Tatapan penuh rindu membias penuh di mata Aldrich menatap wajah wanita yang tak pernah dilupakannya seumur hidup. Senyum, tangis dan tawanya adalah kekuatan baginya untuk bangun saat ini dibantu sang putra yang berbalik menatap benci pada sosok Ibu yang pernah mengandungnya selama sembilan bulan. “Bey, apakah ini benar kau?” tanya Aldrich mendekat, sedangkan Zico membuang muka karena terdapat Raiden di sisi Beyonce dan Freya yang digandeng Mischa. Kaki Beyonce hampir melangkah ke arah Aldrich. Namun, berbagai kilasan yang membayangi kepala tentang foto-foto vulgar antara Veneta dan Aldrich membuat Beyonce tergemap di tempat. Aldrich tercengang, begitupun Zico melihat itu yang menahan amarah dengan mengepalkan kuat tangannya. “Beyonce, aku ingin bicara. Kenapa kau pergi setelah lama kita tidak pernah bertemu? Tolong, temui aku sekali saja?” pinta Aldrich yang berteriak. Pelupuk mata Zico memenuh, dadanya panas mendengar teriakan sang papa yang tak digubris karena Beyonce malah perg
“Co, biarkan aku menciummu!”“Freya, jangan gila!” Zico berusaha menyingkirkan jari lentik bercat kuku salem wanita ini dari rahangnya. Telapak tangan Freya yang halus membelai kulitnya, membuat seluruh bulu di tubuh Zico meremang. Zico harus benar-benar bisa menahan godaan dahsyat Freya. Walau sebenarnya bisa saja Zico berbuat kasar. Tetapi jauh di dalam lubuk hati Zico, ada rasa tak tega menyakiti wanita yang pernah mendiami hatinya ini. “Tidak, aku tergila-gila padamu, Co? Aku sangat mencintaimu!” Freya memaksa kembali melumat bibir Zico penuh damba. “Freya…” Zico menggeleng. Dengan sekali tangkup Freya berhasil melahap bibir Zico. “Co… Mmmph.”Freya menenggelamkan seluruh bibirnya di dalam buai mulut Zico yang hangat. Rasa anggur bercampur manis tembakau, membuat Freya menggila. Isapannya begitu kuat dan terlihat lebih dominan.Benar-benar gila! Seumur-umur Zico baru kali ini diperkosa wanita. Mulanya Zico tak ingin membalas ciuman Freya dan membiarkan Freya lebih dominan.B
Kelopak mata Freya memberat saat terbuka, manakala pendar matahari menyerobot dari sela netranya di tengah hari dari jendela kaca kamar apartemen itu yang kelambunya tersibak angin AC. Remuk seluruh tubuhnya tak bisa diukur. Bibir Freya yang kering memucat terbuka dengan desisan tak biasa begitu pangkal pahanya terasa ngilu dan perih. “Arkh!” rintihnya lagi. Freya kesulitan bangun, setelah mendapati kedua tangannya terbelenggu borgol di sisi tiang ranjang seorang diri. Kamarnya sangat berantakan, tubuh telanjang Freya hanya beralaskan selimut melorot ke bawah dada ketika Freya memaksa duduk. “Co… Lepaskan aku,” pinta Freya dengan suara lemah di keheningan kamar itu, dipadu bunyi gemerincing besi tertarik-tarik. Sayangnya, permintaan memelas Freya hanya didengarkan oleh desauan angin membisu. Zico tak ada di sana dan pergi entah ke mana meninggalkannya begitu saja setelah membuatnya tersiksa.Lima menit Freya terus memaksakan diri terlepas dari belenggu. Hingga akhirnya Freya m
"Hai, Co. Mari ikut kami bergabung di sini?" ajak Kevin yang duduk di sofa ruang tamu bersama Yoel, saat melihat Zico baru saja masuk dari luar. Zico yang malas hanya menatap mereka sekilas dan menggelengkan kepala, kemudian berlalu tanpa mengatakan apapun. Hingga Kevin dan Yoel bersitatap heran, sebenarnya apa yang terjadi dengan sepupunya itu? Kevin menyusul Zico yang baru akan menginjakkan kaki di anakan tangga. Tetapi Zico sama sekali tak terpengaruh dengan panggilannya. Tidak menemukan cara lain mengajak Zico bicara, lantas Kevin terpaksa menghadang. "Ada apa denganmu?" tanya Kevin yang bersedekap itu menatap Zico penuh curiga. "Kev, aku sedang tidak ingin diganggu. Minggirlah!" suruh Zico sambil mengendurkan dasi. Tidak puas dengan jawaban itu, Kevin kembali berkata, "Kau terlihat aneh sekali. Belakangan ini juga aku jarang melihatmu bergabung bersama kita di kelab malam." "Hanya berlibur sesekali karena bosan saja kau buat masalah?" sahut Zico dengan sorot dingin
Tubuh Zico mematung mendengar itu, matanya membola yang setelahnya memegangi kepala dengan merutuki kesialannya. "Apakah di rumah sakit lain tidak ada?" Zico bertanya dengan gelisah. "Tidak ada Tuan. Sebelum memberitahu Anda, kami sudah coba menghubungi rumah sakit cabang ini dan yang lain dan ternyata juga sedang kosong," jawab sang dokter apa adanya. "Oh, astaga!" sebut Zico dengan berjalan mundur memusingkan hal itu. Belum lagi pernyataan dokter mengenai Freya yang melakukan percobaan bunuh diri. Menurutnya, hal itu harus segera Zico laporkan ke pihak berwajib untuk ditelusuri lebih lanjut. Kondisi terdesak itu membuat Zico tak ingin berada dalam masalah, sebab secara tidak langsung Zico menyebabkan Freya bunuh diri. Sehingga Zico lantas mengancam dokter itu dengan senjata api nya yang berada di balik jas. Dokter itu pun ketakutan, apalagi bangsal IGD tengah sepi di malam itu yang membuatnya harus menutup mulut. "Awas saja jika kau berani membocorkan ini pada oran
Freya bingung, bagaimana cara menjawab pertanyaan Beyonce dan Mischa? Dua hari sudah Freya mual-mual, tetapi ia sengaja menyembunyikan hal itu dari keluarganya karena takut mereka akan marah. Dan baru hari ini, dirinya memberanikan diri untuk mengecek urine nya. Setelah menduga dengan kuat jika kehamilannya terbukti benar."Kak jawab!" desak Misha dengan mengguncang kedua bahu Freya yang mematung. Freya tersadar. Matanya yang lelah menatap Mischa yang terlihat penuh tanya, dibalik kesedihan dan kemarahan Beyonce. "Arkh!" pekik Freya membuang napas sambil menurunkan kedua tangan Michelle dari bahunya, "Jangan ikut campur urusanku, Mischa. Kau masih kecil."Mischa tak menyangka jika Freya akan mengatakan itu padanya. Tetapi saat Freya berjalan menjauhi Mama dan adiknya itu dengan duduk di ranjang, mendadak Freya terkejutkan Beyonce yang membalik tubuh Freya ke hadapannya. "Siapa yang menghamilimu? Katakan pada Mama, Freya!" desak Beyonce terdengar marah dengan membentak. Freya tak
“Al, sudah seminggu ini aku nge—gym di pusat kebugaranmu. Tapi kenapa tidak ada perubahan sama sekali, ya?” desis Beyonce penuh kecewa pada Aldrich, sahabatnya itu.“Sabar, Bey. Semuanya butuh proses,” sahut Aldrich. Beyonce yang memberengut kesal lalu berjalan ke arah cermin di tempat gym itu. Ia mematut dirinya dari pantulan cermin. “Ya ampun! Apakah ini aku?” Beyonce mengasihani dirinya sendiri.Aldrich hanya meliriknya sekilas sebelum kembali serius pada pekerjaannya. “Gendutnya aku?” Beyonce meraba wajahnya. Pipinya masih tampak chubby dan dagunya berlipat–lipat.Kemudian ia menyentuh perutnya yang sedikit bergelambir jika membungkuk. Terlebih pahanya itu yang membesar, sudah seperti ibu-ibu yang pernah melahirkan anak sepuluh. Sungguh! Rasanya Beyonce muak dan ingin menangis histeris saat melihat bentuk tubuhnya sendiri. Tapi tidak mungkin, karena di tempat gym terdapat banyak orang. Bisa–bisa dia dikira orang tak waras.Padahal dua hari lagi, dia akan menikah dengan tunang
“Menikah denganmu?” Beyonce tertegun menatap Aldrich yang mematung dan seperti orang linglung. Menyadari salah bicara, Aldrich mulai gusar. Sementara itu, Beyonce tiba–tiba menertawainya dengan terpingkal–pingkal. “Kau selalu sukses menghiburku dengan candaanmu ini, Al,” tukas Beyonce dengan enteng. ‘Apa? Dia bilang hanya candaan?’ batin Aldrich mendera kecewa. Beyonce tak tahu, kalau ajakan menikah yang diucapkan Aldrich tulus dari lubuk hatinya. Bahkan bisa dinyatakan kode keras, tetapi sayangnya sahabatnya itu tidak kunjung peka. “Mungkin di dalam mimpi … aku menjadi suamimu,” sahut Aldrich ikut tertawa kecut demi menyembunyikan rasa malu. “Lagi pula, kenapa Zack itu bertambah aneh sekarang? Mana ada dalam waktu seminggu dan terkesan dadakan, lalu dia menyuruhmu untuk mengecilkan badan? Semua butuh proses, Bey sayang. Tidak ada yang instan.” “Kau benar, Al. Tapi bagaimana lagi? Lihatlah pahaku ini terlalu besar dan kendur, bukan? Berbeda ukurannya sewaktu aku fitting gaun p