Apartemen tim Obsidian
Brian menutup layar ponselnya sambil tersenyum setelah membalas pesan dari Stefany, dia menatap jingga langit sore sambil menikmati perasaan cinta yang membuncah didalam hatinya.Adrius membawa dua gelas kopi di tangannya, menyerahkan gelas yang dia bawa disebelah kanan tangannya untuk Brian.
“Terima kasih” Brian mengambil kopi yang ditawarkan Adrius.
“Stefany?” Tebak Adrius sambil tersenyum menggoda.
Brian tersipu malu.
“Aku hanya tidak menyangka akan mengulangi kesalahan yang sama” Brian menggantung kalimatnya.
“Apa maksudmu?” Adrius penasaran.
“Menyukai seorang gadis kaya raya” Kekeh Brian.
Walaupun bila dilihat dari luar, hubungan Adrius dan Brian terlihat kaku, namun sebenarnya mereka sangatlah dekat. Brian bisa dengan bebas mengatakan apapun kepada Adrius, begitupun sebaliknya. Mungkin karena usia mereka hanya terpaut 1 tahun, dan memasuki pelatihan militer dalam waktu yang hamper bersama
Kediaman keluarga Alex Aku sedang berbaring santai di Kasur empukku saat Stefany menelponku. Jenny : “Apa?” Stefany : “Kapan kau akan pulang dari Hospital Center?” Jenny : “Sejak dua hari yang lalu aku sudah berada di rumah” Stefany : “Apa? Mengapa kau tidak bilang padaku” Jenny : “Aku malas diganggu oleh mu ha ha” Stefany : “Dasar kau ini, Jenny apakah kau diundang ke pernikahan anak tuan Marcelino?” Jenny : “Siapa dia? Kapan acaranya?” Stefany : “Rekan ayahku, dia terkenal sebagai pengusaha sukses dibidang ritel, acaranya besok malam” Jenny : “ Orang tuaku tidak akan mengijinkanku datang” Stefany : “Benar juga, kau masih dalam pemulihan” Jenny : “ Kau tidak usah datang saja” Stefany : “Aku juga inginnya begitu, tapi rekan ayahku ini baru saja menandatangani kerja sama dengan perusahan kami. Ayah memaksaku untuk datang” Jenny : “Terima saja nasibmu” Stefany menutu
Marcelo, Carlos dan Cassandra membeku saat melihat tuan Dimitri memanggil Stefany dengan sebutan sayang. Jika Dimitri memanggil gadis ini dengan panggilan ‘sayang’ berarti gadis ini adalah putri bungsu keluarga Dimitri, batin mereka. “Selamat untuk pernikahanmu, semoga cinta kalian kekal abadi” Ucap Ayah Stefany kepada kedua mempelai. Cassandra dan suaminya tersenyum ramah saat menerima uluran tangan dari Ayah Stefany. “Marcelo, perkenalkan ini putri kesayanganku, Stefany. Dan ini --- boleh aku memperkenalkanmu sebagai calon menantuku?” kekeh Ayah Stefany. “Tentu saja!” Jawabku mantap. Stefany semakin erat menggenggam tanganku. “Wah! Calon menantumu hebat sekali” puji Alex, Ayah Jenny. “Tentu saja, kau tidak bisa merebutnya, camkan itu” ancam Ayah Stefany. “Apa kau tidak salah Dimitri? Bagaimana bisa pecundang ini menjadi calon menantumu?” Tanya Marcelo heran. Marcelo sungguh heran, 11 tahun yang lalu dia sangat
Grup Chat JennyStefany : Girls, Profesor Brian sudah resmi menjadi kekasihkuAnastasia : Benarkah? Selamat!! Akhirnya keinginan Mommy terwujud, memiliki calon menantu seorang ProfesorJenny : Apa kau sedang menyombongkan kekasih Profesor mu Nona Stefany?Stefany : Tentu saja, kekasihku memang pantas aku sombongkan.Anastasia : Akhirnya kau menyatakan perasaanmu juga.Stefany : Profesor Brian yang menyatakan perasaannya, aku hanya membalasnya dengan sebuah ciumanAnastasia : Romantis sekaliJenny : Aku mual sekaliStefany : Bilang saja kau iri Jenny!!Jenny : Mengapa malam ini kelam sekaliStefany : kulihat Profesor Adrius sudah membuka hatinya untukmu, kemarin dia heboh sekali mengkhawatirkanmu.Anastasia : Stefany benar, Kak Gerrald bilang Profesor Adrius sampai akan menyusulmu ke Hospital Center saat itu hanya untuk memastikan keadaanmuJenny : Tidak usah menghiburku, selamat untuk kalian b
Aku menganggukkan kepalaku, tidak menolak tawaran Mom.“Ngomong ngomong, kalian jahat sekali. Umurku 29 tahun sedangkan Jenny berumur 19 tahun, apa aku tidak terlalu tua untuk hidup sebagai Jenny?” Aku memijit lembut keningku.“Semua orang akan percaya jika aku katakan usiamu saat ini adalah 17 tahun” kekeh Dad.“Kau memang terlihat jauh lebih muda dari usiamu, jika kami katakan kau berusia hampir 30 tahun, justru kami yang akan disebut sebagai pembohong” Mom membelai wajahku.“Bukankah kalian terlalu berlebihan?” cibirku.“Kau terlihat sebaya dengan Stefany dan Anastasia, apa ada yang pernah bilang padamu bahwa kau terlihat tua saat bermain dengan mereka?” Tanya Mom.Aku menggelengkan kepalaku.“Terima kasih untuk kecantikan dan awet muda yang kalian turunkan untuku” ucapku sambil menepuk nepuk pipiku.Mom dan Dad tertawa sangat kencang melihat tingkahku,
“Vincent” aku langsung memeluknya dengan erat. Aku mengingat pria ini, dia adalah patnerku saat mengintrograsi musuh untuk mendapatkan informasi. Jika metode penyiksaan tidak bisa membuka mulut sang informan, jalan terakhir adalah dengan hipnotis. Aku berteman baik dengan Vincent, kami sering bertukar pikiran dan menghabiskan waktu bersama. Usia kami hanya terpaut 5 tahun jadi dia kuanggap seperti kakak untukku. Aku tidak menyangka dia sudah membuka praktek secara legal. “Tenang lah, semua baik baik saja” ucap Vincent menepuk lembut bahuku. Aku menangis dengan kencang dipelukan Vincent. Aku tidak bisa menggambarkan perasaanku saat ini, aku tidak menyangka akan mengalami shock separah ini. Vincent meresepkan obat untukku, sepertinya obat penenang dan gangguan kecemasan. Entah apa yang dibicarakan Mom dan Vincent, aku terlalu fokus menenangkan diri dan meminum teh yang diberikan oleh suster Claudy. “Kapan kau akan menjadwalkan kons
Aku membalas genggaman tangan Vincent, mungkin ini memang yang terbaik. Kulihat Vincent bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. “Apa kau bahagia dengan hidupmu sekarang?” tanyaku menatap lurus manik milik Vincent. “Ya, aku bahagia bisa menjalani hidup normal, hatiku menghangat saat pasien pasienku mengucapkan terima kasih untuk pengobatan yang kulakukan” Vincent tersenyum tulus. “Jenny” ucap seorang wanita yang suaranya sudah sangat kuhapal. “Veronika?” Vincent memutar badannya. “Dokter Vincent? Aku dengar kau membatalkan semua jadwal konselingmu dihari ini, apa itu benar?” nada suara Veronika berubah menjadi lembut. “Ya aku ada urusan mendadak, akan kuatur jadwal konselingmu dihari lain” ucap Vincent. “Baiklah” ucap Veronika lembut. “Dia membatalkan seluruh jadwal konselingnya untukku jika kau ingin tahu” ucapku penuh kesombongan. “Benarkah?” Veronika tidak percaya. “Ya” jawab Vincent mantap.
Universitas Valley Of Art “Aku merindukanmu” ucapku sambil memeluk Stefany dari belakang. Stefany tersedak coklat yang sedang diminumnya. “Kita hanya tidak bertemu selama tiga hari” sembur Stefany. “Apa kau tidak merindukanku?” aku mencebikkan bibirku. Anastasia terbahak melihat tingkah kami. “Apa kau sudah sehat?” Tanya Anastasia. “Seperti yang kau lihat, aku baik baik saja” jawabku. “Jenny, apa kau sudah belajar? Sekarang kuis kelas Profesor Adrius” Tanya Stefany “Aku tidak perlu belajar untuk mendapat nilai sempurna” sombongku. Melihat Profesor Adrius dan Gerrald memasuki kelas, Anastasia menempelkan jari telunjuk di bibirnya sebagai isyarat agar kami diam. Dadaku bergemuruh saat aku melihat Adrius, apa apaan ini? Aku merasa kesal saat tidak bisa mengontrol detak jantungku. Apa begitu besar pengaruh Adrius didalam hatiku? Aku memegang dada untuk merasakan detak jantungku yang tidak normal.
Kantin kampus Valler of Art Saat ini aku tengah mendengarkan Stefany yang bercerita tentang kencannya dengan Brian tadi malam, dulu aku sangat muak mendengar cerita picisan seperti ini, namun sekarang aku fokus mendengarkan Stefany bercerita, betapa senangnya tumbuh menjadi gadis biasa, kencan tidak pernah ada dalam kamusku, saat menjadi Jenny pun aku tidak pernah merasakan pengalaman berkencan dengan orang yang kusuka. Adrius, Brian, Gerrald dan Varro menghampiri kami yang tengah makan siang, Stefany langsung menghentikan cerintanya. “Kenapa kalian tiba tiba berhenti berbicara saat kami datang?” tanya Gerrald. “Stefany sedang menceritakan kencannya dengan Profesor Brian tadi malam” ceplosku. “Jenny!” sembur Stefany. “Apa yang Stefany ceritakan?” tanya Brian dengan senyum indahnya. “Kisah roman picisan” ucapku. Semua orang tertawa mendengar jawabanku, sementara Stefany tertunduk malu, kulihat Brian mengacak rambut Stefa