"Ah, gue beneran puas banget. Ini baru yang namanya liburan. Pokoknya besok pagi kita harus balik lagi ke sana buat main selancar. Gak sabar banget," heboh Adel sambil memeluk bantal tidurnya.Setelah melihat sanset mereka langsung kembali ke hotel. Karena harus istirahat jadi mereka tak bisa lama di luar sana. Lagipula anginnya cukup besar tadi. Sekarang para gadis itu berkumpul di kamar Kalea dan Belina, setelah berganti pakaian."Abis sarapan kita langsung ke pantai buat berjemur. Terus main papan seluncur sama banana boat. Pasti seru banget," kata Belina menatap mereka bertiga dengan sumringah. Ngomong-ngomong Belina sudah lumayan dekat dekat Adel dan Oliv. Itu karena Kalea yang mengenalkannya. Untungnya Belina juga mudah beradaptasi ketika bersama orang yang lebih dewasa darinya. "Ide bagus." Kalea menunjukan kedua Ibu jarinya. "Eh, gue baru inget. Tadi sore gue liat Deon liatin lo terus tau. Kalian ada hubungan apa, sih?""Waktu di mobil juga mereka keliatan deket banget. Dudu
Elkan duduk di kursi rotan sambil menjulurkan kakinya. Dimatas pangkuannya ada Molly yang sama-sama ikut bersantai. Andai kata anjing itu anak kecil mereka sudah terlihat seperti Bapak dan anak. Elkan sesekali mengusap anjing kesayangannya sambil memainkan ponsel.Berbeda dengan yang lain, mereka kini terlihat berlarian bermain volly pantai. Elkan justru hanya menatap tak minat. Daripada bermain voly dia akan lebih memilih untuk olahraga yang lain. Walaupun kelihatannya voly adalah permainan yang menyenangkan."Elkan! Woy, gabung sini, lah!" panggil Jonan sedokit berteriak. Namun Elkan tetap tak menanggapi dia hanya menangangkat satu tangan seolah membiarkan mereka lanjut bermain."Kak Kalea bujuksana biar ikut. Jadi tambah rame," kata Belina."Kenapa gue? Mereka berdua temennya.""Tapi lo pawangnya," celetuk Adel. Walaupun Kalea pintar ternyata dia tak paham soal cinta. Mungkin itu menjadi salah satu alasan Kalea tidak pernah memiliki pacar. Sangat tidak peka."Terserah, deh."Meski
Elkan membawa Kalea ke kamarnya. Setelah memastikan pintu kamar terkunci, dia menggiring gadis itu untuk berbaring di atas kasur. Kalea menggeliat dan mencoba menarik Elkan untuk kembali menciumnya. Dia tak tahan dengan tubuhnya sendiri."Kamu yakin? Gak akan menyesal? Kalau aku udah mulai, kamu gak bisa minta aku berhenti."Kalea berdecak kesal dan menarik kerah baju Elkan. "Buruan!"Pria itu terkekeh pelan. Ia segera merangkak naik di atas Kalea dan menciumnya kasar. Dibalas oleh gadis itu sambil memeluknya. Elkan melepas sesaat ciuman mereka.Kalea menatap sayu Elkan yang melepas.bajunya bertelanjang dada. Dengan tak sabaran Kalea membantunya. Dia tak bisa menahan gejolak dalam dirinya sendiri. Elkan bahkan tersenyum melihat Kalea yang agresif. "Pelan-pelan, Beb."Elkan meneguk ludahnya kasar. Melihat lekuk tubuh Kalea membuat jantungnya hampir berhenti sejenak. Dia mengagumi setiap inci tubuhnya. Ah, ini bukan mimpi."Kita pemanasan dulu."Kalea mendongak saat Elkan memberin tand
Kalea terbangun sama merasa tidurnya tak nyaman. Perlahan ia membuka matanya dan menggeliat kecil. Bagian bawahnya terasa sakit jadi Kalea tidak bisa banyak bergerak. Gadis itu kebali mengingat kejadian semalam. Wajahnya seketika memerah."Beb, kamu udah bangun?"Elkan terlihat menghampiri Kalea dengan handuk yang melilit di pinggang. Dia baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuh. Dilihatnya Kalea yang sudah bangun namun tetap dalam posisinya yang berbaring."Jam berapa sekarang?" tanya Kalea duduk bersandar. Tangannya memegang selimut erat agar menutupi tubuh polosnya."Enam pagi." Elkan duduk di samping gadis itu. "Kamu ingat kejadian semalam? Sekarang kamu bisa marah. Aku benar-benar minta maaf. Kalau terjadi sesuatu aku siap tanggung jawab.""Gak apa-apa. Waktu itu gue yang minta, kan?"Elkan mengerjapkan matanya beberapa kali. "Kamu gak marah, beb?""Yaudah, sih. Gue lagi males nangis. Emangnya kalau gue marah semuahya balik lagi? Minggir! Gue mau pake baju.""
"Udah siap semuanya?" "Beres, lah."Deon segera pergi untuk menjemput Adel yang masih ada di hotel. Rencananya saat ini pria itu ingin menyatakan perasaan, dibantu oleh kedua temannya dan juga Kalea, Oliv, serta Belina. Walaupun Kalea sendiri tak yakin. Dia takut temannya Elkan itu hanya akan menyakiti perasaan Adel saja.Mereka kini duduk di pasir, dibawah pohon kelapa. Ini semua dibuat secara mendadak oleh Deon. Semoga saja usahanya tidak sia-sia, dan gadis itu menerima cintanya. Kini Jonan sedang menjadi saksi bahwa kedua temannya sedang mencoba berubah."Awas aja kalau temen lo nyakitin temen gue," kata Kalea yang membuat Elkan merangkul bahunya. "Beb, Deon mana berani nyakitin temen kamu. Apalagi dia tau kalau Adel punya temen modelan kamu."Kalea mendelik. Ngomong-ngomong hubungan mereka berdua tetap seperti biasanya. Mereka seolah melupakan kejadian malam itu. Kalea juga tidak mau munafik kalau dia juga menikmatinya. Jadi, yasudahlah."Kenapa gue ditinggal?" gerutu Adel yang
Setelah seminggu liburan, hari ini adalah kepulangan mereka kembali ke rumah. Selama di pantai sudah banyak yang mereka lakukan dan itu menyenangkan. Mereka benar-benar menikamti liburan yang sesungguhnya. Apalagi Deon dan Adel yang baru saja menjalin hubungan sepasang kekasih. Begitu juga dengan Deon yang sudah puas menghabiskan waktu bersama gadis pantai.Oliv dan Belina juga senang. Mereka sama-sama lebih banyak di rumah daripada keluyuran, anggap saja anak rumahan. Lalu bagaimana dengan Kalea dan Elkan? Mereka menikmati liburan dengan banyak drama. "Sebelum pulang ke rumah gimana kalau kita cari makan dulu pinggir jalan?" usul Kalea sambil menoleh ke "Terus yang lain gimana, Kak?""Udah aku chat tadi. Mereka mau langsung pulang ke Jakarta, jadi kita cari makan dulu, ya. Aku laper banget."Belina mengangguk setuju. "Kak Elkan denger gak?" "Iya denger. Apa, sih, yang enggak buat dua princess ini."Kalea dan Belina terkikik di belakang sana. Elkan mendengus sebal, karena saat ini
Hari ini Kalea pergi ke butik seperti biasanya. Akhir-akhir ini dia mendapat banyak tawaran kerja sama bahkan dari orang-orang ternama. Kalea sendiri yang menangani semuanya menggantikan sang Ibu. Vita sendiri sudah sangat percaya pada anaknya. "Gimana liburannya, Kal?" tanya Mia yang datang dengan beberapa lembar kertas di tangannya."Seru. Mungkin lain kali Mbak Mia hatus ikut. Jadi gak mumet terus liat kerjaan numpuk," balas Kalea tertawa."Gak bisa aku. Sebenernya aku mau ambil cuti nanti untuk acara pernikahan aku."Kalea mengentikan gerak tangannya yang menulis di kertas. "Loh, Mbak mau menikah? Kapan?""Dekat-dekat ini. Tapi kalau tanggalnya bekum pasti."Kalea mengangguk paham. Pasti akan repot jika Mia tidak masuk kerja untuk sekarang. Bahkan Mamanya cerita selama dia liburan, butik agak kerepotan. Hanya ada Vita dan Mia yang menjaga dan harus mendisain secepat dan sebagus mungkin. Karena tentunya selera orang berbeda-beda. "Kamu sendiri kapan menikah? Pak Elkan kelihatanny
"Beb, aku sama Belina mau pulang ke rumah orang tua. Aku bisa titip Molly sama kamu? Mungkin kita pulang besok, jadi kalau Molly kita bawa pasti repot diperjalanan."Kalea menggaruk kepalanya yang tak gatal. Menatap anjing di depannya yang duduk dengan kalung mengikat di leher. Ayolah kenapa dia harus sebenci ini pada hewan itu? Tidak semua anjing akan berakhir mengigitnya, kan?"Kakak tenang aja. Molly ini gak akan ganggu kak Kalea. Cukup dikasih makan pasti anteng," kata Belina."Tapi bener, kan, besok udah balik lagi?""Iya, lah. Aku juga gak mau lama jauh-jauh dari kamu, Beb."Kalea mencibik pelan dan memandang Elkan yang tersenyum menggoda ke arahnya. Tidak bisakah pria itu berhenti merayunya? Dia terlihat seperti remaja puber yang baru jatuh cinta. Sungguh, Elkan tidak terlihat seperti pria dewasa saat di depannya."Eh, malah gombal. Ayo, Kak, kita pergi sekarang," kata Belina menarik-narik baju Elkan."Sebentar." Elkan menutup kedua mata samg adik dan mencuri sebuah kecupan bib