Memasuki apartemen Mia meletakkan pelastik belanjaan dan menyusunnya ke dalam kulkas. Dia menatap pintu pendingin itu lamat-lamat sebelum akhirnya menghela napas dan meninggalkan dapur.
Baru saja dia berbalik badan hendak menuju kamar saat dilihatnya Jaxon memasuki ruangan. Keduanya saling pandang dan terdiam. Mia memperhatikan pria di hadapannya dengan pandangan baru. Kali ini dia meyakini ada banyak hal yang pria itu sembunyikan, betapa naifnya dia selama ini menganggap Jaxon tidak seburuk reputasinya di luar sana.
“Kau baru pulang?” tanya
Mia tahu datang ke Red Cage bukanlah ide bagus. Beberapa kali dia menjadikan dada Gavin sebagai tempat bersembunyi saat melihat dua pria saling memukul di depan matanya. Bahkan telinganya sakit mendengar pekikan dari para penonton yang terlalu bersemangat meneriakkan kata ‘bunuh’ layaknya para pemuja malaikat kematian.Gavin bilang menonton pertunjukan seperti ini lebih seru dilihat dari bangku yang berada langsung di depan arena pertarungan, walau Mia terganggu dengan keramaian penonton yang tepat berada di belakang mereka. Tetapi banyaknya pengawal di sekitar bangku Mia, membuat dia lega.
Jaxon menyeret Mia memasuki apartemen dan mengabaikan tatapan penasaran bawahannya saat melewati lobby. Gadis itu berusaha melepas genggamannya namun gagal karena dia tidak akan melepasnya kali ini. Sudah cukup dia bersabar sejak di arena tadi.Sesampainya di ruang tengah, Jaxon melepas genggamannya dan melihat Mia dengan pandangan menahan marah.Rasanya dia ingin memukul Gavin berkali-kali, tetapi beruntungnya pria itu lari keluar sebelum Jaxon sempat memberinya pelajaran.“Apa yang kau pikirkan mendatangi Red Cage tanpa memberi tahuku lebih dulu!” bentaknya pada Mia yang duduk diam di sofa.“Kau bilang aku bebas melakukan apa pun di Denver. Lagi pula aku tidak pergi sendiri, ada Gavin bersamaku,” jawab Mia sembari meringis mendengar nada Jaxon.“Gavin tidak bisa melindungimu bila terjadi sesuatu. Dia bahkan tid
Tepat pukul tujuh malam itu Mia sudah siap berdandan dan menunggu Jaxon yang akan menjemputnya di apartemen. Baru saja pria itu mengirim pesan bahwa dia akan segera tiba. Saat hendak keluar dari kamar, tiba-tiba saja ponsel bututnya berbunyi. Hanya ada satu nomor yang pasti menghubungi ke ponsel tersebut yaitu Matt, bosnya yang lama.Dengan senyum terukir di wajah, Mia memberi sapaan; “Matt, hey.”“Hey girl
Dari kursi VVIP yang Mia duduki, dia bisa melihat pemandangan kota Denver dari sini. Pandangannya menyapu restauran mewah itu, tetapi tetap saja perasaan diawasi dan tatapan penasaran dari semua pengunjung begitu kentara hingga terasa pahit di mulutnya saat tatapan-tatapan itu memberi penilaian.Mia melirik Jaxon yang seolah tidak menyadari pandangan sekitar. Pria itu sesekali mengajaknya bercerita apa saja yang tidak berhubungan dengan kehidupan pribadinya atau organisasi Red Cage, bahkan lebih banyak menanyakan kehidupan pribadi Mia.“Apa kau sengaja atau hanya berpura-pura tidak tahu sejak tadi orang-orang memperhatikan ke meja kita?” tanya Mia akhirnya karena dia semakin muak dengan sikap Jaxon yang acuh terhadapan suasana sekitar.
Saat sedang mencuci tangan di westafel, seorang wanita masuk ke dalam toilet dan berdiri di sebelah Mia. Wanita itu menghindari tatapannya yang terpantul dari cermin sembari menyibukkan diri dengan pouch di tangan.Mia mengacuhkan sikap wanita itu yang jelas sekali menghindarinya. Saat hendak beranjak, suara wanita tersebut menghentikan Mia.“Berapa banyak Jaxon membayarmu?”“Maaf?” tanya Mia berharap pendengarannya salah.Wanita di hadapannya masih tidak menatap ke arah Mia. Dari penampilannya yang elegan dengan rambut blonde disanggul rapi dan gaun malam panjang membalut tubuhnya, jelas sekali wanita ini berasal dari
Rey mengawasi dua pria di hadapannya yang saling tatap seolah hendak menerjang dan membuat keributan. Berkali-kali dia menghela napas dan mengurut pelipisnya yang berdenyut. Jika Jaxon benar-benar menerima tantangan yang Gavin berikan lewat tatapan mata, maka dia yakin Gavin akan dengan cepat bersembunyi di belakang tubuhnya dan menjadikannya tumbal untuk Jaxon.“Hentikan memberinya f*ck me eyes, kau sendiri yang akan kewalahan,” ucap Gideon pada Gavin yang matanya tidak lepas memandang Jaxon.“Dia yang memulai,” ujar Gavin sembari beringsut mendekati Rey di sebelah.“Kau yang lebih dulu memancing keributan, jangan memutar balik fakta.&rdq
Henrieta menunggu Mia yang baru saja keluar dari De La Crush. Dia mengaibakan tatapan bingung yang Joe berikan saat mendekati gadis berambut madu yang hendak membuka pintu mobil.“Selamat sore,” sapa Henrieta begitu di depan Mia.Gadis itu balik badan menghadap Henrieta, sedangkan Joe berdiri waspada di sebelahnya dengan tangan bersedekap.“Sore,” jawab Mia bingung karena dia tidak mengenal siapa wanita itu.“Namaku Henrieta pengawal pribadi Gia Leonore, neneknya Jaxon,” ucap Henrieta memperkenalkan diri dengan tangan terulur ke depan yang Mia sambut penuh kecang
Dihadapan Mia berdiri seorang wanita tua berpenampilan elegan. Dia merasa deja vu mengingat pertemuannya beberapa waktu lalu dengan wanita tersebut di De La Crush.“Senang sekali bertemu denganmu, Mia. Akhirnya aku bisa membawamu ke rumah ini dan menjamu dirimu seperti yang seharusnya. Lihatlah, betapa tidak sopannya cucuku itu menyembunyikan wanita secantik ini di kastil pribadinya,” celoteh Gia dengan wajah berbinar bahagia walau sedikit jengkel pada cucunya, Jaxon.Senyum Gia tak lepas tatkala memandangi Mia sembari memutar tubuh gadis itu