“Ini laporan korban vampir di Montana,” ucap Ray pada Nina.
Mata Nina menelusuri koran pagi itu dengan seksama. “Nadja memang gila! Saat menjadi manusia saja dia seorang penyiksa sejati. Apalagi saat mendapatkan kekuatan. Dia menjadi liar!” balas Nina prihatin.“Menurutmu siapa yang mengubah dia?” tanya Ray. “Entahlah, Ray. Aku tidak sempat memiliki waktu ngobrol hangat,” jawab Nina sekaligus menyindir. Ray tersenyum. Lexi datang dan menawarkan kopi. Keduanya mengiyakan dan terlibat dalam obrolan pagi. Restoran Lexi dalam sekejap ramai dengan pengunjung yang mencari sarapan. Lexi terpaksa meninggalkan keduanya untuk melayani pelanggannya. “Mungkinkah Nadja bukan satu-satunya yang selamat hari itu?” tanya Ray masih penasaran. “Kamu ingin mencari tahu?” jawab Nina balik bertanya. Ray mengedikkan bahunya. “Entahlah, tapi sangat kebetulan sekali seorang Nadja berubah menjadi vampir dan mengejarmu. Seseorang pasti sengajaLampu dalam gua tempat Abigail berada menyala dan suasana menjadi lebih terang. Elba menyorotkan lampu ke berbagai sudut. Ia ingin memastikan tidak ada makhluk yang Abigail ciptakan untuk merusak tempat tersebut.Ya, sejak tiga hari terakhir ini Abigail sudah semakin menunjukkan kemampuan dari imajinasi gelapnya. Elba dan Coque tidak bisa lengah sedikit pun. Terkadang jika Abigail dalam kondisi menjadi manusia, ia meratap dan meminta Elba untuk menghabisi dirinya.“Lawan ambisi kelammu, Abe! Jangan menyerah begitu saja!” bentak Elba setiap Abigail meminta untuk dimusnahkan.Menjelang sore Coque pergi untuk membeli suku cadang generator mereka yang rusak. Sementara itu, Elba membongkar kiriman makanan dari Roma. Dapur mereka tidak jauh dari tempat Abigail berada. Elba hanya perlu turun ke bawah untuk memeriksa kondisi gadis itu jika diperlukan.Semua tampak berjalan dengan baik dan kalaupun Abigail mengamuk, Elba masih bisa mengatasi dengan mudah. Ketika
Markus segera datang dengan helicopter secepatnya begitu Coque memberi kabar padanya. Ketika Elba berusaha menahan kesadaran Abigail yang sedang memohon untuk dimusnahkan, Markus muncul dan memutuskan itu harus terjadi.“Jika berani kau menyentuh sehelai rambutnya, aku akan menghancurkan tanganmu, Kardinal!” ancam Elba tidak tanggung-tanggung.Markus menoleh pada Elba yang mulai berdiri tegak dan mengeluarkan tasbihnya. Segerombolan pasukan khusus masuk dan bersiap dengan senjata teracung.“Elba! Kesampingkan kepentingan pribadimu! Kau pikir aku juga tidak menyesal dan berat melakukan ini?!” bentak Markus.“Tidak! Kau tidak akan pernah mengerti! Bukan kau yang membesarkannya, Markus!”“Tapi dalam darahnya mengalir darah sama denganku! Dia keponakanku!” Markus menunjukkan sikap yang lebih tangguh dari yang sebelumnya.“Jika aku memang ingin dia mati, sudah sedari kecil aku membunuhnya, Elba. Aku mengulur waktu dan berharap yang sama sepertimu
Nina dan Roth berangkat dengan diikuti lambaian tangan sahabat juga teman mereka di Roger Pass. Ray juga merelakan Tache, putrinya, yang menjadi calon pemimpin atau alfa klan berikutnya untuk bertempur bersama mereka.Ternyata, Tache membuktikan jika sebagai wanita ia bisa jauh lebih cerdas dan tangguh. Letho, sebagai kakak tertua, dengan tulus dan ikhlas merelakan posisi tersebut untuk dipegang oleh adik perempuan satu-satunya.“Aku akan mengingat ini sebagai sejarah paling menyakitkan dalam hidup manusiaku,” cetus Roth dengan kecut. Tache mengepang rambut panjangnya dengan anggun.“Kalian tahu, aku sangat bangga bisa bergabung dalam perjalanan kalian dan turut berjuang,” balas Tache.Roth melempar senyum kikuk dan pura-pura memandang luar jendela. Entah kenapa, Tache membuat sikapnya menjadi aneh. Ada sesuatu yang membuat Roth salah tingkah setiap berada di dekat gadis cantik tersebut.Nina masih termenung dalam diam. Wajahnya tampak ku
Rangkaian bunga indah dan besar itu suster Lisbeth letakkan dengan hati-hati di sebelah peti jenazah Markus.Misa penutupan peti akan berlangsung dipimpin oleh Bapa Paus sendiri siang ini. Para frater dan bruder sibuk menata kursi untuk jemaat yang akan hadir dalam ibadah penghormatan terakhir nanti.Nina duduk di kursi paling depan dan menatap peti dengan wajah sembab. Rambutnya yang mulai panjang ia ikat sembarang. Tache duduk di sampingnya dengan wajah terpekur ke lantai.Baju Nina tampak lusuh dan belum ganti sejak kemarin. Celana jeans hitam penuh dengan lumpur dan kaos abu-abu yang lengannya robek. Sepatu bootnya juga tampak belepotan dengan tanah merah.Nina tidak peduli dengan penampilannya. Tache membetulkan kerudung hitam dan mencondongkan tubuh ke samping.“Nina, baumu sangat mengganggu. Bisakah kau membersihkan diri sebelum orang lain datang?” bisik Tache sepelan mungkin.Nina seperti tersentak dan baru sadar akan lam
Nina menenteng ransel dan berpamitan pada suster Lisbeth beserta penghuni biara lainnya.Permintaan Paus untuk berjumpa dengannya tidak ia indahkan. Nina sudah tidak sabar ingin segera mengejar tiga orang yang tercuri oleh takdir darinya.Coque menyerahkan selembar kertas catatan pada Nina. Tache mengikuti mereka dari belakang.“Dari kilasan lokasi yang Tache lihat ketika portal terbuka adalah banyaknya salju dengan latar pegunungan. Setelah aku lihat ada beberapa tempat dengan gunung bersalju. Semua sudah ada dalam daftar tersebut,” terang Coque.“Kita kunjungi wilayah yang terdekat. Yaroslav, Rusia,” cetus Nina dan menyimpan daftar tersebut dalam saku.Ketiganya segera bergegas naik mobil menuju bandara.***Kota kecil Yaroslav memang indah sekaligus unik. Kota tanpa gedung atau bangunan tinggi perkantoran tersebut kental dengan suasana desa semi modern.Jajaran restoran dan pertokoan kecil dengan pili
Baru kali ini Elba melihat Nina mengenakan gaun yang feminim. Ternyata setelah berpenampilan layaknya perempuan, Nina mampu mengalahkan wanita mana pun.Ia terlalu cantik dan menawan. Giginya yang rapi dan putih, berjajar mempesona serta menyempurnakan garis senyum bibir Nina.“Kupikir kita tidak akan bertemu lagi, Nina,” ucap Elba.Nina hanya tertawa dan berbalik badan menuju balkoni yang menghadap ke arah tebing laut.Gaun putih brokat yang terbuka punggungnya, menambah keseksian liuk tubuh wanita yang baru ia sadari telah mengubah jiwanya.“Aku akan selalu menemukanmu. Hingga ujung neraka sekalipun,” jawab Nina dengan senyum.Rambutnya yang sebahu tertiup angin. Nina menatap ke bawah dan menoleh serta mengulurkan tangan pada Elba.“Maukah kau menjadikan aku pendampingmu, nanti?” Nina menatap Elba penuh harap.Pria itu tersenyum dengan gembira.“Aku akan menjadikan dirimu
Nina sebetulnya ragu menentukan tempat kunjungan mereka berikutnya. Seperti seekor singa yang kehilangan cakar dan giginya, Nina tampak melemah dan kehilangan kekuatan pemburunya.Namun tidak sedikit pun terlintas dalam benak Coque atau Tache untuk meragukan keputusan tersebut. Keduanya masih mempercayai Nina sepenuhnya.Setelah menghubungi beberapa teman Coque yang ada di Palestina, mereka mendapat akses yang cukup aman untuk melakukan pencarian dari satu kota ke kota berikutnya.“Aku pernah berada di daerah ini selama beberapa bulan,” ujar Nina.“Apakah targetmu para pejabat Palestina?” tanya Tache setengah mati penasaran.Nina menggelengkan kepalanya.“Targetku menghilangkan duka saat kehilangan Oliver,” jawab Nina.Coque baru teringat. Nina hilang selama satu tahun penuh setelah Oliver pergi.Ini adalah kota yang kelima setelah mereka tiba di negara konflik tersebut.“Jika ka
Elba baru saja selesai membangun ruang tahanan untuk Abigail dari berbagai bahan yang Roth bawa melalui portal. Udara dingin dataran Alaska menyulitkan mereka untuk menyiapkan tempat tersebut. Untunglah Roth memiliki sihir dan membantu Elba menyelesaikan pekerjaannya.Bangunan bekas markas militer tersebut memiliki dasar yang kokoh dan masih dalam kondisi yang baik. Elba hanya perlu mengaktifkan serta menambahkan beberapa peralatan dan juga teknologi seperti kamera CCTV dan juga lampu sorot otomatis. Sel tahanan juga mereka desain dengan menggunakan listrik. Elba menghindari pemakaian gembok atau kunci yang kurang bisa diandalkan kekuatannya.Beruntung tempat tersebut memiliki generator sendiri dan juga pembangkit tenaga listrik yang setelah dibetulkan masih berfungsi dengan baik.“Mesin pemanas ruangan juga sudah berjalan dengan lancar, tidak macet lagi. Mulai malam ini kita bisa bernapas lega, Mustafa,” cetus Roth dengan bangga.“Thank