“Bu El!” Kiya bergegas masuk ke ruangan Elok setelah mengetuk pintu terlebih dahulu. Dengan wajah gusar, Kiya langsung duduk di kursi yang berseberangan dengan Elok. “Apa Ibu beneran mau diganti?” tanya Kiya merasa resah dan gelisah. Sudah cocok bekerja dengan Elok, membuat Kiya enggan jika harus menjadi asisten orang lain. Meskipun Elok sudah menjaminnya bisa bekerja di Jurnal, tapi rasanya berat jika harus melepas posisinya sebagai asisten pribadi Elok. “Dengar gosip dari mana?” tanya Elok dengan santai karena tidak ingin menambah kegusaran asisten pribadinya. Sejenak, Elok melihat jam dinding dan rapat direksi akan dimulai sekitar 10 menit lagi. “Saya baru aja lewat ruang rapat direksi, dan pak Fahri sendiri yang bilang ke … saya nggak tahu pak Fahri bicara sama siapa,” ungkap Kiya. “Soalnya saya cuma dengar suara pak Fahri, terus langsung ke sini.” Apa benar Fahri akan mengganti Elok? Apakah ini hasil dari rapat keluarga kecil yang melibatkan pengacara di dalamnya? Tidak ing
Elok memilih diam dan mengamati setiap peserta yang hadir di ruang rapat. Tidak seramai rapat kemarin, karena yang hadir hanyalah anggota dewan direksi, komisaris perusahaan serta pemegang saham mayoritas.Akhirnya, semua yang telah direncanakan Elok dalam waktu singkat sudah terselesaikan dengan sempurna. Kiya sudah menjalankan tugasnya dengan baik, tanpa ada hambatan. Sementara Gilang, akhirnya mampu melakukan apa yang Elok minta dengan sempurna. Kini, Elok hanya tinggal berjaga-jaga saja. Jika yang dikatakan Kiya benar adanya, barulah Elok akan bertindak dan tidak akan tinggal diam.Sampai detik ini, Elok masih saja bertanya-tanya tentang Fahri yang berencana mendepaknya dari Antariksa. Setahu Elok, dirinya dan Fahri tidak memiliki konflik apapun selama ini. Bukankah Fahri sendiri yang membawa Elok ke dalam Antariksa dan membimbingnya dari bawah. Namun, mengapa kabar menyakitkan seperti itu, bisa sampai berhembus dari mulut Fahri.Sementara Restu dan ayahnya, sedari tadi sibuk berd
Elok berjalan cepat keluar dari ruangannya. Meninggalkan Kiya yang baru saja memberi informasi, pria yang ditunggunya sudah keluar dari ruangan Fahri. Dalam keadaan masih menahan banyak emosi, Elok akhirnya berlari ketika melihat pria itu sudah berbelok menuju lorong lift.“Saya bukan pengacara.” Tanpa ragu dan tetap mengangkat wajah tegasnya, Elok menghampiri Lex dan berhenti di depan pria itu untuk menghalangi jalan. “Tapi saya tahu, bahwa ada pasal dalam kode etik advokat yang menyatakan profesi kalian wajib tetap memegang dan menjaga rahasia klien walaupun hubungan sudah berakhir.”Napas Lex terbuang pelan, setelah langkahnya diberhentikan secara tiba-tiba oleh Elok. Mengapa wanita di depannya mendadak menghampiri, sambil menyinggung tentang kode etik profesinya? Ditambah, wanita yang pernah datang ke kantornya itu seolah sedang menahan banyak amarah yang siap ditumpahkan sewaktu-waktu. Namun, Lex paham benar jika Elok tidak akan meledakkan emosinya di depam umum seperti sekarang.
“Are you oke, Baby?”Harry yang baru pulang kerja itu, melihat istrinya tergeletak di atas karpet tempat bermain Kasih di lantai dua. Yang tadinya Harry ingin terus berjalan ke kamarnya, lantas berbelok menuju ruang tempat berbagai mainan Kasih berada.“Cuma capek.” Elok menjawab Harry tanpa membuka mata. Benar-benar lelah karena semua masalah kantor yang dihadapinya saat ini. Terutama pikiran Elok, karena harus mempersiapkan beberapa hal menjelang rapat yang akan diadakan dua hari lagi.Harry duduk bersila di samping sang istri yang masih memakai pakaian kerja. Tangan Harry jatuh di atas perut Elok dan mengusapnya. “Sebenarnya, kamu bisa mundur dari Antariksa dan stay di Jurnal. Atau, kamu bisa di rumah aja ngurus Kasih dan menikmati peran jadi ibu rumah tangga.”“Dan nganggur di rumah seharian waktu Kasih sekolah.” Elok membuka mata, seraya menyingkirkan tangan Harry dari perutnya. “Aku nggak bisa seperti itu. Bisa stres kalau cuma tinggal di rumah dan nggak ada kerjaan.”“Kamu ngga
Kewajiban.Sebagai seorang istri, Elok sangat paham akan makna satu kata tersebut di dalam berumah tangga. Terlebih-lebih perihal mengenai melayani kebutuhan biologis Harry, yang terkadang tidak bisa ditolak.Akan tetapi, kali ini semuanya jelas terasa berbeda. Titik-titik sensitif di tubuhnya memang merespons dengan semua sentuhan Harry. Akan tetapi, semuanya terasa hambar dan hanya berujung menyakiti tubuh sendiri.“Kalau pak Fahri memang mau kamu mundur, sebenarnya kamu bisa mundur dan stay di Jurnal,” ucap Harry seraya memeluk Elok dari belakang. Bagi Harry, penyatuan mereka kemarin malam merupakan sebuah langkah besar. Meskipun awalnya menolak, tapi pada akhirnya Elok bisa mendesah puas di bawahnya. “Seperti yang sudah aku bilang kemarin.”“Nggak segampang itu.” Ternyata, berpura-pura melakukan sesuatu demi menyenangkan orang lain sungguh menyakitkan. Elok bahkan bertanya-tanya, pergi ke mana semua rasa cinta yang pernah ada untuk Harry selama ini. Elok bahkan tidak bisa menikmat
Kedua alis Elok terangkat pelan sambil menggaruk dahi, saat melihat Kasih sudah berdiri dan tersenyum tanpa dosa di depannya. Gadis kecilnya hanya memakai sandal, dan menenteng satu kresek hitam yang Elok yakin berisi sepatu. “Tumben Mama jemput aku?” tanya Kasih dengan wajah berbinar ceria. Jarang-jarang sang mama bisa menjemputnya di sekolah seperti ini. Elok pun melebarkan senyum datar, saat melihat tas putrinya yang penuh coretan spidol warna warni. “Itu sepatu?” tunjuk Elok pada kantong kresek hitam di tangan kanan Kasih. “Iya,” angguk Kasih dengan wajah polosnya. “Basah! Jadi tadi pagi aku olahraga, terus waktu selesai, aku dijorokin sama …” Kepala Kasih menoleh ke kiri dan kanan untuk mencari teman yang telah membuatnya jadi seperti sekarang. Tidak menemukannya di mana pun, Kasih kemudian membalik tubuhnya lalu memicing. Ketika melihat bocah seumuran dirinya baru keluar dari gedung sekolah, Kasih pun langsung menunjukknya dengan tegas. “Itu, Ma!” seru Kasih mengangkat wajah
“Mamaaa, aku mau telpon papa,” pinta Kasih ketika seorang pelayan telah pergi menjauh dari meja mereka.Elok yang duduk di samping Kasih segera mengusap puncak kepala putrinya dengan senyuman. “Papa lagi meeting.”Mulai saat ini, sepertinya Elok akan sering berbohong pada Kasih tentang Harry. Bukannya ingin menjauhkan putri semata wayangnya dengan Harry, tapi, Elok harus membiasakan Kasih hidup tanpa Harry. Setidaknya, solusi itulah yang ada di pikiran Elok saat ini.Jika sudah terbiasa, maka Kasih tidak akan terlalu memikirkan Harry jika mereka nantinya jadi bercerai.Kasih lantas menguap dengan lebar sambil merebahkan separuh tubuhnya di meja. “Meetingnya lama?”Elok mengangguk dan kembali mengusap kepala Kasih. “Lama! Makanya Mama minta om Gilang yang datang ke sini.”“Terus, aku kapan punya adek cowok?”Kepala Elok semakin pusing dibuatnya. Bagaimana bisa memiliki seorang adik, jika Elok meminta pisah rumah untuk sementara waktu. Lagi pula, Elok juga belum melepas kontrasepsinya.
“Ha?” Harry memandang sinis pada pria yang sudah mencekal pergelangan tangannya. “Jangan ikut campur, karena ini bukan ranah anda.”“Saya penasihat hukum Bu Elok, terkait permasalahan yang sudah terjadi di dalam rumah tangga beliau. Jadi, silakan lepas, atau urusannya akan semakin pelik, karena ada saya sebagai saksi mata di sini.”Tatapan gusar Harry karena sudah kepergok oleh Elok, kini berubah tajam dan tersirat amarah di dalamnya. “Keluarga Mahardika sudah punya pengacara sendiri, dan bukan dari Firma Sagara.”“Keluarga besar Mahardika, bukan bu Elok.”“Aku yang minta Mas Lex untuk jadi penasihat hukumku,” sambar Elok segera menyentak tangan Harry ketika pria itu lengah. Meskipun merasa serba salah karena perdebatan yang sempat terjadi di Antariksa, tapi Elok tidak akan menolak jika pria itu mengulurkan pertolongan padanya saat ini.Begitu tangan Elok terlepas dari genggaman Harry, Lex juga segera melepaskan tangannya. Ia mundur satu langkah untuk menjaga jarak, lalu sedikit menun