Jaxon mengisyaratkan pada Rey untuk keluar dari ruangan agar memberi mereka privasi. Melihat tangan Jaxon yang mengibas di balik punggung, Rey pun memutar bola mata dan mengajak Salvador untuk memberikan ruang sendiri bagi insan di dalam sana.
Setelah mendengar suara pintu yang tertutup, Jaxon pun menghembuskan napas pelan sembari membawa Mia dalam pelukan.
“Apa kau tidak ingat dengan kejadian barusan?” tanya Jaxon yang seketika menyurutkan tangis Mia saat itu juga. Gadis itu mengangkat kepala dan menatap Jaxon dengan mata basah.
“Aku alergi bunga Snow on Mountain,” ucap Mia lirih yang hanya direspon dengan anggukan kepala.
“Ya, tampaknya seperti itu, karena kau terbaring di sini dengan bekas luka gores serta beberapa sisa bentol-bentol di kulit,” ucap Jaxon yang langsung mendapat pukulan di perut.
Mia menatap baju slayer putih yang dia pakai sudah tidak lagi berbentuk, bahkan dia tidak berani menatap diri di cer
Mia menatap kamar baru yang akan dia tempati sebagai awal bulan madu. Matanya mengerjab tidak percaya karena setengah jam yang lalu dia baru saja mengucap janji suci di depan Tuhan dan namanya berubah seketika menjadi Mia Bradwood.Kepala Mia menoleh ke arah pria yang kini sudah berganti status ‘suami’ dan menjadikannya seorang ‘istri’ saat ini.Dia tidak mengira akan menikahi pria yang dengan mudahnya memanipulasi semua hal hingga rasanya Mia tidak sadar bagaimana statusnya dengan cepat berganti.Dan menyebalkannya, mereka menikah di rumah sakit, membuat Mia ingin menangis keras karena bukan ini mimpi pernikahan yang dia mau.Pertama lamaran tidak romantis di ruang perpustakaan, kedua di hari pernikahan dia harus dilarikan ke rumah sakit karena alergi? Lalu, besok apa lagi? Ketubannya pecah di tengah keramaian seperti orang mengompol di celana?Membayangkan masa depan saja membuat kepala Mia pusing tiba-tiba.“
Mata Mia membulat saat dia menyadari Jaxon menghimpit tubuhnya dan bukti gairah pria itu mendesak di antara paha, sedang kepala Jaxon berada di leher dan mulai mengendus kulitnya yang sensitive hingga membuat Mia mendesah tanpa sadar. Namun, dia pun tersentak ketika tangan hangat Jaxon mulai bermain di atas payudara.Seketika Mia mencoba mendorong tubuh Jaxon agar memberinya ruang. Jantungnya yang hendak meledak juga tidak membantu.“Aku belum mandi!” teriak Mia histeris sembari berusaha menggelepar di bawah tubuh Jaxon yang berat. Tapi, entah mengapa rasa nikmat malah menjalar di sekujur tubuh saat Jaxon menggesekan benda dibalik celananya pada kewanitaan Mia yang berada di antara paha.Untung saja bukti gairah pria itu masih terbungkus di balik celana, sehingga Mia tidak harus cemas keduanya bertemu, dan benda feminim miliknya masih aman di balik celana berenda dengan warna merah darah.“Hmm … kau sangat wangi,” gumam Jaxo
“Ada apa dengan wajahmu yang muram?” tanya Rey sembari menutupi tawa di balik telapak tangan, pura-pura mengusap rahang dan pipi bekas cukuran pagi tadi.Danny yang tidak peka akan basa-basi sahabatnya pun menjawab; “Mia tidak menginzinkan Jaxon tidur di ranjang yang sama tepat setelah malam pertama keduanya.” Yang seketika mendapat delikan tajam si pemilik nama.Dari seberang ruangan terdengar tawa Connor yang tertahan, serta Nicko yang terbatuk kecil.“Dia bukan tidak mengizinkan, hanya mepersiapkan diri untuk malam berikutnya,” ucap Jaxon membuat-buat alasan yang semakin menjadi bahan lelucon.“Begitukah? Lalu bagaimana ceritanya dahimu bisa bengkak begitu?”Seketika Jaxon menyentuh benjolan di kepala dan dia meringis ketika ingatan pagi tadi terulang kembali dalam memori. Tampaknya, Mia memiliki ketepatan yang akurat ketika melempar sebuah benda.“Oh, itu,” mulai Danny yang seke
Setelah kepergian Jaxon, seluruh anggota Red Cage berkumpul kembali. Termasuk Danny dan Gavin yang datang belakangan begitu Rey menyatakan Coumpound telah aman. Pria-pria itu duduk melingkar di meja dan memulai sesi taruhan yang sempat diinterupsi ketika Jaxon tiba secara mendadak, padahal mereka mengira dia akan terus berlama-lama di dalam rumah perlindungan karena ada Mia yang akan melayaninya bermain sampai puas.Apa lagi mengingat Jaxon puasa bersetubuh selama hampir satu setengah tahun lamanya.“Sudah kubilang untuk tidak mengatakan sesuatu yang membangkitkan amarah Jaxon, Danny,” ucap Rey yang melempar tatapan tidak senang.Danny Johanson hanya mengedikan bahu dan kembali melanjutkan untuk menghabiskan pudding di meja yang tidak sempat disentuh.Baru saja mereka hendak menyesap minuman masing-masing, saat tiba-tiba pintu ruangan pertemuan dibuka dengan suara keras, hingga membuat kesemua pria mengeluarkan senjata api dari balik celana da
Suasana pagi itu terasa panas, karena sejak tadi Jaxon melempar pandangan membara ke arah Mia yang sengaja duduk di sisi meja seberang, menjauhi pria yang sedari tadi menatapnya dengan pandangan hendak memangsa. Bahkan tubuh Mia menggelenyar sampai ke punggung ketika mendapati mata predator Jaxon yang tidak henti-henti mengikuti setiap gerak kecil yang tidak sengaja dia lakukan. Mulai dari ketika mengambil botol garam dan merica di meja, atau ketika menggigit bibir bawah saat kesulitan memilih menu sarapan.Sengaja Mia menghindari tatapan Jaxon yang tampaknya ingin melintasi meja, andai saja mereka hanya berdua di sana. Untunglah dia dikelilingi beberapa penjaga keamanan, dan Emily juga ada di dapur mengurus makanan keduanya.Karena merasa jengah ditatap tanpa henti, Mia pun berdehem dan mencoba mendinginkan suasana yang sengaja Jaxon panaskan.“Apa kau akan keluar lagi?” tanya Mia tanpa sekali pun mengangkat kepala dari hidangan di meja, karena dia
Ruang pertemuan yang disetujui oleh Salvador terletak tidak jauh dari jantung kota Denver, namun keberadaan rumah-rumah di sekitar, sedikit mensiasati rumah rahasia tersebut. Bahkan, Jaxon terpaksa menggunakan mobil yang berbeda agar tidak terdeteksi saat menjumpai pria tersebut.Hal sama juga dilakukan oleh Dune Fontana yang tiba belakangan serta beberapa anggota Red Cage yang ikut serta.Dalam ruangan pertemuan itu hanya terdapat enam orang saja.Jaxon, Dune, Rey, Nicko, Gideon dan si tuan rumah, Salvador.Mereka tampak sedang berdiskusi mengenai rencana untuk masuk ke dalam lingkaran Famiglia tanpa membuat keributan tidak berarti, namun sebelum itu, kesemuanya sepakat untuk meluruskan masalah tentang siapa yang ingin mencelakai Mia.“Kau sudah menemukan siapa pelakunya?” tanya Salvador sembari memainkan dadu yang tidak sempat dia bereskan sebelum tamu-tamu itu datang.Kepala Jaxon mengangguk samar dan dia tampak bosan karena d
Rumah perlindungan terlihat sepi saat Mia turun ke lantai bawah, dan dia menatap sekitar dengan heran karena tidak ada satu pun penjaga atau pelayan di sana, membuat Mia khawatir telah terjadi sesuatu yang mengakibatkan orang-orang menghilang.Dengan langkah gugup, Mia melintasi ruang tengah begitu dia mendengar suara-suara datang dari arah dapur.Hatinya yang tadi berdegup tidak karuan, berubah menjadi lega ketika menemukan ternyata Jaxon yang berada di sana.“Astga, Jaxon! Kau membuatku takut sesaat tadi!” gerutu Mia sembari mendekat dengan wajah kesal.Jaxon yang sejak tadi berada di balik Kitchen Island hanya menatap Mia dengan sebelah alis naik ke dahi sedang tangannya memegang mug berisi kopi. Manik mata hitam pekatnya mengobservasi wanita itu dari ujung kaki hingga kepala. Begitu seterusnya sebanyak tiga kali, membuat Mia gelisah sendiri.“Ada apa dengan tatapanmu?” gumam Mia sembari melangkah mundur.Mendapati
Lama Jaxon menatap wajah Mia yang terlelap. Rambut madunya yang tergerai di bantal, membuat wanita itu terlihat sangat sensual dan anggun, tanpa harus berusaha keras untuk menjadi salah satunya.Setelah kegaiatan di dapur tadi, mereka pun berakhir di atas ranjang dan mengulang aktivitas yang sama sebanyak dua kali.Tampaknya Mia sangat lelah sampai-sampai ketiduran.Tubuh Mia sedikit menggeliat saat Jaxon menyentuh poninya yang mulai panjang. Untuk sesaat tangan Jaxon terhenti di udara ketika melihat mata Mia bergetar seolah hendak membuka, tetapi setelah menunggu beberapa waktu, ternyata wanita itu tidak kunjung terbangun.Sebuah senyuman terukir di wajah Jaxon yang rupawan, dia mengusap pipi wanita itu untuk mengetahui sejauh mana Mia akan terganggu, tetapi berkali-kali pun dia menyentuh wanita itu, tetap saja Mia tertidur sangat pulas.“Dolcezza,” bisik Jaxon sembari mendaratkan kecupan di dahi.Mia hanya menggeliat pelan, kem