan di pinggir jalan seperti ini. Salah satu alasannya karena memang Kakaknya, Naura, sering mengajaknya makan di pinggir jalan. Gadis itu hanya ingin sang adik tidak memiliki gengsi untuk menjadi orang sederhana. Tidak harus pergi ke tempat makan yang mewah. "Eh, kenapa Bang Rival telepon?" gumam Ajun merogoh sakunya saat merasa ponsel bergetar. Sebelum mengangkat telepon pemuda itu lebih dulu meneguk minum hingga habis. Ia mengusap bibirnya sesaat dan mulai menekan tombol hijau. Benda pipih tersebut didekatkan ke telinga kanannya. "Halo, bang?" sapa Ajun.'Kamu di mana sekarang? Seperti ramai kendaraan.'"Lagi makan di jalan. Baru aja selesai,"