Sejak kejadian nahas itu, Arsyanendra akhirnya menyadari bahwa meski Surendra terlihat kejam padanya. Namun dalam hati Surendra. . . Arsyanendra adalah seseorang yang harus dijaganya dengan baik meski itu harus mengorbankan nyawanya sendiri.
Arsyanendra pernah bertanya kepada Surendra ketika Surendra berada dalam perawatan akibat cakaran dari harimau itu.
“Kenapa kamu tidak lari dan malah datang ke tempatku berada? Kamu bodoh Surendra. Aku melepaskan tembakan itu untuk memberi peringatan kepadamu untuk lari dan bukannya untuk datang ke arahku.”
“Saat itu jika aku lari, Yang Mulia yang akan berada dalam bahaya. Beberapa pohon yang berada di sekitar rumah pohon milik Yang Mulia mampu menjadi pijakan bagi harimau itu untuk naik ke atas di mana Yang Mulia berada,” jelas Surendra. “Jadi. . . jika aku menyelamatkan diri saya sendiri, maka Yang Mulia yang mungkin akan berada dalam bahaya. Terlebih lagi. . . lokasi Yang Mulia berada s
Setelah menukar semua chip hasil kemenangan judinya, Arsyanendra dan Ravania kemudian keluar dari area kasino. Dengan membawa tas besar yang berisi banyak uang, Arsyanendra dan Ravania berjalan keluar dari kasino bawah tanah. Melihat kedatangan Arsyanendra yang menyamar sebagai pria tua, Surendra yang sejak tadi bersiaga menunggu kemudian segera mendatangi Arsyanendra bersama dengan mobilnya. “Kenapa lebih cepat dari seharusnya, Yang Mulia?” tanya Surendra dengan menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat Arsyanendra. Arsyanendra melirik ke arah Ravania yang duduk di sampingnya, “Pemandangan yang kami lihat hari ini lebih buruk dari biasanya. Nona Indhira tidak sanggup melihatnya. Apa ada air?” “Ada, Yang Mulia.” Surendra segera memberikan air mineral yang dibawanya sebagai persiapan untuk Arsyanendra. “Ini, Yang Mulia.” “Terima kasih.” Arsyanendra menerima air mineral pemberian Surendra dan memberikannya kepa
“Sesuatu yang buruk?” Ravania mengulangi pertanyaan yang diucapkan oleh kepala desa. “Apa maksudnya dengan sesuatu yang buruk?” “Pasukan kecil milik kaum aristokrat datang kemari dan meminta kami menyerahkan pemuda pemudi yang ada di desa ini untuk dijadikan pekerja oleh mereka. . .” Ravania yang mendengar jawaban dari kepala desa kemudian menatap Arsyanendra dengan wajah heran dan bertanya, “Maksud dari pekerja di sini, jangan katakan kalau itu sesuatu yang sedang aku pikirkan saat ini, Yang Mulia.” Arsyanendra menatap datar ke arah kelompok warga kecilnya yang berjumlah sekitar seratus orang itu dan membalas ucapan dari Ravania, “Sayangnya, apa yang terjadi sama dengan yang ada di dalam pikiranmu, Nona Indhira.” Kepala desa yang mendengar nama peran yang saat ini diperankan oleh Ravania kemudian terkejut dan langsung menggenggam kedua tangan Ravania. “Mungkin Nona Indhira ini adalah anak dari Tuan Abinawa Darmaw
Surendra yang duduk di samping kursi pengemudi dan ikut mendengarkan penjelasan dari Arsyanendra kemudian menolehkan kepalanya ke belakang. “Mohon maafkan saya sebelumnya, Yang Mulia. Tapi sepertinya penjelasan itu terlalu rumit untuk Nona Indhira.” Ravania menganggukkan kepalanya. “Ya, Yang Mulia.” “Benarkah?” Arsyanendra kemudian menatap ke arah Ravania dengan tatapan tidak percaya. “Kalau begitu, Nona Indhira bisa menanyakannya besok kepada Narendra, sepupuku itu. Dalam hal berjudi, dia jauh lebih baik dari aku.” “Benarkah itu,. Yang Mulia? Kukira Tuan Narendra tidak pernah menang dari Yang Mulia.” Ravania memandang Arsyanendra dengan tatapan terkejut dan tidak percaya. “Memang dia lebih hebat dariku, tapi sayangnya keberuntungan milik Narendra kecil sehingga dia tidak pernah dariku meski itu hanya sekali,” ucap Arsyanendra dengan suara datarnya. Ravania yang mendengarkan ucapan Arsyanendr
Ravania yang telah selesai membersihkan dirinya kini berbaring di atas ranjangnya lengkap dengan pakaian tidurnya. Setelah satu jam lamanya berbaring di atas ranjangnya, Ravania benar – benar tidak bisa memejamkan matanya karena pikirannya yang masih melayang – layang karena pertanyaannya yang belum terjawab oleh Arsyanendra. Ravania yang kesal, kemudian membuat keputusan. Ravania bangkit dari tempat tidurnya dan memakai jubah tidurnya dan kemudian berjalan keluar dari kamar tidurnya. Dalam lorong yang sedikit gelap karena kebijakan dari Arsyanendra untuk berhemat menggunakan listrik, beberapa lorong panjang hanya memiliki penerangan yang minim. Dalam keadaan yang sedikit gelap, Ravania kemudian membulatkan tekadnya untuk menemui Arsyanendra dan menanyakan pertanyaan yang membuatnya tidak bisa tertidur. Tok. . . tok. . . “Yang Mulia. . .” Ravania memanggil Arsyanendra dengan suaranya yang sedikit lirih. “Siapa?”
Ini dia. Aku tidak menyangka jika Ravania pernah meragukan jati dirinya sendiri sebagai anak dari keluarga Hargandi. Ini artinya memang ada sesuatu yang terjadi di masa lalu yang tidak diketahui oleh Ayah dan aku. Sebuah rahasia besar yang disembunyikan oleh Tuan Abinawa Darmawangsa mengenai sosok Ravania. Aku tidak pernah percaya jika ada manusia yang memiliki wajah yang mirip bahkan hingga mendekati seratus persen, kecuali mereka memiliki hubungan. “Apa maksud ucapan Nona ini?” tanya Arsyanendra dengan berusaha menyembunyikan rasa penasaran dan bersikap seolah tidak terlalu peduli. “Hanya sebuah desas – desus kecil yang mengatakan bahwa aku bukanlah putri dari keluarga Hargandi. Karena hal itu, aku pernah melarikan diri dari rumah hingga membuat kakakku, Ardizya terluka dan nyaris melukai tangannya yang berharga.” “Ah, pelukis dengan nama Bagram itu bukan?” t
Senyuman Raja Ketiga Hindinia yang berbeda dari senyuman biasanya menarik perhatian tiga wanita lain yang duduk tidak jauh dari Kandidat Indhira Darmawangsa. Tepat di samping Indhira duduk kandidat tiga yang bernama Zia yang merupakan putri angkat dari Yasawirya Pramanaya. Zia yang dikenal selama ini hidup dengan aturan ketat karena ayah angkatnya yang merasa bersalah kepada Putra Mahkota Davendra menekankan kepada Zia untuk kelak selalu membantu Arsyanendra Balakosa yang kini telah duduk di takhta sebagai Raja Ketiga Hindinia. Zia telah lama memperhatikan sepak terjang Arsyanendra Balakosa dan menyadari Arsyanendra Balakosa memang pantas untuk duduk di takhta itu. Karena itu ketika Zia mendengar namanya dipilih sebagai kandidat calon Ratu Hindinia, Zia merasa senang. Kesempatan yang telah ditunggunya selama ini, kini telah datang. Kini Zia dapat membantu Arsyanendra Balakosa untuk menjadi Raja yang sesuai demi kedamaian Hindinia nantinya. Namun hari ini,
“Berburu??” gumam Ravania. Ravania benar – benar tidak menyangka jika ujian pertama yang harus dilewatinya untuk menjadi Ratu Hindinia adalah berburu. Sesuatu dalam benak Ravania kemudian teringat dengan perburuan gila yang sebelumnya dilihatnya di dalam hutan istana. Kuharap ini tidak seperti yang aku bayangkan. “Baiklah, saya akan menjelaskan perburuan apa yang dimaksud dalam berburu kali ini kepada keempat kandidat calon Ratu Hindinia.” Pembawa acara itu seakan memahami benak Ravania yang terkejut mendengar ujian pertamanya untuk menjadi Ratu Hindinia. “Mendengar kata berburu, para hadirin di sini bersama dengan Yang Mulia dan empat kandidat calon Ratu Hindinia pasti membayangkan berburu hewan di hutan menggunakan kuda dan panah.” Para hadirin kemudian menjawab dengan serentak, “Ya.” “Tapi berburu yang dimaksud dalam ujian bukan berburu dalam arti sebenarnya. Melainkan berburu hati rakyat Hindinia. Kepada e
Sejak kepindahan Ravania ke kediamannya yang baru, istana yang tadinya ramai karena ulah Ravania kini berubah menjadi sepi lagi sama seperti ketika Ravania belum datang ke istana. Arsyanendra dengan sengaja memindahkan Ravania ke luar dari istana untuk menghindari pendapat dari ketiga kandidat lainnya yang kelak akan membuat alasan jika Ravania akhirnya memenangkan posisi Ratu Hindinia. Dengan memberikan kediaman yang layak dan bahkan tidak kalah dengan kediaman dari sepuluh kepala keluarga kaum aristokrat, dilengkapi dengan pengawal dan pelayan yang dipercaya, Arsyanendra melepas kepergian Ravania dari sisinya untuk sementara. Dengan meminta bantuan dari Virya dan Surendra, Arsyanendra dapat memantau segala aktivitas Ravania ketika berada di kediamannya dan juga ketika melaksanakan ujian pertama dari pemilihan Ratu Hindinia. Lima hari sebelum penentuan berburu ujian pemilihan Ratu Hindinia. . . “Baga