"Negara Erreala tercinta sedang mengalami krisis keamanan. Para wakil rakyat beserta para menteri akan menjalankan rapat, dalam tiga hari ke depan. Dukungan dari beberapa negara bagian mendapatkan apresiasi, yang cukup tinggi dari Presiden Edward." Reporter TV—seorang wanita berambut hitam pendek, itu tampak memegangi microphone di keramaian."Duta besar Erreala adalah tempat pengambilan gambar yang menarik," ucapku sambil membuka bungkus rokok. Menyaksikan acara berita dari sofa memang surganya dunia. Aku cukup mendambakan sensasi santai, bersama empuknya tempat duduk itu. Misi yang sulit, membuat kepalaku serasa ingin meledak. Gagal lagi. Namun, aku tidak akan menyerah."Sekarang kamu merokok, ya?" Sera datang dengan gaun tidurnya yang indah. Wanita muda itu terlihat sangat cantik, malam itu. Aku sangat menyukai model pakaian, yang dia kenakan.Aku menyanggahnya, "Nggaklah, Ra. Itu tuh Si Darrel yang merokok."Sera memandang seakan ragu dengan pernyataanku. Astaga! Sesulit itukah w
Pecahnya dua wilayah menjadikan misi kami bertambah mudah. Penyatuan wilayah yang terdiri atas Kota Riqueza, dan Kota Linear telah menjalin hubungan kerja sama, dengan tim kami. Svnhrds diubah lagi menjadi Treize; sesuai jumlah anggota. Bang Lucas dan Aiko baru pulang dari luar negeri. Mereka berdua membawa kabar baik. "Bagaimana tentang usaha menutup jalur eksternal mereka?" tanyaku sambil menopang dagu. Matahari terbit, cahayanya menembus masuk ke kantorku. Tempat yang baru beberapa hari belakangan dibangun itu, telah menjadi tempat favoritku."Yoi, Kapten Ar. Seperti biasanya, berhasil! Tentu saja, aman juga." Bang Lucas memberikan sebuah flashdisk padaku. Aku mengangguk pelan. "Kerja bagus, Bang. Aku harap, penyerangan menyeluruh besok akan berjalan dengan lancar. Tolong sampaikan dengan anggota yang lainnya!""Baik, Kapten Ar!" timpal Bang Lucas. Hari itu, dia terlihat sangat antusias. Apa ada yang istimewa di Bulan Juli? Entahlah, aku sendiri bukan seorang pembaca pikiran.Pi
"Kalian masih bertengkar, ya?" tanyaku pada Degree—pria yang sedang berlatih menembak one shot-one kill, di sampingku."Cuma salah paham doang. Lagian, kok bisa Aiko tiba-tiba terpeleset gitu. Jadinya, kan, kesannya kek aku mau rebut pacar orang," jawab Degree. Mata elangnya itu terlihat fokus ke target."Benarkah?" Aku kurang yakin dengan ucapannya."Tentu saja. Emangnya sejak kapan aku suka bohong? Kalau mau, pake magis penglihatan masa laluku aja, biar nggak dituduh terus sama kamu.""Ya, lupakan saja.""Ada apa, Lio? Kamu kayaknya gelisah terus dari tadi? Kamu kenapa?""Sebenarnya, aku masih ragu dengan tim kita, Re. Rasa ingin tahu itu terus muncul, kala bunga mimpi mulai kembali. Aku lelah, jika terus menampung beban pikiran, yang aku sendiri tidak bisa menjabarkannya."Degree menurunkan senjata miliknya. "Apa yang kamu ragukan dari sebuah kesetiakawanan?""Ya, aku takut dikhianati. Oh iya, kok bisa ya kalian mendukungku?" Aku mengambil pistol, yang tergeletak di atas meja. Kemu
Aku berlari dengan kecepatan, yang melebihi kekuatan milik Zay. Aku takut, ia akan menyerang, atau berhasil menggapai tubuhku lagi. Bangunan di sekitar tampak hancur lebur, akibat amukan robot fauna. Entah dari mana mereka berasal, yang jelas jumlahnya lebih dari banyak. Aku belum bisa memastikan, siapa orang yang mengendalikan mesin, di balik kekacauan itu?Rumput-rumput ilalang kuterobos, tatkala sayapku mulai menghilang. Kekuatan magic bersifat sementara, dan butuh banyak waktu untuk memulihkan energi. Perspektifku tentang magic win, daripada teknologi agaknya keliru.Aku mengambil dua pistol yang sebelumnya telah kuisi, dengan peluru bom—yang langsung meledak ketika menyentuh tubuh musuh. Kedua tanganku menembaki robot-robot canggih, di depan sana. Dari kejauhan, Benteng Argos II terlihat mengeluarkan asap hitam pekat. Aku berhenti sejenak, untuk memastikan tidak ada yang mengikuti langkahku.Berada di jarak lima belas kilo meter dari benteng, membuatku terpisah dari Tim Treize. K
"Aku akan selalu mencintaimu, Azo. Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu, meski hanya sedetik saja. Aku ... aku ingin kita tetap mengikat janji satu sama lain, hingga kita dipisahkan oleh takdir." Wanita cantik bermahkota emas itu memegangi tanganku erat.Saat itu, mulutku tidak bisa mengucapkan sepatah kata. Bukan, bukan karena aku gugup, tetapi karena pita suaraku tidak mengeluarkan suara apa pun. Entah mimpi ataupun bukan, aku sendiri tidak tahu.Aku bertanya-tanya di dalam hati, "Kenapa aku tiba-tiba di sini? Siapa wanita itu? Rasanya aku kenal tapi siapa ya?" Isi pikiranku berperang dengan hati. Ingin rasanya kabur dari ruangan itu. Namun, niatku kuurungkan."Harvey sepertinya tidak suka dengan pengangkatanku menjadi penguasa Aksa."Deg!Aku baru menyadari sesuatu yang janggal, di sana. Ya, aku tidak lagi berada di zaman modern. Apakah portal black hole yang menghantarkanku kembali ke masa lalu? Astaga! Ribet sekali. Namun, seingatku, aku tidak terpelanting ke portal. Apa ya, y
Aku menahan pergerakan naga hitam itu dengan segel. Ia terus meronta sambil mengeluarkan napas api, yang meledakkan lingkungan sekitarku. Terbang di atas cakrawala adalah rencana adu mekanik, yang paling menguntungkan untukku. Harvey mendengkus kesal. Ya, dia memang sering seperti itu, setelah aku berhasil menyakinkan bahwa, kemenangan tidak akan pernah menjadi miliknya."Serahkan apa yang bukan menjadi milikmu, Harvey!" Aku memakai tameng perlindungan, ketika robot keamanan Scramble menembakkan ribuan peluru.Sistem keamanan tingkat tinggi sekali pun, tidaklah berarti apa-apa bagiku. Lempengan besi, serpihan kaca, dan bangunan roboh tampak memadati jalan raya. Kehangatan telah menghilang. Dunia telah berganti dengan perang, kehancuran, dan dipenuhi dengan keserakahan manusia-manusia yang tak kunjung puas.Sangat disayangkan, wilayah tiga daratan yang dulunya adalah negeri paling makmur, telah berganti dengan wilayah adu teknologi. Kepintaran manusia, membuat mereka melanggar hukum al
Menarik mundur seluruh member Tim Treize adalah opsi, yang tidak dapat terelakkan lagi. Markas baru kami telah dihancurkan, dan berpindah ke kawasan lebih aman. Arah Timur Scramble, dekat bangunan bekas pengadilan negeri, di sanalah bangunan setengah jadi, tetapi layak huni menjadi markas kami. Perencanaan berjalan 44%, dan sisanya gagal dari persentase seratus. Benteng pertahanan Argos II telah hancur. Namun, Harvey dan para sekutu-sekutunya masih gencar melakukan kriminalitas. Sosialisasi tentang pentingnya paham hukum di pusat kota, sudah kami lakukan berulang-ulang. Meski, masih dalam keadaan sembunyi-sembunyi.Aku memprioritaskan kekuatan tim, dengan bidangnya masing-masing. Saat itu, aku tidak ingin mereka belajar segalanya, kecuali magis penyembuhan tingkat satu. Semua anggota Tim Treize wajib mencari satu magis, untuk didalami, ucapku kala itu.Kamar yang di atasnya hanya ada sebuah bohlam tak begitu terang, membuatku nyaris tidak bisa tidur. Aku menarik selimut, hingga menut
Awan biru gelap menemani perjalanan kami sepanjang jalan. Aku pergi berdua saja bersama Calvin, karena rekan yang lain punya banyak misi masing-masing. Hari itu, kami prioritaskan untuk meraih tujuan dengan sempurna. Tidak ada yang lebih penting, daripada keberhasilan misi penculikan Ratu Elena. Bagiku, dia adalah sumber informasi, yang bisa digunakan untuk mendekati Kaisar Harvey."Aku kurang yakin dengan pilihan ini, Ar. Apakah kamu sudah benar-benar memikirkannya dengan matang? Ma maksudku, kita akan memberikan kesempatan pada Ratu Elena, dan membebaskan namanya dari gelar musuh, kan?" Calvin membuka kaleng soda menggunakan mesin, di dekatnya.Teknologi mutakhir pertama kali diaplikasikan pada pesawat. Jika dahulunya, penumpang alat transportasi udara tidak diperkenankan menyalakan data seluler, maka saat modernisasi semakin meluas, setiap orang bisa melakukan apa pun—termasuk surfing internet kala di pesawat.Para profesor memberikan dampak positif, senantiasa menjadi tokoh pentin