Aku membantu Anastasia mendesain sepatu dan tas, namun sia sia. Beberapa kali aku merobek kertas hasil desainku. Adrius terlihat gelagapan saat aku menangkap basah dia sedang memperhatikanku. Dia sangat menggemaskan.
Aku menghampiri Adrius dan duduk disampingnya, dia terlihat salah tingkat.
“Profesor, kudengar ayahku membatalkan kerja samanya untuk menguak jaringan Odsen” bisikku sambil mencondongkan badanku.
“Kita bicarakan setelah aku selesai memeriksa kuis” Adrius menggeser badannya menjauhiku.
Aku mencebikkan bibirku.
“Adrius, Presiden mencarimu, dia tidak bisa menghubungimu beliau titip pesan agar kau mengecek email” Ucap Brian mengecek ponselnya.
“Ponselmu rusak, Profesor?” godaku.
Gerrald dan Varro tidak dapat menyembunyikan tawa mereka, Adrius menghujani mereka dengan tatapan tajam. Adrius bangkit menuju mejanya dan segera mengecek email di laptopnya.
“Presiden mengundangku makan malam, tumben sekali” Adrius men
“Kau bosan hidup?” bisikku. Vincent langsung melepaskan pelukannya. “Jenny, siapa dia?” tanya Stefany. “Dia temanku” jawabku. “Hai, namaku Vincent, aku temannya – siapa namamu?” tanya Vincent padaku. “Jenny” ucapku dingin. “Aku temannya Jenny” Vincent menjabat tangan semua orang, saat dia berjabat tangan dengan Adrius, Adrius mengeratkan jabatan tangannya, Vincent tersenyum dan membalas jabat tangan Adrius dengan kuat. Melihat mereka saling adu kekuatan saat berjabat tangan aku menampar pergelangan tangan Vincent. “Cukup!” ucapku. Lalu mereka melepaskan jabatan erat tangan mereka. “Bersenang senang lah saat makan malam” ucapku pada Stefany dan yang lainnya. “Jenny, kau ada janji dengan Vincent malam ini?” tanya Anastasia penuh selidik. Aku menganggukkan kepala. “Tenang saja Nona, aku ini pria baik baik” ucap Vincent. “Dengan penampilanmu seperti ini, siapa yang akan
“Salam kenal pak Presiden, saya Jenny” aku mengulurkan tangan kananku untuk berjabat tangan dengan Presiden, sedangkan tangan kiriku sibuk menutupi dadaku, aku mengutuk dalam hati, mengapa malam ini aku harus berpakaian seperti ini. “Kekasihmu cantik sekali” puji Presiden. “Terima kasih pak Presiden” ucapku. “Bukankah Jenny ini teman kalian? Kau Jenny putri tuan Alex Ambrosio bukan?” tanya Angel. “Ya, dia teman kami” Stefany berkata dengan nada ketus. “Adrius, sepertinya kau harus berjuang lebih keras” kekeh Presiden. “Sedang apa kau di hotel bersama Dokter Vincent?” tanya Angel, kulihat senyuman tercetak dibibir indahnya. “Apa aku perlu menjelaskannya padamu?” tanyaku dengan mempertahankan senyuman dibibirku. “Mohon maaf Jenny, putriku sangat lancang” ucap Presiden. “Maafkan aku” cicit Angel, dia tidak dapat menyembunyikan rasa bahagia dihatinya. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Pintu lift terb
Keesokan harinya Aku terkejut saat akan pergi ke kampus, Adrius menungguku di ruang tamu sambil berbincang dengan orang tuaku. “Profesor?” ucapku saat melihat Adrius. “Pagi Jenny, kau cantik sekali hari ini” ucapnya sambil memberikan bunga baby breath kesukaan Jenny. Pasti ibuku yang memberi tahu Adrius mengenai bunga favorit Jenny, sayangnya Alcie tidak pernah menyukai bunga. Tapi aku cukup senang dengan kejutan kecil di pagi hari untukku. “Ada urusan dengan Dad?” tanyaku pada Adrius. “Tidak, aku hanya ingin mengantarkanmu ke kampus” ucap Adrius. “Tumben sekali” aku menyelidik. “Aku tidak ingin kau ditempeli laki laki tidak jelas” ucap Adrius dingin. “Apa ini berarti sebentar lagi kita akan memiliki menantu?” kekeh Mom. “Tentu saja, apa kau tahu Sayang, semalam pak Presiden menelponku dan dia bilang dia iri padaku memiliki calon menantu seperti Adrius” sombong Dad. “Apa maksudnya?” ucapku dan Mom bersam
Prang! Varro menjatuhkan gelas yang sedang ia pegang, sedangkan yang lainnya membuka mulut mereka dengan lebar, mereka sangat terkejut dengan ucapan Adrius. Gunung es benar benar telah mencair. “Profesor, nanti malam akan kutemani kau berkonsultasi dengan dokter Vincent” ucapku datar. “Sepertinya dia sudah parah, cepat jadwalkan konsultasinya dengan dokter Vincent” tambah Brian. “Profesor Adrius hanya sedang jatuh cinta” kekeh Anastasia. “Sungguh aku tidak terbiasa melihat gombalan Profesor Adrius” Stefany menggelengkan kepalanya. “Benar, aku terbiasa dengan dingin dan misteriusnya Profesor Adrius, dia sama sekali tidak cocok menjadi pria hangat penuh cinta” ucap Gerrald. Adrius menatap Gerrald dengan pandangan membunuh. “Tatapan seperti itu sangat cocok untukmu” sindir Gerrald. “Sudah jangan bertengkar, ayo kita ke auditorium” ajak Brian. Saat kami tiba di auditorium, sudah cukup banyak mahasiswa dan dosen yang
“Ada apa?” tanya Adrius mendengar percakapan kami. “Tidak ada apa apa” ucapku. “Brian, apa kau bisa menganalisa jenis bom apa yang dipasang disetiap pintu keluar?” tanya Adrius. Aku tidak mendengarkan percakapan mereka, aku harus bertindak, semakin lama waktu terbuang, keadaan akan semakin kacau, kulihat para teroris sedang bernegosiasi dengan seorang Jenderal diluar sana. Aku membuka dua kancing kemejaku, lalu mencepol rambutku keatas, hingga mengekspose leherku yang mulus, belahan dadaku terlihat jelas karena aku membuka dua kancing kemejaku, aku menatap pria yang sedang memegang detonator sambil menggigit bibir bawahku, aku berpura pura ketakutan, namun aku yakin dimatanya aku sangat menggoda. Pria itu mendekatiku dengan tatapan laparnya, aku berpura pura menunduk ketakutan. “Jenny, apa yang kau lakukan?” ucap Stefany tertahan. Adrius melihat kearahku, dia sangat kaget melihat aku membuka dua kancing kemejaku dan mence
Adrius sedang diobati oleh Veronika di klinik kampus, beberapa sandera yang mengalami luka ringan juga sedang dirawat oleh dokter dan petugas kesehatan lainnya.“Bisakah kau melepaskan genggaman tanganmu?” ucapku pada Adrius.“Tidak” jawabnya dingin.“Kau bodoh sekali bisa sampai tertembak” cibirku.“Jenny, berjanjilah, jangan pernah melakukan hal nekat lagi, kewarasanku hilang saat kau diseret oleh pria menjijikan tadi” ucap Adrius emosi.Veronika terlihat tidak nyaman berada diantara kami, setelah menjahit luka Adrius, buru buru dia keluar sambil menahan emosinya.“Apa kau punya solusi lain? Aku sengaja tidak memberitahumu mengenai rencanaku, karena aku tahu kau pasti tidak akan setuju” lirihku.Adrius menarik tubuhku hingga aku duduk dipangkuannya.“Jangan buat aku takut lagi” lirih Adrius sambil melumat lembut bibirku.Aku membalas ciumannya, aku
“Pagi” ucap Adrius saat aku terbangun keesokan harinya.Aku hanya tersenyum melihat wajah tampan Adrius menyambut pagiku. Adrius lalu menciumi seluruh wajahku dan mencoba meremas bukit kembarku.“Adrius, apa kau tidak lelah?” sinisku, sungguh intiku saat ini terasa sakit.“Aku tidak akan lelah jika itu bersamamu, aku mencintaimu” ucap Adrius sambil mencium keningku.Adrius memakai kaos dan celananya, lalu keluar kamar untuk membuat sarapan. Aku masih tertidur diatas ranjang, aku merasakan seluruh tulangku remuk, Adrius menggempur habis habisan semalam. Adrius seperti seorang pria yang tidak pernah bertemu wanita selama seratus tahun.Saat berjalan ke kamar mandi, aku merasakan ketidaknyamanan di inti tubuhku, aku memaksakan diri untuk mandi karena tubuhku sudah lengket, penuh dengan berbagai macam cairan. Aku sangat terkejut melihat tubuhku sendiri, aku seperti orang yang terkena penyakit kulit, terdapat bercak merah dimana mana.Selesai mandi aku melih
“Jenny hebat sekali, dia sangat mahir bela diri dan menggunakan senjata” ucap Anastasia.“Jenny memang dilatih dari kecil untuk melindungi dirinya” ucap Dad.“Oh, pantas saja dia sangat ahli bela diri” ucap Stefany.“Walaupun tubuhnya lemah, kami ingin dia bisa melindungi dirinya sendiri, dia seorang wanita dan anak seorang pengusaha, walaupun aku tidak pernah mencari masalah dengan orang lain, namun banyak orang yang iri dengan kami, terutama saingan bisnis kami” ucap Dad.“Kami menyewa pelatih profesional untuk mengajari Jenny, namun semenjak Jenny kecelakaan, latihannya di hentikan” tambah Mom.“Oh begitu, pantas saja kemampuan Jenny sangat luar biasa” puji Anastasia.“Ya, kami tidak ingin Jenny terluka, saat kami tidak bisa melindunginya, kami harap dia bisa melindungi dirinya sendiri” ucap Dad, aku merasakan ucapan Dad bermakna ganda untukku.“Mom, aku sampai berpikir, kalau Jenny adalah ketua pa