Suasana pagi itu terasa panas, karena sejak tadi Jaxon melempar pandangan membara ke arah Mia yang sengaja duduk di sisi meja seberang, menjauhi pria yang sedari tadi menatapnya dengan pandangan hendak memangsa. Bahkan tubuh Mia menggelenyar sampai ke punggung ketika mendapati mata predator Jaxon yang tidak henti-henti mengikuti setiap gerak kecil yang tidak sengaja dia lakukan. Mulai dari ketika mengambil botol garam dan merica di meja, atau ketika menggigit bibir bawah saat kesulitan memilih menu sarapan.
Sengaja Mia menghindari tatapan Jaxon yang tampaknya ingin melintasi meja, andai saja mereka hanya berdua di sana. Untunglah dia dikelilingi beberapa penjaga keamanan, dan Emily juga ada di dapur mengurus makanan keduanya.
Karena merasa jengah ditatap tanpa henti, Mia pun berdehem dan mencoba mendinginkan suasana yang sengaja Jaxon panaskan.
“Apa kau akan keluar lagi?” tanya Mia tanpa sekali pun mengangkat kepala dari hidangan di meja, karena dia
Ruang pertemuan yang disetujui oleh Salvador terletak tidak jauh dari jantung kota Denver, namun keberadaan rumah-rumah di sekitar, sedikit mensiasati rumah rahasia tersebut. Bahkan, Jaxon terpaksa menggunakan mobil yang berbeda agar tidak terdeteksi saat menjumpai pria tersebut.Hal sama juga dilakukan oleh Dune Fontana yang tiba belakangan serta beberapa anggota Red Cage yang ikut serta.Dalam ruangan pertemuan itu hanya terdapat enam orang saja.Jaxon, Dune, Rey, Nicko, Gideon dan si tuan rumah, Salvador.Mereka tampak sedang berdiskusi mengenai rencana untuk masuk ke dalam lingkaran Famiglia tanpa membuat keributan tidak berarti, namun sebelum itu, kesemuanya sepakat untuk meluruskan masalah tentang siapa yang ingin mencelakai Mia.“Kau sudah menemukan siapa pelakunya?” tanya Salvador sembari memainkan dadu yang tidak sempat dia bereskan sebelum tamu-tamu itu datang.Kepala Jaxon mengangguk samar dan dia tampak bosan karena d
Rumah perlindungan terlihat sepi saat Mia turun ke lantai bawah, dan dia menatap sekitar dengan heran karena tidak ada satu pun penjaga atau pelayan di sana, membuat Mia khawatir telah terjadi sesuatu yang mengakibatkan orang-orang menghilang.Dengan langkah gugup, Mia melintasi ruang tengah begitu dia mendengar suara-suara datang dari arah dapur.Hatinya yang tadi berdegup tidak karuan, berubah menjadi lega ketika menemukan ternyata Jaxon yang berada di sana.“Astga, Jaxon! Kau membuatku takut sesaat tadi!” gerutu Mia sembari mendekat dengan wajah kesal.Jaxon yang sejak tadi berada di balik Kitchen Island hanya menatap Mia dengan sebelah alis naik ke dahi sedang tangannya memegang mug berisi kopi. Manik mata hitam pekatnya mengobservasi wanita itu dari ujung kaki hingga kepala. Begitu seterusnya sebanyak tiga kali, membuat Mia gelisah sendiri.“Ada apa dengan tatapanmu?” gumam Mia sembari melangkah mundur.Mendapati
Lama Jaxon menatap wajah Mia yang terlelap. Rambut madunya yang tergerai di bantal, membuat wanita itu terlihat sangat sensual dan anggun, tanpa harus berusaha keras untuk menjadi salah satunya.Setelah kegaiatan di dapur tadi, mereka pun berakhir di atas ranjang dan mengulang aktivitas yang sama sebanyak dua kali.Tampaknya Mia sangat lelah sampai-sampai ketiduran.Tubuh Mia sedikit menggeliat saat Jaxon menyentuh poninya yang mulai panjang. Untuk sesaat tangan Jaxon terhenti di udara ketika melihat mata Mia bergetar seolah hendak membuka, tetapi setelah menunggu beberapa waktu, ternyata wanita itu tidak kunjung terbangun.Sebuah senyuman terukir di wajah Jaxon yang rupawan, dia mengusap pipi wanita itu untuk mengetahui sejauh mana Mia akan terganggu, tetapi berkali-kali pun dia menyentuh wanita itu, tetap saja Mia tertidur sangat pulas.“Dolcezza,” bisik Jaxon sembari mendaratkan kecupan di dahi.Mia hanya menggeliat pelan, kem
Melihat kedatangan Jaxon, seketika Alex dan yang lain berdiri tegak dan menyambutnya.“Bagaimana keadaan Joe?” tanya Jaxon sembari melewati pria-pria berstelan hitam tersebut.“Dia sudah bisa berjalan-jalan di sekitar ruangan, namun seperti biasa, keinginannya untuk keluar rumah sakit secepatnya masih ditentang dokter,” jawab Alex sembari mengikuti Jaxon yang hendak memasuki ruang kamar perawatan.Tanpa mengatakan apa-apa, Jaxon pun membuka pintu dan pandangannya langsung tertuju pada Joe yang sedang push up di lantai dekat kaki ranjang.Pria itu hanya memakai celana panjang milik rumah sakit yang bergaris-garis putih abu-abu tanpa atasan, sedangkan beberapa bagian tubuh masih dibalut perban; termasuk bahu dan bagian dada.Tangan Jaxon naik ke udara, mengisyaratkan pada Alex untuk menunggu di luar.Melihat isyarat tersebut, perlahan-lahan Alex mundur dan kembali ke stationnya berjaga.Tidak ingin mengganggu Joe
Terlalu lama di rumah perlindungan membuat Mia sangat bosan. Akhirnya dia pun mencari keberadaan Jaxon. Biasanya pria itu lebih banyak menghabiskan waktu di ruang kerja yang letaknya di bawah tangga.Dengan langkah tergesa Mia pun mendekati pintu tersebut, lalu mengetuknya sebanyak dua kali.“Masuklah Dolcezza, kau tidak perlu mengetuk lebih dulu,” kata suara maskulin dari dalam sana, membuat Mia langsung membuka pintu yang ternyata tidak dikunci.Kepala Mia lebih dulu terjulur ke dalam, sedangkan setengah badan masih berada di luar.Tampak Jaxon duduk di meja dekat jendela dengan tumpukan berkas di sekitar. Kepala pria itu menunduk ke bawah, terlihat sibuk membaca sesuatu.“Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku yang berada di luar?” tanya Mia sembari melipat tangan ke depan dada, kemudian menyandar pada kusen, dan membiarkan pintu ruangan terbuka lebar.Sebelah alis Jaxon naik ke dahi, dan dia pun menyingkirkan dokumen y
Mia turun ke lantai bawah setelah menyelesaikan pembicaraan bersama Slaine. Dengan perasaan gugup, dia pun mengetuk pintu ruang kerja Jaxon yang tadi dimasuki. Berhubung Mia sangat ingin keluar dari rumah perlindungan itu, maka mau tidak mau dia harus mengikuti apa yang tadi Slaine sarankan, yaitu membuat penawaran.Dan dengan perasaan berat, dia pun mengulang hal yang sama; berharap Jaxon tidak meminta sesuatu yang aneh-aneh.“Masuklah, Dolcezza,” ucap pria itu dari dalam, sebelum menambahkan; “Berapa kali harus kukatan untuk tidak perlu mengetuk.”Mia pun membuka pintu dan melangkah memasuki ruangan.Kini, pria itu menunggu dengan pembawaan tenang di meja kerja, sedang kedua tangan memegang tablet untuk conference call yang baru saja tertunda karena kehadirannya.Dokumen-dokumen yang tadi di atas meja tinggal sisa setengah. Sepertinya Jaxon sudah menyelesaikan beberapa pekerjaan selama Mia melakukan pembicaraan bersama Sla
Mia keluar dari mobil dalam keadaan cemberut. Slaine yang melihat itu hanya tertawa saat menyambutnya di De La Crush.“Ada apa dengan wajah kusutmu itu? Bukankah Jaxon sudah membiarkanmu bebas di luar?”Mendapat pertanyaan demikian, Mia malah mendelik tajam pada Slaine yang sedang menyesap minuman.“Apa kau tidak lihat barisan pria di belakangku tadi?”Serentak keduanya menatap ke arah lima pria yang berjaga di sekitar parkiran dan pintu masuk De La Crush, membuat Slaine menggeleng tidak percaya.“Apa kau membuat ulah lagi?”Mia menyikut temannya begitu mendapat pertanyaan tersebut.“Sejak kapan aku membuat masalah?”Slaine hanya mengangkat kedua bahu sembari memasukkan potongan sosis ke mulutnya.“Ugh, ini semua karena lingerie waktu itu,” gumam Mia yang membuat Slaine tersedak.“Hey! Jangan salahkan acara menyenangkan waktu lalu, Jaxon saja yang t
“Mau apa kau ke sini?” tanya Mia dengan kepala masih menempel di permukaan meja.Terdengar suara tawa maskulin yang pelan, membuat sekujur tubuh Mia bergetar hingga ke jempol kaki.“Apa kau tidak ingin bertemu dengan suami sendiri?” balik Jaxon yang bertanya sembari menarik kursi di hadapan wanita itu.Merasa akan menjadi nyamuk di antara keduanya, Slaine pun memilih untuk pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika Danny masuk ke dalam De La Crush yang diikuti oleh Connor dan Rey.Ketiga pria itu memutuskan untuk duduk di bangku yang tidak jauh dari tempat Slaine berdiri.“Kenapa kau berdiri saja, bergabung ke sini,” ucap Danny yang menyisakan satu kursi untuk adik satu-satunya itu.Karena tidak ada pilihan, Slaine pun mendekat dan ikut bergabung dengan kumpulan Red Cage lainnya, sementara itu Jaxon tampak sibuk merayu Mia yang kepalanya tetap rebah di atas meja, membuat Rey menggeleng iba sedangkan Danny ti