Share

9. Pengantin Paling Menor Ya Viona

Pembawa acara pernikahan Sagara dan Viona di Gedung B ini mulai mengumumkan bahwa prosesi akad nikah antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan akan segera dimulai.

"Akhirnya acara akad nikahnya dimulai juga." seru pada tamu undangan yang bersorak senang karena setelah ini mereka bisa cepat-cepat pulang ke rumah masing-masing.

"Berarti Viola sudah ditemukan ya?" bisik mereka bertanya-tanya.

"Nggak tahu juga tuh. Tapi tadi aku sempet denger katanya Tuan Muda Saga mau dinikahkan dengan Viona."

"What! Hahaha," kikik mereka semua yang merasa bahwa fenomena ini sangat lucu.

"Kalau Tuan Muda Saga yang lumpuh itu nikah sama Viona si gadis jelek dan bodoh itu, sungguh cocok sekali. Aku setuju sih kalau ini beneran terjadi." kikik mereka.

"Iya, Jeng. Aku juga setuju banget."

***

"Mari Tuan Muda, Anda harus segera duduk di kursi pelaminan!" ajak salah satu Panitia.

"Baik," angguk Sagara.

Kursi roda yang diduduki oleh Sagara mulai didorong oleh Sekretaris Ken mendekat ke arah kursi pelaminan yang akan digunakan untuk acara ijab qobul.

Sekretaris Ken mulai memindahkan tubuh Sagara dari atas kursi roda ke sebuah kursi panjang yang khusus disediakan untuk sang mempelai pengantin.

"Eh, eh, calon pengantin wanitanya sudah mulai masuk ke dalam Aula ini tuh." seru salah satu tamu yang menarik semua perhatian orang-orang di dalam Aula utama ini.

Terlihat Viona yang sudah mengenakan baju pengantin yang sangat cantik berjalan di karpet merah yang akan menuntunnya ke panggung utama.

Semua orang yang berada di dalam gedung ini tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Viona yang penampilannya begitu sulit untuk digambarkan dengan kata-kata.

"Baru kali ini aku melihat pengantin wanita yang dandanannya begitu menakjubkan seperti ini, Ma." ucap seorang lelaki kepada Istrinya.

"Sama, Pah. Mama juga tidak bisa berkata-kata melihat pengantin wanita itu. Penampilannya sungguh ... pffft,"

Semua orang yang berada di dalam gedung ini sedang sekuat tenaga menahan tawanya saat melihat Viona dengan dandanannya yang sungguh luar biasa lucunya.

"Tahan, Ma! Jangan tertawa, pfft,"

"Hahaha," seluruh tamu undangan di dalam gedung ini meledakan tawanya karena sudah tidak kuat lagi menahannya.

Viona mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru Aula ini. Semua orang yang sedang menertawakannya terlihat jelas di matanya, namun gadis itu malah ikut tertawa bahagia bersama mereka semua.

"Ma, Pa, semua orang kayaknya bahagia sekali ya dengan pernikahannya Vio dan Tuan Muda." ucap Viona dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.

"Tentu saja, Sayang. Mereka pasti sangat bahagia bisa menyaksikan pernikahan yang luar biasa ini." sahut Nyonya Nadira. "Ayo kita segera naik ke atas panggung! Tuan Muda sudah nungguin kamu tuh."

"Iya, Ma. Ayo!" angguk Viona antusias.

Viona mulai berjalan ke arah panggung bersama dengan kedua orangtuanya.

Di kursi pelaminan, Sagara tengah menundukkan kepalanya sambil menutupi wajahnya dengan salah satu telapak tangannya. "Ya Tuhan, sebenarnya aku ini punya dosa apa? Kok malah dapet jodoh yang luar binasa dan cetar membahana seperti dia." gumam pemuda tampan itu yang saat ini sedang menangis di dalam hatinya.

Jika Tuhan semesta alam bersedia memperlihatkan kebesarannya kepada Sagara. Mungkin saat ini lelaki itu akan mendengar jawaban dari Tuhannya yang mengabsen semua dosa-dosa besar yang telah dilakukan oleh pemuda tampan itu. Belum lagi dosa-dosa receh yang Sagara lakukan mungkin jumlahnya sudah melebihi gunung jika disatukan.

Jika Sagara ingin menangis melihat penampilan Viona, maka Sekretaris Ken kebalikan dari Tuannya.

Laki-laki tampan itu justru sangat terpesona saat melihat Viona dalam balutan gaun pengantin yang sangat cantik.

"Sungguh menakjubkan." gumam Sekretaris Ken yang saat ini pandangannya terpaku kepada sosok pengantin menor di ruangan ini.

"Hai, calon suami," sapa Viona kepada Sagara yang saat ini sudah duduk di kursi pelaminan.

Gadis itu mulai bergabung dengan Sagara dan mulai duduk di samping pemuda tampan itu.

"Hoek," tiba-tiba Sagara mual.

"Anda tidak apa-apa, Tuan?" tanya Sekretaris Ken yang berdiri di dekat Sagara.

"Aku nggak apa-apa, Ken." sahut lelaki itu sambil menggelengkan kepalanya.

Pak Penghulu yang sudah tidak sabar menikahkan kedua calon pengantin mulai membuka suaranya.

"Karena kedua mempelai pengantin sudah siap maka acara akad nikahnya akan segera saya mulai."

Semua orang langsung khusyuk setelah mendengar penuturan dari Pak Penghulu.

"Baiklah. Tuan Sofyan tolong jabat tangan saya!" pinta Pak Penghulu itu.

"Baik, Pak."

"Ikuti semua ucapan dari Asisten saya ya, Tuan!"

"Siap, Pak."

"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Asisten Pak Penghulu.

"Bismillahirrahmanirrahim," ulang Tuan Sofyan.

"Saya yang bernama Sofyan Adem Anyes menyerahkan hak perwalian saya kepada Pak Penghulu untuk menjadi wali hakim bagi anak perempuan saya yang bernama Viona Banyu Mutia."

"Saya yang bernama Sofyan Adem Anyes menyerahkan hak perwalian saya kepada Pak Penghulu untuk menjadi wali hakim bagi anak perempuan saya yang bernama Viona Banyu Mutia." ulang Tuan Sofyan.

Pak Penghulu pun menimpali semua perkataan dari Tuan Sofyan dan menyanggupi untuk menjadi wali hakim bagi anaknya Tuan Sofyan yang bernama Viona.

Kini Pak Penghulu mulai berjabat tangan dengan Sagara.

"Saya nikahkan engkau Ananda Sagara Bhumi Saputra bin Bhumi Cakra dengan Viona Banyu Mutia binti Sofyan Adem Anyes dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar seratus juta rupiah dibayar tunai."

"Saya terima nikahnya Viona Banyu Mutia binti Sofyan Adem Anyes dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Sah para saksi?" tanya Pak Penghulu kepada dua saksi yang sedang bertugas hari ini.

"Sah," jawab mereka berdua serempak.

"Bagaimana, sah?" kali ini pertanyaan itu ditujukan kepada para tamu yang hadir di acara pernikahan ini.

"Sah!" ucap mereka semua.

Mungkin yang menjawab tidak sah hanya Sekretaris Ken saja di dalam hatinya yang saat ini tidak rela bahwa majikannya menikahi gadis pujaannya.

"Silakan mempelai wanita mencium tangan suaminya dan mempelai laki-laki mencium kening istrinya dan mendo'akannya!" perintah sang Pak Penghulu.

"Saya tidak hapal do'anya, Pak." ucap Sagara.

"Nanti biar Bapak yang bimbing."

"Baik, Pak."

Viona yang saat ini sedang mesam mesem mulai meraih tangan Sagara dan menciuminya berulang kali.

Sagara sebenarnya merasa jijik saat tangan kanannya diciumi oleh Viona dengan penuh semangat, namun dia tidak bisa menghentikannya.

Kini giliran pemuda tampan itu yang harus mencium kening Viona. Arghhh, rasanya Sagara ingin muntah saat ini juga.

Dengan menahan segala gejolak dalam dirinya, Sagara mulai mencium kening Viona secepat kilat dan dilanjutkan dengan pembacaan do'a yang dituntun oleh Pak Penghulu.

Prosesi akad nikah telah selesai dilaksanakan dengan sukses dan tidak ada pengulangan satu kali pun.

Sagara memang jempolan tidak merasa gugup ataupun salah dalam penyebutan nama calon istrinya.

Wajar saja tidak merasa gugup, wong, pemuda tampan itu tidak ada hati untuk gadis di sampingnya.

Semua orang belum beranjak dari tempat duduknya masing-masing, namun Viona yang sangat mencintai Sagara langsung memeluk erat lengan laki-laki itu.

"Viona, tolong lepaskan tanganku! Aku ingin ke kamar kecil sebentar." perintah Sagara.

"Ayo, biar Vio aja yang antar, Suamiku." tawar gadis itu.

"Tidak!" tolak Sagara dengan nada suara yang tinggi dan membuatnya seperti orang yang sedang berteriak.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status