“Wow, kau sangat cantik” seru Anastasia membuyarkan lamunanku.
Aku hanya tersenyum. Setibanya di kasir, aku mengeluarkan Black Card-ku untuk membayar semuanya.
“Apakah boleh tagihan ini kita bagi dua Jenny?” Pinta Stefany.
“Aku membeli 3 pakaian dan 1 tas, dan aku ingin membelikan Anastasia pakaian juga” Lanjut Stefany.
“Tidak dan aku tidak menerima protes!” Tolak Ku galak.
“Cepatlah aku sudah lapar” Tambahku.
Kafe Wonderful
Anastasia memesan Carbonara dan Coklat hangat, Stefany memesan Steak Sirloin dan lemon tea, sedangkan aku hanya memesan salad dan milkshake strawberry.
“Tadi aku terlalu fokus berbelanja hingga lupa bertanya, mengapa kau dengan sengaja mengosongkan toko hanya untuk berbelanja?” Tanya Stefany menatapku dengan Antusias.
Anastasia lalu menceritakan semua kejadian dari awal hingga akhir, tak ada yang terlewatkan bahkan detail kecil hingga warna pakaian sang Manager toko tak luput dia ceritakan, wow dia akan menjadi desainer handal karena detail dan ketelitiannya gumamku dalam hati.
Sifat Anastasia pada dasarnya adalah pendiam, mungkin karena dia terlahir dari kalangan biasa saja, ibunya yang single parent, ditambah saat memasuki universitas dia masuk kalangan elite sehingga merasa rendah diri dengan status sosialnya, Anastasia memilih menutup diri dan menerima semua hinaan dari orang lain. Namun setelah bertemu denganku dan Stefany, perlahan sifat percaya dirinya tumbuh. Pada saat berkumpul dengan kami dia cenderung banyak bicara.
“Dasar cewek jalang!!” Ucap Stefanny sambil menggebrak meja.
Beberapa pelanggan kafe melirik ke meja kami.
“Sudahlah, Cecil dan Soraya sudah kupermalukan tadi” Ucapku menenangkan Stefany sambil menahan malu
Setelah makanan datang, kami makan dengan tenang, cukup lama kami mengobrol di kafe, entah berapa dessert yang kami pesan untuk menemani obrolan kami yang sepertinya tidak akan ada ujungnya.
Di suatu tempat di lantai 3 mall Fantastic seorang laki-laki tua memperhatikan ketiga gadis yang sedang asyik bercengkrama, usianya sekitar diakhir 50-an, namun badannya tegap dan masih tetap gagah, tersenyum dan meneteskan air mata. Dia adalah Thomas Thompskin, mantan consigliere keluarga Odsen, Paman dari Alcie.
Thomas mengingat kenangan 20 tahun yang lalu, saat dia mengadopsi Alcie karena kedua orang tuanya tewas dalam sebuah kecelakaan. Alcie kecil dididik dengan cara yang keras, belajar menembak, berlatih beladiri, belajar bernegosiasi dan belajar banyak hal lainnya.
Alcie sering menangis dan memohon kepadanya agar sedikit meringankan latihannya. Namun Thomas sama sekali tidak pernah mendengar tangisan Alcie, jika Alcie mengeluh atau menangis, maka Thomas akan menyiksanya dan memberikan latihan yang semakin berat.
“Berbahagialah gadis kecilku, maafkan aku merenggut masa mudamu, merenggut kebahagiaanmu, merampas senyumanmu, mencetakmu menjadi gadis ambisius yang tidak bernurani. Nikmatilah hidupmu, jalani hidupmu sebagai gadis biasa” Lirih Thomas
“Sudah sore, aku berjanji kepada ibuku akan pulang sebelum matahari terbenam” Ucapku
“Okey, sampai berjumpa di hari senin Jenny, Anastasia, aku akan mengantarkanmu pulang, aku tidak menerima penolakan karena aku tak bisa membayangkan kau menaiki kereta bawah tanah membawa begitu banyak belanjaan” Ucap Stefany terkikik.
Anastasia mengangguk setuju, dalam hatinya berucap syukur memiliki teman yang baik dan pengertian.
Universitas Valley of ArtTidak terasa satu semester telah berlalu, kehidupanku sangat sempurna semua keinginanku dengan mudah aku dapatkan, dimanjakan oleh kedua orangtuaku membuat aku sedikit sombong, selalu mengatakan apapun yang ada dipikiranku tanpa memikirkan perasaan orang lain. Meski begitu aku tidak segan menolong seseorang jika membutuhkan bantuanku. Aku tidak pernah mencari masalah atau menyiksa seseorang yang tidak bersalah. Aku hanya menggunakan kekuasaan atau nama besar orang tuaku saat diperlukan saja, tidak pernah menggunakannya untuk menghina atau membully orang lain tanpa alasan.“Indeks Prestasiku hanya 3” Keluhku lemas menatap nanar hasil belajarku.“Sudahlah baru semester 1, masih banyak waktu memperbaikinya” Hibur A
“Kakakmu sangat menyayangimu” Ucap Anastasia.“Kau bilang Arsen dengan kelakuan seperti itu sangat menyayangiku?? Kau gila” Sembur Stefany.“Aku dan Anastasia adalah anak tunggal, jujur saja, aku cemburu padamu Stefany” Jawabku jujur.Anastasia menganggukkan kepalanya tanda setuju.“Coba saja hidup dengannya seminggu saja, kalian masih waras saja sudah bagus” Cibir Stefany.“Apakah boleh aku meminjamnya selama satu minggu??” Jawabku dengan tatapan nakal“Kau menyukai kakakku?” Tanya Stefany serius.“Kenapa tidak? Kakakmu tampan, pintar, mudah bergaul dan tamp
Keesokan paginya Stefany mengajak kami untuk lari pagi di taman dekat rumahnya. Taman ini sepertinya khusus dirancang untuk berolahraga, ada track jogging dan terdapat beberapa peralatan olahraga. Arsen pun ikut kami jogging dengan alasan menjaga kami karena khawatir kami hanya 3 orang perempuan. Stefany memang tidak bisa melihat kalau kakaknya sangat menyayanginya.“Jenny, kau berjalan saja, tidak usah berlari” Seru Stefany.“Jangan perlakukan aku seperti orang sakit, Stefany” Ujarku tidak suka.“Kalau kau capek, biarkan aku menggendongmu” tawar Arsen.“Kakak mau menggendongku?” Tanyaku dengan puppy eyes.“Tentu saja”
“Pak antarkan saya ke Glora Victory” Pintaku kepada supir taxi.Setelah sampai disana, aku melihat cukup banyak orang, mungkin karena ini hari libur, Glora Victory adalah tempat olahraga terlengkap, terdapat stadion sepak bola, trek lari, kolam renang, gym, lapangan basket dan lain-lain.Tempat pertama yang kukunjungi adalah trek lari, di sana ada beberapa kelompok remaja, dilihat dari postur tubuh mereka dan potongan rambutnya yang cepak aku tebak mereka akan ikut tes militer.Aku sedikit melakukan pemanasan, lalu aku berlari dengan kecepatan sedang, lama kelamaan kecepatan lari ku semakin meningkat, bahkan kelompok remaja tad
Markas tim ObsidianAdrius POV7 bulan telah berlalu, semenjak Alcie dinyatakan gugur dalam misi, aku mengubur diriku dalam kesibukan misi, tak pernah aku merasa seterpuruk ini. Apakah yang dikatakan rekan-rekan tim ku benar? Bahwa aku mencintai Alcie? Entahlah.“Adrius, maukah kau kencan buta dengan temanku?” Tawar Varro.“Apa kau tidak bosan menjodohkannya terus?” Hardik Brian.“Gladis, pramugari maskapai Eagle sangat cantik, dia bersedia berkencan denganku bila teman dekatnya dikenalkan denganmu, Adrius” Pinta Varro.“Sudahlah, kemarin ketiga kalinya Adrius melaku
Taman belakang markas ObsidianAdrius sedang duduk ditaman menikmati kopi hangat dan semilir angin sore, dia mengenang Alcie, wanita yang sanggup memporakporandakan hatinya, dia tidak menyangka akan jatuh cinta begitu dalam kepada gadis dingin itu, sebelum dia bisa mengungkapkan perasaannya, Alcie telah tiada. Beribu penyesalan bersarang di hatinya.Alcie dingin namun selalu memperhatikan keselamatan tim nya, dia rela menderita demi menjamin keselamatan dan keamanan rekan timnya, di balik datar ekspresi wajahnya, tersembunyi perhatian besar kepada semua anggota timnya.Alcie selalu mengingat bahkan memberikan hadiah manis saat ulang tahun rekan rekan satu timnya. Walaupun tidak diberikan langsung dan pasti hanya digantungkan di gagang pintu.Perhatian dan sikapn
Saat dia menyerahkan coat coklat baru aku paham, cepat-cepat kuganti bajuku dengan coat, dia pun membuka bajunya dan menggantinya dengan mantel marun, lalu membuang baju kami ke tempat pembuangan baju bekas, kulihat dia memoleskan lipstik merah di bibirnya.“Kapten, kau membawa lipstick saat misi seperti ini?” Racauku.Entahlah mungkin aku sedikit mabuk, sehingga menanyakan hal tidak penting kepada Alcie.Alcie membuka bagian bawah lipstick tersebut, terdapat suatu alat, sepertinya bisa dijadikan alat kejut, aku mengangguk-angguk paham.Beberapa bodyguard menghampiri kami, mereka melangkah memasuki gang. Alcie menjadi pucat, walaupun mereka telah mengganti baju, namun bisa saja mereka mengenalku, karena wajahku pasti terekam CCTV , sedangkan Alcie telah berub
Misi dijalankan dengan sukses, tim Obsidian merayakan hal tersebut dengan minum-minum dan makan malam dengan daging panggang ala-ala BBQ.Alcie mengacuhkanku, setelah insiden ciuman kami, dia tidak berbicara padaku satu patah kata pun, sedangkan dengan yang lainnya, dia bergurau seperti biasanya, memuji pekerjaan mereka, karena bekerja dengan sangat bagus. Namun Adrius tidak mendapatkan itu.Alcie mohon izin untuk tidur terlebih dahulu, tinggal Aku, Brian, Varro dan Gerrald yang ada di atap menyelesaikan BBQ kami sambil mengobrol ringan.“Kulihat Kapten mendiamkanmu Ardius.” Selidik Brian.Brian memang sangat peka.“Apa kau membuat kesalahan yang besar?” Tanyanya lagi.