Pembawa acara pernikahan Sagara dan Viona di Gedung B ini mulai mengumumkan bahwa prosesi akad nikah antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan akan segera dimulai.
"Akhirnya acara akad nikahnya dimulai juga." seru pada tamu undangan yang bersorak senang karena setelah ini mereka bisa cepat-cepat pulang ke rumah masing-masing.
"Berarti Viola sudah ditemukan ya?" bisik mereka bertanya-tanya.
"Nggak tahu juga tuh. Tapi tadi aku sempet denger katanya Tuan Muda Saga mau dinikahkan dengan Viona."
"What! Hahaha," kikik mereka semua yang merasa bahwa fenomena ini sangat lucu.
"Kalau Tuan Muda Saga yang lumpuh itu nikah sama Viona si gadis jelek dan bodoh itu, sungguh cocok sekali. Aku setuju sih kalau ini beneran terjadi." kikik mereka.
"Iya, Jeng. Aku juga setuju banget."
***
"Mari Tuan Muda, Anda harus segera duduk di kursi pelaminan!" ajak salah satu Panitia.
"Baik," angguk Sagara.
Kursi roda yang diduduki oleh Sagara mulai didorong oleh Sekretaris Ken mendekat ke arah kursi pelaminan yang akan digunakan untuk acara ijab qobul.
Sekretaris Ken mulai memindahkan tubuh Sagara dari atas kursi roda ke sebuah kursi panjang yang khusus disediakan untuk sang mempelai pengantin.
"Eh, eh, calon pengantin wanitanya sudah mulai masuk ke dalam Aula ini tuh." seru salah satu tamu yang menarik semua perhatian orang-orang di dalam Aula utama ini.
Terlihat Viona yang sudah mengenakan baju pengantin yang sangat cantik berjalan di karpet merah yang akan menuntunnya ke panggung utama.
Semua orang yang berada di dalam gedung ini tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Viona yang penampilannya begitu sulit untuk digambarkan dengan kata-kata.
"Baru kali ini aku melihat pengantin wanita yang dandanannya begitu menakjubkan seperti ini, Ma." ucap seorang lelaki kepada Istrinya.
"Sama, Pah. Mama juga tidak bisa berkata-kata melihat pengantin wanita itu. Penampilannya sungguh ... pffft,"
Semua orang yang berada di dalam gedung ini sedang sekuat tenaga menahan tawanya saat melihat Viona dengan dandanannya yang sungguh luar biasa lucunya.
"Tahan, Ma! Jangan tertawa, pfft,"
"Hahaha," seluruh tamu undangan di dalam gedung ini meledakan tawanya karena sudah tidak kuat lagi menahannya.
Viona mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru Aula ini. Semua orang yang sedang menertawakannya terlihat jelas di matanya, namun gadis itu malah ikut tertawa bahagia bersama mereka semua.
"Ma, Pa, semua orang kayaknya bahagia sekali ya dengan pernikahannya Vio dan Tuan Muda." ucap Viona dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.
"Tentu saja, Sayang. Mereka pasti sangat bahagia bisa menyaksikan pernikahan yang luar biasa ini." sahut Nyonya Nadira. "Ayo kita segera naik ke atas panggung! Tuan Muda sudah nungguin kamu tuh."
"Iya, Ma. Ayo!" angguk Viona antusias.
Viona mulai berjalan ke arah panggung bersama dengan kedua orangtuanya.
Di kursi pelaminan, Sagara tengah menundukkan kepalanya sambil menutupi wajahnya dengan salah satu telapak tangannya. "Ya Tuhan, sebenarnya aku ini punya dosa apa? Kok malah dapet jodoh yang luar binasa dan cetar membahana seperti dia." gumam pemuda tampan itu yang saat ini sedang menangis di dalam hatinya.
Jika Tuhan semesta alam bersedia memperlihatkan kebesarannya kepada Sagara. Mungkin saat ini lelaki itu akan mendengar jawaban dari Tuhannya yang mengabsen semua dosa-dosa besar yang telah dilakukan oleh pemuda tampan itu. Belum lagi dosa-dosa receh yang Sagara lakukan mungkin jumlahnya sudah melebihi gunung jika disatukan.
Jika Sagara ingin menangis melihat penampilan Viona, maka Sekretaris Ken kebalikan dari Tuannya.
Laki-laki tampan itu justru sangat terpesona saat melihat Viona dalam balutan gaun pengantin yang sangat cantik.
"Sungguh menakjubkan." gumam Sekretaris Ken yang saat ini pandangannya terpaku kepada sosok pengantin menor di ruangan ini.
"Hai, calon suami," sapa Viona kepada Sagara yang saat ini sudah duduk di kursi pelaminan.
Gadis itu mulai bergabung dengan Sagara dan mulai duduk di samping pemuda tampan itu.
"Hoek," tiba-tiba Sagara mual.
"Anda tidak apa-apa, Tuan?" tanya Sekretaris Ken yang berdiri di dekat Sagara.
"Aku nggak apa-apa, Ken." sahut lelaki itu sambil menggelengkan kepalanya.
Pak Penghulu yang sudah tidak sabar menikahkan kedua calon pengantin mulai membuka suaranya.
"Karena kedua mempelai pengantin sudah siap maka acara akad nikahnya akan segera saya mulai."
Semua orang langsung khusyuk setelah mendengar penuturan dari Pak Penghulu.
"Baiklah. Tuan Sofyan tolong jabat tangan saya!" pinta Pak Penghulu itu.
"Baik, Pak."
"Ikuti semua ucapan dari Asisten saya ya, Tuan!"
"Siap, Pak."
"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Asisten Pak Penghulu.
"Bismillahirrahmanirrahim," ulang Tuan Sofyan.
"Saya yang bernama Sofyan Adem Anyes menyerahkan hak perwalian saya kepada Pak Penghulu untuk menjadi wali hakim bagi anak perempuan saya yang bernama Viona Banyu Mutia."
"Saya yang bernama Sofyan Adem Anyes menyerahkan hak perwalian saya kepada Pak Penghulu untuk menjadi wali hakim bagi anak perempuan saya yang bernama Viona Banyu Mutia." ulang Tuan Sofyan.
Pak Penghulu pun menimpali semua perkataan dari Tuan Sofyan dan menyanggupi untuk menjadi wali hakim bagi anaknya Tuan Sofyan yang bernama Viona.
Kini Pak Penghulu mulai berjabat tangan dengan Sagara.
"Saya nikahkan engkau Ananda Sagara Bhumi Saputra bin Bhumi Cakra dengan Viona Banyu Mutia binti Sofyan Adem Anyes dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar seratus juta rupiah dibayar tunai."
"Saya terima nikahnya Viona Banyu Mutia binti Sofyan Adem Anyes dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Sah para saksi?" tanya Pak Penghulu kepada dua saksi yang sedang bertugas hari ini.
"Sah," jawab mereka berdua serempak.
"Bagaimana, sah?" kali ini pertanyaan itu ditujukan kepada para tamu yang hadir di acara pernikahan ini.
"Sah!" ucap mereka semua.
Mungkin yang menjawab tidak sah hanya Sekretaris Ken saja di dalam hatinya yang saat ini tidak rela bahwa majikannya menikahi gadis pujaannya.
"Silakan mempelai wanita mencium tangan suaminya dan mempelai laki-laki mencium kening istrinya dan mendo'akannya!" perintah sang Pak Penghulu.
"Saya tidak hapal do'anya, Pak." ucap Sagara.
"Nanti biar Bapak yang bimbing."
"Baik, Pak."
Viona yang saat ini sedang mesam mesem mulai meraih tangan Sagara dan menciuminya berulang kali.
Sagara sebenarnya merasa jijik saat tangan kanannya diciumi oleh Viona dengan penuh semangat, namun dia tidak bisa menghentikannya.
Kini giliran pemuda tampan itu yang harus mencium kening Viona. Arghhh, rasanya Sagara ingin muntah saat ini juga.
Dengan menahan segala gejolak dalam dirinya, Sagara mulai mencium kening Viona secepat kilat dan dilanjutkan dengan pembacaan do'a yang dituntun oleh Pak Penghulu.
Prosesi akad nikah telah selesai dilaksanakan dengan sukses dan tidak ada pengulangan satu kali pun.
Sagara memang jempolan tidak merasa gugup ataupun salah dalam penyebutan nama calon istrinya.
Wajar saja tidak merasa gugup, wong, pemuda tampan itu tidak ada hati untuk gadis di sampingnya.
Semua orang belum beranjak dari tempat duduknya masing-masing, namun Viona yang sangat mencintai Sagara langsung memeluk erat lengan laki-laki itu.
"Viona, tolong lepaskan tanganku! Aku ingin ke kamar kecil sebentar." perintah Sagara.
"Ayo, biar Vio aja yang antar, Suamiku." tawar gadis itu.
"Tidak!" tolak Sagara dengan nada suara yang tinggi dan membuatnya seperti orang yang sedang berteriak.
***
"Ayo Vio antar!" Viona bersikeras."Ken, Ken!" Sagara segera memanggil Sekretaris-nya agar segera mendekat. "Aku sama Ken aja." tolak Sagara kepada Viona."Yah," ucap Viona kecewa."Sudah, kamu di sini aja temenin para tamu!" perintah Sagara kepada Viona. "Ayo, Ken!" ajak Sagara kepada Sekretaris-nya itu."Baik, Tuan." jawab Sekretaris Ken.Sekretaris Ken mulai memindahkan Sagara ke atas kursi rodanya dan segera mendorong kursi roda itu ke arah ruang kamar mandi di gedung ini."Permisi, Nona." pamit Sekretaris Ken kepada Viona.Viona hanya bisa mengangguk saja.***Di sepanjang perjalanan Sagara mual-mual parah. Dengan sekuat tenaga pemuda itu menahan dirinya agar mulutnya tetap tertutup rapat."Tahan, Tuan!" ucap Sekretaris Ken.Saat ini Sagara dan Sekretaris Ken sudah berada di dalam kamar mandi dan mereka mulai masuk ke dalam salah satu bilik yang lumayan luas.Sagara langsung bangkit dari duduknya dan la
Di gedung B, kedua orang tuanya Viola sedang panik setelah mendapatkan telepon dari penculik itu. Meski hati mereka merasa lega karena tahu keberadaan Viola, namun dengan keadaannya saat ini malah semakin membuat waswas kedua hati orang tua itu."Gimana ini, Pah?" tanya Nyonya Nadira panik."Tenang, Ma! Kita pasti bisa nyelametin anak kita, Ma.""Itu Viola sampai nangis-nangis gitu, Pah. Ayo cepetan kita selametin dia dan bawa uang seratus juta buat tebusannya." guncang Nyonya Nadira yang sudah tidak sabar untuk bertemu dengan putrinya lagi."Tidak bisa sekarang, Ma. Kita hanya bisa bertemu sesuai jadwal yang diatur oleh para penculik itu. Salah, salah, malah nanti Viola yang akan jadi korban karena kita dikira berniat memberontak."Sagara dan Sekretaris Ken yang baru saja kembali dari toilet mendengar percakapan antara Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira yang tengah panik karena Viola diculik."Hah, diculik!" ucap Sagara yang volume suaranya bisa diden
Saat ini Sagara sudah duduk kembali di kursi pelaminan. Untuk sejenak pemuda tampan itu memang duduk di kursi itu. Dia baru bisa pergi meninggalkan kursi pelaminan saat Sekretaris Ken telah selesai mengurus pekerjaan yang tadi dia perintahkan."Suamiku," ucap Viona yang saat ini tengah memeluk lengan Sagara di kursi pelaminan.Sagara merasa risih saat dipeluk lengannya dan tubuhnya disenderi oleh Viona. Beberapa kali Sagara melepaskan pelukan lengan Viona dari tubuhnya yang dibarengi dengan senyum yang kaku, namun Viona selalu nemplok kembali bak kumbang yang hinggap di sebuah bunga yang harum nan menawan."Vio, tolong lepaskan pelukanmu itu! Aku sedang kegerahan." ucap Sagara."Wokeh, Suamiku. Kamu mau sekalian dikipasin nggak?" tanya Viona antusias."Nggak usah."Viona tidak menggubris penolakan dari Sagara, gadis itu tetap mengambil kipas dan mengipaskannya kuat-kuat ke arah Sagara sampai membuat bulu mata laki-laki itu melengkung-melengkung ka
Petugas Polisi yang sudah selesai memintai keterangan dari Viola segera pergi dari Rumah Sakit Citra Husada. Viola memandangi punggung Pak Polisi itu yang kini mulai menjauh dari tempatnya berdiri.Viola tersenyum sinis. 'Tidak akan aku biarkan penabrak mobil itu ditemukan. Jika pengemudi mobil itu ditemukan maka aku pasti akan terkena getahnya juga.'Viola sadar betul bahwa di setiap mobil kemungkinan ada dashboard camera yang terpasang di dalamnya, yang berfungsi untuk merekam kondisi jalanan yang mereka lalui. Tidak menutup kemungkinan di camera itu terekam saat Viola mendorong Viona ke tengah jalan. Untungnya di sekitar daerah itu tidak ada CCTV yang terpasang, sehingga Viola bisa bernapas lega.Perihal Viona, Viola yakin bahwa Adiknya itu pasti mengalami kerusakan yang parah pada bagian otaknya, mengingat banyak darah yang keluar dari bagian kepala Viona.Lagipula jika Viona masih ingat betul tentang peristiwa tadi siang, Viola akan dengan mudah me
Sagara yang tidak nyaman dengan perilaku Viona langsung menjauhkan tangan gadis itu dari dadanya dan menyentak kasar tubuh Viona dengan tangannya."Ma-maaf," ucap Sagara kepada Viona yang kini telah nyungsep ke ujung kursi pelaminan itu.Beberapa pasang mata memperhatikan kejadian itu, namun Sagara memilih untuk cuek saja."Suamiku, kok kamu seksi banget sih kalau sedang kasar kayak gitu." ucap Viona dengan kedua matanya yang berbinar.Viona segera mendekat lagi ke arah Sagara dan langsung nemplok ke tubuh laki-laki itu, mirip seperti uler keket yang nemplok ke sebuah dahan kecil di pepohonan."Huft," Sagara hanya bisa menghela napas lelahnya saat ditemploki lagi seperti ini oleh gadis jelek itu.'Ken kemana sih? Kenapa lama banget ngurus masalah itu.' batin Sagara.Sarmila yang ada di dekat mereka berdua juga hanya menghela napas panjangnya saat melihat tingkah Viona yang tidak merasa sakit hati sedikit pun dengan sikap kasar Sagara.
Di Aula utama gedung ini Sekretaris Ken mulai menjelaskan keadaan yang sebenarnya."Para hadirin tamu undangan semuanya yang sangat saya hormati, saya Kenzo selaku Sekretaris dari Tuan Muda Sagara Bhumi Saputra ingin menyampaikan bahwa calon pengantin Tuan Muda Sagara yang sebelumnya, yang bernama Viola bukan melarikan diri, melainkan diculik oleh orang-orang jahat. Berikut cuplikan video yang dikirimkan oleh para penculik untuk memeras kedua orang tua dari gadis yang tidak berdosa itu."Tangan Sekretaris Ken sudah menunjuk layar besar dengan lengannya namun layar itu tetap saja hitam dan belum ada tanda-tanda ada video yang terputar.Di ruangan khusus, tangan Sekretaris Diana sedang menahan tangan orang yang tadi dimintai tolong oleh Sekretaris Ken."Nona, kenapa Anda menahan tangan saya?" tanya orang itu."Apakah itu video tentang Viola yang diculik?" tanya Sekretaris Diana yang tidak mengindahkan pertanyaan dari laki-laki itu."Iya,"Deng
Semua orang langsung tegang saat mendapati layar besar di dalam gedung itu mulai mengerjap-ngerjap.Blub blub blub."Patrick, kenapa kau taruh semua bawang di dalam krapie pati?""Biar makin tambah enak, Spongebob.""Cepat taruh kembali bawang-bawang itu ke piring dan ganti dengan tomat dan selada, Patrick!""Tidak mau, Spongebob.""Hahaha!" suara ledakan tawa kembali memenuhi seisi ruangan gedung ini karena video yang ditampilkan di dalam layar besar adalah cuplikan video dari film kartun yang ternama bukan video tentang Viola yang diculik."Oh, jadi ini video tentang keadaan Viola yang diculik ya, Tuan Ken, hahaha!" celetuk seseorang.Sagara menggenggam erat tangannya karena sangat kesal dengan tingkah orang itu yang sedari tadi selalu mengolok-olok-nya. Sagara juga sangat kesal dengan tawa semua or
Kehormatan Sagara kini mulai pulih kembali dan orang-orang yang sejak tadi mencibir Sagara kini mulai mengagung-agungkan laki-laki itu kembali."Ternyata Viola beneran diculik ya.""Hu'um,""Berarti gadis itu bukan melarikan diri dari pernikahannya karena menolak dijodohkan dengan Tuan Muda Sagara dong.""Jelas bukanlah. Mana mungkin ada wanita yang berani menolak pesona Tuan Muda Sagara yang berkharisma seperti itu. Meski Tuan Muda Saga sudah tidak sesempurna dulu, tapi tetap saja jika dibandingkan dengan laki-laki normal pada umumnya, masih lebih unggul Tuan Muda Sagara kemana-mana.""Hu'um, betul banget.""Tapi kasihan ya Tuan Muda Saga, dia malah menikah dengan gadis bodoh gara-gara ulah para penjahat itu.""Iya, kasihan sekali. Andai saja para penjahat itu tidak menculik Viola, sudah pasti hari ini kita akan melihat peristiwa sakral yang luar bia