Kalea mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia menggenggam tangan Elkan erat, seolah mempertanyakan apakah mereka salah tempat? Setelah sedikit drama yang terjadi di kantor, mereka langsung pergi. Namun tempat ini tidak terbayangkan olehnya.Kalea pikir mereka akan bertemu dengan rekan kerjanya Elkan di kafe. Ternyata tidak, justru Elkan membawanya ke tempat bowling. Iya, tempat seperti itu. Dimana teman kerjanya Elkan berada di sana bersama para istrinya."Akhirnya yang ditunggu datang juga." Mereka bersalaman, dan kini semua mata tertuju pada Kalea. "Apa ini perempuan beruntung itu? Ini kekasih Anda?"Elkan tersenyum, kembali merangkul Kalea. "Ya. Maaf kalau kami telat datang.""Tidak apa-apa. Lagipula kita di sini untuk bersenang-senang, bukan membahas masalah pekerjaan."Kalea hanya tersenyum sejak tadi. Karena dia tidak tau harus bagaimana jadi lebih baik diam. Daripada membuat malu Elkan dan salah bicara. Karena paham dengan kebingunan gadis di sampingnya, Elkan menuntun Kalea aga
"El, kenapa?" Kalea menyentuh tangan Elkan yang menariknya. Wajah pria itu terlihat kesal."Deon bilang kalau Belina diganggu sama laki-laki. Ayo masuk, kita pulang sekarang." Ia membukakan pimtu mobilnya.Bukannya masuk, Kalea malah diam berdiri. Dia teringat ajakan Rendi yang ingin bertemu demannya. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan. Jadi ini kesempatannya untuk bertemu dengan sang Dosen."Kalea, ayo!""Lo bisa pulang duluan. Gue ada janji sama orang."Elkan menatapnya, menelisik. "Siapa? Kamu pergi sama saya, jadi pulang juga harus sama saya.""Duluan aja, gue bisa pulang sendiri nanti."Pria itu membuang nafas kasar. Dia tidak bisa terus berdebat hanya untuk mengajak Kalea pulang bersamanya. Saat ini Elkan harus segera pulang dan bertemu Belina. "Yasudah, tapi kalau nanti kamu mau saya jemput, kabari saya langsung. Kamu punya nomor saya, kan?"Kalea berdehem pelan. "Ya."****Seorang pria tengah memainkan ponselnya sambil duduk di salah satu kursi Kafe. Sesekali mata
Setelah kejadian kemarin, semalaman Elkan sulit tidur. Biasanya dia akan pergi ke luar menemui para keasihnya, atau paling tidak berkumpul dengan Deon dan Jonan di club malam. Namun rasanya malam tadi behitu beda. Dia tak memiliki selera ke luar rumah, dan memilih untuk tetap menjaga adiknya.Ngomong-ngomong, Elkan terlihat seperti ABG yang baru patah hati. Dia merasa semua ini tidak adil. Elkan merasa kesal karena mengetahui Kalea masih menyukai Dosennya, dan perasaannya terbalaskan. Seolah hanya dia yang merasa tersakiti. Sebagian hatinya mengatakan kalau di cemburu, dan mulai menyukai gadis itu. Tapi pemikiran seperti itu langsung ditepis."Gak mungkin saya suka sama dia secepat ini. Mugkin ini cuma karena saya takut kalah taruhan.""Kak." Balina menghampiri Elkan dengan ragu. Ia menyimpan secangkir kopi di atas meja. "Belum berangkat kerja?""Hari ini gak ke kantor.""Masalah kemarin aku minta maaf, ya. Kalau Kak El mau aku pulang, besok aku pulang. Tapi tolong jangan perbesar mas
Malam ini Kalea menghadiri acara makan malam yang diadakan oleh keluarga Elkan. Ini adalah kali pertamanya Kalea diperkenalkan secara resmi pada semua keluarga Elkan. Kalea tidak merasa grogi sama sekali, karena apapun respon keluarga Elkan bukan masalah untuknya. Bahkan jika mereka tidak suka dengannya nanti. Bagi Kalea, itu justru sebuah jalan keluar. Jika keluarga Elkan tak menyukainya, mereka pasti akan meminta hubungan antara Elkan dan Kalea berakhir. Itu akan jadi alasan agar sandiwara ini tak perlu berlanjut."Seharusnya kamu jangan pakai pakaian seperti ini," kata Elkan dengan nada tak suka. Kalea mendengus pelan. Kenapa pria ini jadi terlihat mengatur hidupnya? Kalea hanya mengenakan dress putih selutut, dan menurutnya itu wajar. Oke, bagian bahunya terlihat, tapi itu masih normal. "Suka-suka gue, lah. Yang pake baju itu gue, bukan lo. Minggir sana!"Belina yang berada di belakang mereka terkekeh pelan. Skakmat! Baru kali ini Belina melihat ada orang yang melawan ucapan Kak
Setelah malam dimana Kalea dibuat bingung dengan sikap Elkan, pagi harinya Kalea harus segera pergi ke kampus. Ini hari pertama setelah Kalea mendapat skors-nya. Ternyata banyak pelajaran yang terlewat, dan itu pasti akan membuatnya susah sendiri.Kalea masuk ke dalam kelas dengan terburu-buru. Di sana sudah ada Oliv yang tengah membaca buku di depannya. Gadis itu duduk di bangku pojok."Adel belum datang?" tanya Kalea mengeluarkan ponselnya."Belum. Mungkin masih di jalan. Kayaknya dia telat lagi.""Dasar cewek murahan. Lo pasti godain Pak Elkan biar suka sama lo, kan?"Kalea menoleh menatap Yumi di sampingnya. Ah, dia lupa kalau ternyata Yumi juga mulai masuk ke kampus. Yumi terlihat menatap Kalea rendah. Dia sudah tau berita yang tersebar soal Kalea dan Elkan."Sorry, ya. Gue gak ada waktu buat nanggepin lo."Yumi berdecih. "Sok, banget. Mau minta bantuan sama pacar lo itu?""Ya iya, lah. Kenapa punya pacar gak dimanfaatin?" jawab Kalea santainya. Padahal dia sendiri tak pernah mau
"Makasih, Bro, traktirannya," ucap Jonan mengusap perutnya yang sudah terisi makanan.Tumben saja Elkan mengajaknya makan bersama di retoran bersama Deon dan Kalea beserta temannya. Untungnya urusan kantor sudah selesai, jadi dia bisa langsung ke sini. Dia pikir ini sebuah peresmian yang dilakukan Elkan setelah berhasil membatalkan perjodohannya dengan Airin."Loh, siapa yang bilang itu gratis? Kalian berdua bayar sendiri. Gue cuma bayarin Kalea sama temannya," jawab Elkan kemudian menyeruput kopi di akhir."Aelah, lo bilang ada traktiran tadi."Deon tertawa pelan. "Udah tau gue. Mana mau Elkan kasih traktiran.""Eh, eh, ada berita baru," ucap Adel tiba-tiba sambil menatap layar ponselnya. "Ada yang buat klarifikasi kalau Kalea pelakor."Kalea yang mendengar namanya disebut langsung mendekatkan diri oada Adel. Begitu juga yang lain, seperti Deon yang kini berdiri di belakang gadis itu. Terlihat sebuah video yang direkam oleh Airin. Dia mengatakan jika dirinya adalah calon tunangan Elk
Malam ini Elkan kembali pergi ke club malam milik Deon setelah sekian lama tak berkunjung ke tempat itu. Jujur saja akhir-akhir ini dia tidak bermain dengan wanita. Pdahal biasanya dia selalu mencari mangsa untuk menyalurkan hasratnya. Ini berlangsung seja dirinya mulai dekat dengan Kalea."Lo gak cari cewe? Biasanya lo udah narik satu buat dibawa ke kamar," tawa Jonan sambil memeluk wanita di pangkuannya saat ini. Oh, jangan tanyakan Deon. Pria yang satu itu sudah bersenang-senang lebih dulu. Bahkan sudah ada satu jam dia belum datang lagi.Wanita di pangkuan Jonan itu ikut menceletuk. "Mau aku kenalkan sama temanku? Dia cantik, kok. Lihat yang pakai baju merah itu. Dia pasti bisa puasin kamu."Elkan menghembuskan asap rokok yang keluar di mulutnya. "Cantik, tapi saat ini saya tidak butuh.""Dia sudah punya Ibu negara," tambah Jonan yang membuat Elkan tertawa renyah.Wanita itu hanya tersenyum. Meski dia sedang berada di pangkuan Jonan, matanya hanya terfokus pada Elkan. Pria yang t
"Gila! Itu namanya lo lagi diteror, Kal."Kalea menjatuhkan kepalanya di atas meja. Mungkin benar kata Adel, ada orang yang mencoba mengusik hidupnya. Tapi siapa? Kini mereka berdua sedang berada di butik Kalea, di dalam ruangan. Kalea menceritakan semuanya hingga membuat Adel terkejut. Menurutnya Kalea bisa melaporkan ke pihak berwajib atas tindakan yang tidak menyenangkan."Terus lo belum cerita sama orang tua lo tentang masalah ini? Lo harus cerita supaya pelakunya itu tertangkap."Kalea mengangkat bahunya acuh. "Gue males. Mungkin cuma orang iseng.""Baru kali ini gue ketemu orang diteror gak panik sama sekali," kata Adel menatap jengkel.Gadis itu terkekeh sambil menegakan tubuhnya. Dia bukan orang yang mudah dipermainkan. Kalea pernah memiliki masalah seperti ini saat berada di bangku sekolah menengah atas. Ada siswi yang tak suka dengannya, jadi dia mencoba menggangu Kalea dengan menyimpan sesuatu yang menakutkan di bawah meja. Bahkan di loker dan di dalam tas miliknya. Jadi