Lama Jaxon menatap wajah Mia yang terlelap. Rambut madunya yang tergerai di bantal, membuat wanita itu terlihat sangat sensual dan anggun, tanpa harus berusaha keras untuk menjadi salah satunya.
Setelah kegaiatan di dapur tadi, mereka pun berakhir di atas ranjang dan mengulang aktivitas yang sama sebanyak dua kali.
Tampaknya Mia sangat lelah sampai-sampai ketiduran.
Tubuh Mia sedikit menggeliat saat Jaxon menyentuh poninya yang mulai panjang. Untuk sesaat tangan Jaxon terhenti di udara ketika melihat mata Mia bergetar seolah hendak membuka, tetapi setelah menunggu beberapa waktu, ternyata wanita itu tidak kunjung terbangun.
Sebuah senyuman terukir di wajah Jaxon yang rupawan, dia mengusap pipi wanita itu untuk mengetahui sejauh mana Mia akan terganggu, tetapi berkali-kali pun dia menyentuh wanita itu, tetap saja Mia tertidur sangat pulas.
“Dolcezza,” bisik Jaxon sembari mendaratkan kecupan di dahi.
Mia hanya menggeliat pelan, kem
Melihat kedatangan Jaxon, seketika Alex dan yang lain berdiri tegak dan menyambutnya.“Bagaimana keadaan Joe?” tanya Jaxon sembari melewati pria-pria berstelan hitam tersebut.“Dia sudah bisa berjalan-jalan di sekitar ruangan, namun seperti biasa, keinginannya untuk keluar rumah sakit secepatnya masih ditentang dokter,” jawab Alex sembari mengikuti Jaxon yang hendak memasuki ruang kamar perawatan.Tanpa mengatakan apa-apa, Jaxon pun membuka pintu dan pandangannya langsung tertuju pada Joe yang sedang push up di lantai dekat kaki ranjang.Pria itu hanya memakai celana panjang milik rumah sakit yang bergaris-garis putih abu-abu tanpa atasan, sedangkan beberapa bagian tubuh masih dibalut perban; termasuk bahu dan bagian dada.Tangan Jaxon naik ke udara, mengisyaratkan pada Alex untuk menunggu di luar.Melihat isyarat tersebut, perlahan-lahan Alex mundur dan kembali ke stationnya berjaga.Tidak ingin mengganggu Joe
Terlalu lama di rumah perlindungan membuat Mia sangat bosan. Akhirnya dia pun mencari keberadaan Jaxon. Biasanya pria itu lebih banyak menghabiskan waktu di ruang kerja yang letaknya di bawah tangga.Dengan langkah tergesa Mia pun mendekati pintu tersebut, lalu mengetuknya sebanyak dua kali.“Masuklah Dolcezza, kau tidak perlu mengetuk lebih dulu,” kata suara maskulin dari dalam sana, membuat Mia langsung membuka pintu yang ternyata tidak dikunci.Kepala Mia lebih dulu terjulur ke dalam, sedangkan setengah badan masih berada di luar.Tampak Jaxon duduk di meja dekat jendela dengan tumpukan berkas di sekitar. Kepala pria itu menunduk ke bawah, terlihat sibuk membaca sesuatu.“Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku yang berada di luar?” tanya Mia sembari melipat tangan ke depan dada, kemudian menyandar pada kusen, dan membiarkan pintu ruangan terbuka lebar.Sebelah alis Jaxon naik ke dahi, dan dia pun menyingkirkan dokumen y
Mia turun ke lantai bawah setelah menyelesaikan pembicaraan bersama Slaine. Dengan perasaan gugup, dia pun mengetuk pintu ruang kerja Jaxon yang tadi dimasuki. Berhubung Mia sangat ingin keluar dari rumah perlindungan itu, maka mau tidak mau dia harus mengikuti apa yang tadi Slaine sarankan, yaitu membuat penawaran.Dan dengan perasaan berat, dia pun mengulang hal yang sama; berharap Jaxon tidak meminta sesuatu yang aneh-aneh.“Masuklah, Dolcezza,” ucap pria itu dari dalam, sebelum menambahkan; “Berapa kali harus kukatan untuk tidak perlu mengetuk.”Mia pun membuka pintu dan melangkah memasuki ruangan.Kini, pria itu menunggu dengan pembawaan tenang di meja kerja, sedang kedua tangan memegang tablet untuk conference call yang baru saja tertunda karena kehadirannya.Dokumen-dokumen yang tadi di atas meja tinggal sisa setengah. Sepertinya Jaxon sudah menyelesaikan beberapa pekerjaan selama Mia melakukan pembicaraan bersama Sla
Mia keluar dari mobil dalam keadaan cemberut. Slaine yang melihat itu hanya tertawa saat menyambutnya di De La Crush.“Ada apa dengan wajah kusutmu itu? Bukankah Jaxon sudah membiarkanmu bebas di luar?”Mendapat pertanyaan demikian, Mia malah mendelik tajam pada Slaine yang sedang menyesap minuman.“Apa kau tidak lihat barisan pria di belakangku tadi?”Serentak keduanya menatap ke arah lima pria yang berjaga di sekitar parkiran dan pintu masuk De La Crush, membuat Slaine menggeleng tidak percaya.“Apa kau membuat ulah lagi?”Mia menyikut temannya begitu mendapat pertanyaan tersebut.“Sejak kapan aku membuat masalah?”Slaine hanya mengangkat kedua bahu sembari memasukkan potongan sosis ke mulutnya.“Ugh, ini semua karena lingerie waktu itu,” gumam Mia yang membuat Slaine tersedak.“Hey! Jangan salahkan acara menyenangkan waktu lalu, Jaxon saja yang t
“Mau apa kau ke sini?” tanya Mia dengan kepala masih menempel di permukaan meja.Terdengar suara tawa maskulin yang pelan, membuat sekujur tubuh Mia bergetar hingga ke jempol kaki.“Apa kau tidak ingin bertemu dengan suami sendiri?” balik Jaxon yang bertanya sembari menarik kursi di hadapan wanita itu.Merasa akan menjadi nyamuk di antara keduanya, Slaine pun memilih untuk pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika Danny masuk ke dalam De La Crush yang diikuti oleh Connor dan Rey.Ketiga pria itu memutuskan untuk duduk di bangku yang tidak jauh dari tempat Slaine berdiri.“Kenapa kau berdiri saja, bergabung ke sini,” ucap Danny yang menyisakan satu kursi untuk adik satu-satunya itu.Karena tidak ada pilihan, Slaine pun mendekat dan ikut bergabung dengan kumpulan Red Cage lainnya, sementara itu Jaxon tampak sibuk merayu Mia yang kepalanya tetap rebah di atas meja, membuat Rey menggeleng iba sedangkan Danny ti
Mia terpaku ketika mendapati sebuah mobil limosin terparkir di hadapan. Untuk sesaat dia mengingat apa hari ini mereka ada janji menghadiri suatu acara, bahkan dia sampai melirik tubuhnya yang hanya dibalut baju bepergian biasa.“Apa aku harus mengganti baju lagi?” tanya Mia dengan mata bulat polos yang mengarah ke Jaxon.Pria itu berdiri di sisinya dengan kedua tangan di balik saku. Pandangannya sungguh tidak biasa, membuat Mia bertanya apa yang sedang pria itu pikirkan saat ini.Dan ketika tatapan mereka bertemu, Mia merasakan sekujur tubuhnya merinding karena manik mata hitam pria itu melihat dengan sangat intens.“Tidak, tidak perlu, kau sudah sangat cantik dengan pakaian itu,” ucap jaxon sembari mengarahkan pandangan ke seluruh tubuh Mia, seolah mata pria itu melahapnya.“Tapi … apa ini?” tunjuk Mia pada mobil limosin di hadapan, lengkap dengan supir pribadi yang tengah berdiri di dekat pintu. Postur
Jaxon kembali ke Red Cage dengan wajah sumringah di hadapan teman-temannya, membuat beberapa dari mereka malah menggeleng tidak percaya bahwa pria itu datang setelah melakukan sesuatu di parkiran De La Crush.“Hapus senyum bodohmu itu sebelum aku sendiri yang melakukannya,” dengus Nicko yang membuat Jaxon semakin melebarkan senyuman.Pria itu duduk di sofa sembari menyugar rambut yang masih basah, tepat di sebelah Danny Johanson. Membuat temannya itu menatap datar sembari memasukan beberapa potongan cookies ke mulut.“Kalau kau merasa terganggu, pergi saja keluar,” balas Jaxon sembari merebut minuman Danny yang setengah jalan ke depan bibir, membuat dia mendapat delikan tajam yang tidak dihiraukan sama sekali.“Hey!” hardik Danny kesal sembari berusaha merebut miliknya kembali, namun tidak berhasil karena dihabiskan lebih dulu oleh Jaxon.Rey hanya memutar bola mata sembari memainkan bidak catur yang berada di at
Vero yang hendak menyelesaikan shiftnya dikejutkan dengan kedatangan Mia ke De La Crush. Seingatnya, tadi wanita itu pergi bersama Jaxon sekitar empat jam yang lalu.“Di mana minion Jaxon yang lain?” tanya Vero begitu Mia duduk di salah satu bangku.Melihat kedatangan temannya, Mia pun menyuruh Vero untuk ikut bergabung di meja yang sama.“Aku menyuruh mereka untuk berjaga di luar, dan melarang masuk ke sini bila tidak ada kepentingan,” jawab wanita itu sembari menatap sekitar.“Apa Jaxon mengizinkanmu kali ini?”Mia meringis mendengar pertanyaan tersebut, karena tadi, dia mengancam Jaxon untuk tidak menyentuhnya lagi selama satu minggu bila tidak diizinkan keluar seperti kesepakatan.Bisa-bisanya pria itu memberi Mia waktu hanya dua jam bertemu Slaine sebelum menyusul ke De La Crush.“Aku tidak butuh izin darinya,” sungut wanita itu sembari mencari-cari buku menu.“Kau tida