"Ken, Ken!" Sagara segera memanggil Sekretaris-nya agar segera mendekat. "Aku sama Ken aja." tolak Sagara kepada Viona.
"Yah," ucap Viona kecewa.
"Sudah, kamu di sini aja temenin para tamu!" perintah Sagara kepada Viona. "Ayo, Ken!" ajak Sagara kepada Sekretaris-nya itu.
"Baik, Tuan." jawab Sekretaris Ken.
Sekretaris Ken mulai memindahkan Sagara ke atas kursi rodanya dan segera mendorong kursi roda itu ke arah ruang kamar mandi di gedung ini.
"Permisi, Nona." pamit Sekretaris Ken kepada Viona.
Viona hanya bisa mengangguk saja.
***
Di sepanjang perjalanan Sagara mual-mual parah. Dengan sekuat tenaga pemuda itu menahan dirinya agar mulutnya tetap tertutup rapat.
"Tahan, Tuan!" ucap Sekretaris Ken.
Saat ini Sagara dan Sekretaris Ken sudah berada di dalam kamar mandi dan mereka mulai masuk ke dalam salah satu bilik yang lumayan luas.
Sagara langsung bangkit dari duduknya dan langsung mendekat ke arah kloset dan mengeluarkan semua isi dalam perutnya.
Sekretaris Ken memijat bagian belakang leher Sagara agar Tuan-nya merasa baikan.
"Tuan habis makan apa sih? Kok bisa muntah-muntah kayak gini?" tanya Sekretaris Ken polos.
"Entah," sahut Sagara yang saat ini tengah lemas. Namun dalam hatinya pemuda itu mengutuk Viona yang menjadi penyebab dirinya muntah-muntah.
Bagi Sagara, Viona itu adalah makhluk yang sangat menjijikan karena rupanya yang jelek dan sikapnya yang bodoh.
Biasanya Sagara hanya mencium para wanita cantik saja selama hidupnya, jadi ketika dia mencium Viona, tubuhnya langsung menolak keras-keras.
Namun jika dihadapan Ken, Sagara tidak berani jujur, secara Sekretaris-nya itu naksir berat kepada Viona. Entah pesona apa yang terlihat di mata Ken sehingga laki-laki itu jatuh cinta kepada wanita yang bernilai nol koma nol satu dari nilai sepuluh.
Pemuda tampan itu kini mulai mencuci mulutnya dengan sedikit sabun agar jejak-jejak kulit Viona menghilang sepenuhnya dari permukaan bibirnya.
Sagara bergidik ngeri saat teringat peristiwa mengerikan ketika dia mencium kening Viona yang tebal penuh make up yang pengaplikasiannya tidak rata.
***
Di tempat lain.
Viola saat ini sedang berada di sebuah gudang tidak terpakai yang letaknya ada di tengah-tengah hutan dan jauh dari pemukiman para warga.
"Tolong lepaskan aku!" pinta Viola.
"Jangan berteriak!" bentak salah satu preman.
"Tolong, tolong, tolong!" teriak Viola.
"Brisik! Percuma saja kau berteriak minta tolong. Tidak ada orang yang akan datang menolongmu di tempat seperti ini. Diamlah! Nanti juga kami kembalikan lagi kau ke rumahmu."
"Tolong, tolong, tolong!" Viola tidak mengindahkan ucapan preman itu. Dia tetap meminta tolong karena secara naluriah dia sedang merasa terancam dan ingin ada orang yang menolongnya.
"Diam!" Brakk, preman yang sedang kesal itu karena pusing mendengarkan teriakan Viola menggebrak meja di depannya dengan pandangan mata yang nyalang.
Viola langsung terdiam dan ketakutan saat melihat raut wajah preman itu yang sedang ditugaskan untuk menjaga gadis itu.
"Jika kau berani berteriak lagi, maka jangan salahkan aku kalau teriakanmu itu akan menjadi desahan yang nikmat." ancam preman itu dengan pandangan mata mesumnya yang kini mulai menelusuri setiap jengkal tubuh Viola yang begitu menggoda.
Viola yang mendengar itu langsung menciut ketakutan karena dia paham apa yang sedang dimaksud oleh preman itu.
***
"Kenapa kau tidak bersuara dan berteriak-teriak seperti tadi, hm?" tanya preman itu kepada Viola yang saat ini sedang menunduk ketakutan.
"Tidak, aku tidak akan berteriak lagi." cicit Viola memberikan jawaban.
Tidak lama kemudian masuklah seorang preman lagi yang memakai kaos abu-abu dengan celana jeans sobek-sobek.
"Gimana?" tanya preman yang tadi mengancam Viola kepada orang yang baru masuk itu.
"Semuanya sudah berjalan sesuai rencana A dan wanita itu sore ini bisa langsung dibebaskan."
"Oh, oke, oke. Lalu, apa ada perintah lainnya dari Bos besar?"
"Tidak ada, namun...."
"Namun apa?"
"Kita bicara di luar saja, bro!"
"Oke, oke."
Kedua preman itu segera keluar dari dalam ruangan dan mereka melanjutkan obrolan mereka kembali.
"Ayo lanjutkan, Bro!"
"Tuan Awan bilang kalau kita diperbolehkan untuk meminta tebusan ke keluarga wanita itu. Hitung-hitung buat tambahan bonus gitu."
"Wah, untung besar kita nih." seru preman itu girang.
"Kita mau minta uang tebusan berapa milyar nih?"
"Kaga usah gede-gede. Seratus juta aja sudah cukup kok. Daripada bermiliar-miliar kita malah kelamaan dapet duitnya, mending seratus juta aja, kita bisa kilat dapetinnya. Lagipula bayaran dari Tuan Awan juga udah gede, kan?"
"Iya juga sih." angguk preman itu setuju.
"Cukuplah kita jadi orang jahat, tapi jangan jadi orang serakah, karena orang serakah itu hidupnya nggak bakalan berkah, hahaha,"
"Alah, lu, bisa ae, Bro, hahaha,"
"Eh, eh, mending kita telepon sekarang aja deh. Biar ntar pas sorean kita udah bisa balik ke rumah."
"Boleh."
"Cepet kamu telepon keluarganya wanita itu! Kamu dikasih nomornya juga kan sama Tuan Awan?"
"Iya, udah ada nih. Sabar!"
Preman itu langsung mengeluarkan hape dari saku celana jeans-nya dan mulai menelepon nomor Pak Sofyan.
Setelah nada dering kelima baru panggilan telepon itu diangkat.
"Halo," ucap Pak Sofyan dari seberang telepon.
"Halo," sahut preman itu tegas.
"Ini siapa ya?"
"Gue penculik yang lagi nyulik anak loe. Cepet siapin uang seratus juta dan bawa ke stasiun terbengkalai nanti sore jam lima. Ingat jangan lapor polisi. Jika lapor polisi maka rasakan akibatnya. Anak perempuan cantikmu itu tidak akan kembali ke pelukan kalian lagi." ancam preman itu.
"Baik, baik, akan saya laksanakan sesuai perintah Anda, tapi tolong jangan sakiti puteriku!"
"Sampai jumpa di stasiun terbengkalai."
"Tunggu, tunggu! Boleh kirimkab foto puteriku dulu agar aku percaya bahwa puteriku ada bersama dengan kalian?"
"Oke."
Tut tut tut tut tut.
Sambungan telepon langsung dimatikan oleh preman itu.
"Bro, Bapaknya cewek itu minta foto anaknya."
"Ya udah, tinggal fotoin aja terus kirimin ke mereka. Kalau perlu dividioin aja!"
"Oke deh."
Preman itu mulai masuk kembali ke dalam ruangan dan memvidiokan Viola yang saat ini tengah terikat di sebuah kursi tanpa lakban di mulutnya.
"Heh, madep sini!" titah preman itu.
Viola langsung menghadap ke kamera hape yang sedang dipegang preman itu.
"Cepet kasih salam buat Bapak dan Ibumu, dan minta mereka buat nyiapin uang seratus juta!"
Viola yang memang sedang sangat ketakutan mulai bersuara, "Pah, Ma, tolong Viola. Cepat tolong Viola!" pekiknya sambil berurai air mata.
"Good, good, good," gumam preman itu memuji Viola yang patuh dengan ucapannya.
Setelah rekaman video berhasil diambil, preman itu segera mengirimkannya kepada kedua orang tuanya Viola.
***
Di gedung B, kedua orang tuanya Viola sedang panik setelah mendapatkan telepon dari penculik itu. Meski hati mereka merasa lega karena tahu keberadaan Viola, namun dengan keadaannya saat ini malah semakin membuat waswas kedua hati orang tua itu."Gimana ini, Pah?" tanya Nyonya Nadira panik."Tenang, Ma! Kita pasti bisa nyelametin anak kita, Ma.""Itu Viola sampai nangis-nangis gitu, Pah. Ayo cepetan kita selametin dia dan bawa uang seratus juta buat tebusannya." guncang Nyonya Nadira yang sudah tidak sabar untuk bertemu dengan putrinya lagi."Tidak bisa sekarang, Ma. Kita hanya bisa bertemu sesuai jadwal yang diatur oleh para penculik itu. Salah, salah, malah nanti Viola yang akan jadi korban karena kita dikira berniat memberontak."Sagara dan Sekretaris Ken yang baru saja kembali dari toilet mendengar percakapan antara Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira yang tengah panik karena Viola diculik."Hah, diculik!" ucap Sagara yang volume suaranya bisa diden
Saat ini Sagara sudah duduk kembali di kursi pelaminan. Untuk sejenak pemuda tampan itu memang duduk di kursi itu. Dia baru bisa pergi meninggalkan kursi pelaminan saat Sekretaris Ken telah selesai mengurus pekerjaan yang tadi dia perintahkan."Suamiku," ucap Viona yang saat ini tengah memeluk lengan Sagara di kursi pelaminan.Sagara merasa risih saat dipeluk lengannya dan tubuhnya disenderi oleh Viona. Beberapa kali Sagara melepaskan pelukan lengan Viona dari tubuhnya yang dibarengi dengan senyum yang kaku, namun Viona selalu nemplok kembali bak kumbang yang hinggap di sebuah bunga yang harum nan menawan."Vio, tolong lepaskan pelukanmu itu! Aku sedang kegerahan." ucap Sagara."Wokeh, Suamiku. Kamu mau sekalian dikipasin nggak?" tanya Viona antusias."Nggak usah."Viona tidak menggubris penolakan dari Sagara, gadis itu tetap mengambil kipas dan mengipaskannya kuat-kuat ke arah Sagara sampai membuat bulu mata laki-laki itu melengkung-melengkung ka
Petugas Polisi yang sudah selesai memintai keterangan dari Viola segera pergi dari Rumah Sakit Citra Husada. Viola memandangi punggung Pak Polisi itu yang kini mulai menjauh dari tempatnya berdiri.Viola tersenyum sinis. 'Tidak akan aku biarkan penabrak mobil itu ditemukan. Jika pengemudi mobil itu ditemukan maka aku pasti akan terkena getahnya juga.'Viola sadar betul bahwa di setiap mobil kemungkinan ada dashboard camera yang terpasang di dalamnya, yang berfungsi untuk merekam kondisi jalanan yang mereka lalui. Tidak menutup kemungkinan di camera itu terekam saat Viola mendorong Viona ke tengah jalan. Untungnya di sekitar daerah itu tidak ada CCTV yang terpasang, sehingga Viola bisa bernapas lega.Perihal Viona, Viola yakin bahwa Adiknya itu pasti mengalami kerusakan yang parah pada bagian otaknya, mengingat banyak darah yang keluar dari bagian kepala Viona.Lagipula jika Viona masih ingat betul tentang peristiwa tadi siang, Viola akan dengan mudah me
Sagara yang tidak nyaman dengan perilaku Viona langsung menjauhkan tangan gadis itu dari dadanya dan menyentak kasar tubuh Viona dengan tangannya."Ma-maaf," ucap Sagara kepada Viona yang kini telah nyungsep ke ujung kursi pelaminan itu.Beberapa pasang mata memperhatikan kejadian itu, namun Sagara memilih untuk cuek saja."Suamiku, kok kamu seksi banget sih kalau sedang kasar kayak gitu." ucap Viona dengan kedua matanya yang berbinar.Viona segera mendekat lagi ke arah Sagara dan langsung nemplok ke tubuh laki-laki itu, mirip seperti uler keket yang nemplok ke sebuah dahan kecil di pepohonan."Huft," Sagara hanya bisa menghela napas lelahnya saat ditemploki lagi seperti ini oleh gadis jelek itu.'Ken kemana sih? Kenapa lama banget ngurus masalah itu.' batin Sagara.Sarmila yang ada di dekat mereka berdua juga hanya menghela napas panjangnya saat melihat tingkah Viona yang tidak merasa sakit hati sedikit pun dengan sikap kasar Sagara.
Di Aula utama gedung ini Sekretaris Ken mulai menjelaskan keadaan yang sebenarnya."Para hadirin tamu undangan semuanya yang sangat saya hormati, saya Kenzo selaku Sekretaris dari Tuan Muda Sagara Bhumi Saputra ingin menyampaikan bahwa calon pengantin Tuan Muda Sagara yang sebelumnya, yang bernama Viola bukan melarikan diri, melainkan diculik oleh orang-orang jahat. Berikut cuplikan video yang dikirimkan oleh para penculik untuk memeras kedua orang tua dari gadis yang tidak berdosa itu."Tangan Sekretaris Ken sudah menunjuk layar besar dengan lengannya namun layar itu tetap saja hitam dan belum ada tanda-tanda ada video yang terputar.Di ruangan khusus, tangan Sekretaris Diana sedang menahan tangan orang yang tadi dimintai tolong oleh Sekretaris Ken."Nona, kenapa Anda menahan tangan saya?" tanya orang itu."Apakah itu video tentang Viola yang diculik?" tanya Sekretaris Diana yang tidak mengindahkan pertanyaan dari laki-laki itu."Iya,"Deng
Semua orang langsung tegang saat mendapati layar besar di dalam gedung itu mulai mengerjap-ngerjap.Blub blub blub."Patrick, kenapa kau taruh semua bawang di dalam krapie pati?""Biar makin tambah enak, Spongebob.""Cepat taruh kembali bawang-bawang itu ke piring dan ganti dengan tomat dan selada, Patrick!""Tidak mau, Spongebob.""Hahaha!" suara ledakan tawa kembali memenuhi seisi ruangan gedung ini karena video yang ditampilkan di dalam layar besar adalah cuplikan video dari film kartun yang ternama bukan video tentang Viola yang diculik."Oh, jadi ini video tentang keadaan Viola yang diculik ya, Tuan Ken, hahaha!" celetuk seseorang.Sagara menggenggam erat tangannya karena sangat kesal dengan tingkah orang itu yang sedari tadi selalu mengolok-olok-nya. Sagara juga sangat kesal dengan tawa semua or
Kehormatan Sagara kini mulai pulih kembali dan orang-orang yang sejak tadi mencibir Sagara kini mulai mengagung-agungkan laki-laki itu kembali."Ternyata Viola beneran diculik ya.""Hu'um,""Berarti gadis itu bukan melarikan diri dari pernikahannya karena menolak dijodohkan dengan Tuan Muda Sagara dong.""Jelas bukanlah. Mana mungkin ada wanita yang berani menolak pesona Tuan Muda Sagara yang berkharisma seperti itu. Meski Tuan Muda Saga sudah tidak sesempurna dulu, tapi tetap saja jika dibandingkan dengan laki-laki normal pada umumnya, masih lebih unggul Tuan Muda Sagara kemana-mana.""Hu'um, betul banget.""Tapi kasihan ya Tuan Muda Saga, dia malah menikah dengan gadis bodoh gara-gara ulah para penjahat itu.""Iya, kasihan sekali. Andai saja para penjahat itu tidak menculik Viola, sudah pasti hari ini kita akan melihat peristiwa sakral yang luar bia
"Anu, itu anu apa, Tuan Muda?" tanya Sekretaris Ken."Kepalaku pusing." bohong Sagara. 'Ah, mudah-mudahan Ken percaya.' lanjutnya membatin."Pasti gara-gara peristiwa tadi ya, Tuan. Hehe, aku minta maaf ya kalau tadi sempat membuat Tuan Muda Saga malu. Itu semua di luar rencanaku." ucap Sekretaris Ken yang percaya saja dengan perkataan Sagara dan laki-laki itu mengira bahwa Tuannya sedang pusing gara-gara dipermalukan dua kali gara-gara permasalahan video itu."Kenapa video-nya ngadat seperti itu sih, Ken?" tanya Sagara kesal. "Yang pertama saja sudah buat aku mati kutu, eh ketambahan sama video kartun itu. Arghhh, ingin kubenamkan saja wajahku ke permukaan bantal saat itu.""Kalau yang pertama itu memang sudah sesuai dengan perkiraanku, Tuan.""Maksudmu, kamu memang sengaja membuatnya seperti itu?""Tidak sengaja juga sih, Tuan. Yang pertama itu sepertinya terjadi karena ulah dari Sekretaris Diana. Ini sih hanya tebakanku saja. Ah itu orangny