Share

Titip Benih
Titip Benih
Penulis: Yayuk Lidiawati

Perkenalan Airin dan Ikhsan

Namaku Airin. Aku adalah istri kedua. Tapi tolong jangan samakan aku seperti istri kedua pada umumnya yang selalu menang dari istri pertama.

Suamiku bernama Ikhsan. Mas ikhsan menikahiku karena ingin memiliki keturunan. Karena,  Laras--istri pertamanya tidak bisa memiliki keturunan.

Jujur aku bukanlah seorang perempuan baik-baik. Aku bekerja sebagai kupu-kupu malam. Semua itu aku lakukan karena aku tidak memiliki pilihan lain. Aku yang hanya lulusan SD tidak bisa memilih pekerjaan yang aku inginkan.

Dulu aku pernah bekerja sebagai asisten rumah tangga, namun gaji yang aku terima tidak cukup untuk biaya pengobatan adik semata wayangku. 

Adikku bernama Mia, dia menderita penyakit kanker darah, sehingga mau tidak mau aku harus bekerja sebagai kupu-kupu malam agar aku bisa membiayai pengobatan adikku. 

Aku terpaksa harus keluar dari pekerjaanku sebagai asisten rumah tangga karena majikanku tidak mengijinkan aku untuk pulang pergi, sedangkan adikku sendirian dikontrakan. 

Aku berusaha mencari pekerjaan yang mau memberikan gaji tinggi,  namun nihil tidak ada satu orangpun yang mau menerimaku karena pendidikanku sangat minim. 

Ditengah keputus asaanku tanpa sengaja aku bertemu dengan seorang  perempuan paruh baya sebut saja namanya Gres. 

"Dek, ngapain malam-malam begini masih dijalan?"tanya perempuan itu. Memang waktu itu aku masih dijalanan untuk mencari pekerjaan padahal cuaca sedang gerimis.  

"Saya sedang mencari pekerjaan,"jawabku dengan bibir sedikit bergetar karena kedinginan. 

Perempuan itu melihatku dari kepala sampai ujung kaki lalu tersenyum.

"Memangnya kamu bisa kerja apa Dek?"tanyanya sambil mendekat kearahku 

"Saya bisa bekerja apa saja, Bu,"jawabku, aku sangat berharap perempuan itu mau memberiku pekerjaan.

"Namamu siapa?"tanyanya lagi 

"Airin,"jawabku sambil mencoba tersenyum dengan kondisi kedinginan.

"Kamu bener mau kerja?"tanyanya lagi 

"Bener, Bu,"jawabku meyakinkannya 

"Baiklah, kamu ikut aku sekarang ya,"ajaknya.  Lalu Ibu itu mengajakku naik ke mobil dan kamipun pergi kerumah ibu itu. 

Ternyata rumahnya tidak terlalu jauh dari tempatku tadi, kami turun disebuah rumah yang sangat mewah dan bagus. 

"Rin, ayo turun, kamu ganti baju dulu, baru kita bicara,"ajaknya.  Lalu perempuan itu menyuruh seseorang untuk membawakan baju ganti untukku dan mengantarku keruangan dimana aku bisa mengganti baju. 

Aku sedikit aneh dengan rumah ini, karena didalam rumah ini banyak sekali gadis-gadis cantik dan sexi.  

Setelah ganti baju, aku kembali keruang tamu dan disana Ibu tadi sudah menungguku. 

"Rin, kamu bener sedang mencari pekerjaan?"tantayanya lagi 

"Benar, Bu,"jawabku 

"Jangan panggil Ibu,  panggil Mami Gres,"titahnya 

"I-iya Mi..."jawabku 

"Memang pendidikan terakhirmu apa?"tanyanya lagi 

"Saya hanya lulusan sekolah dasar, Mi,"jawabku dengan ragu, aku sudah berpikir pasti akan ditolak.

"Bener kamu ini hanya lulusan SD?"tanyanya lagi untuk meyakinkan pendengarannya 

"Benar, Mi,"jawabku sambil menunduk 

"Aduh Rin, dengan pendidikan minim seperti itu kamu pasti sulit mencari pekerjaan di kota besar ini, bagaiamana jika kamu bekerja sama Mami, disini Mami tidak masalah kamu mau lulusan apa saja yang terpenting bisa bersikap baik dan sopan,"ucapnya dengan tersenyum kearahku, aku sangat senang mendengar hal itu.

"Apakah benar Mi? Tapi, Saya butuh pinjaman uang dimuka karena besok saya harus membawa adik kemo,"Ucapku dengan ragu dan takut 

Mami Gres tersenyum kepadaku. 

"Mami akan meminjami kamu uang asalkan kamu berjanji mau bekerja ditempat Mami bagaiamana?"tanyanya lagi, aku sangat lega mendengar hal itu.

"Iy,  Mi, saya mau bekerja disini asalkan saya dapat pinjaman malam ini."jawabku dengan wajah bahagia.  Ya aku bahagia malam itu ketika menerima uang dari Mami, aku tidak berpikir pekerjaan apa yang Mami tawarkan, yang terpenting aku mendapat uang untuk biaya Mia kemo.

Setelah Mia selesei kemo, Mami menagih janjiku untuk bekerja dirumahnya dan ketika aku tahu pekerjaan yang Mami maskud,  aku sangat terkejut dan syok, bagaiamana bisa Mami menyurhku bekerja sebagai kupu-kupu malam.  Tapi,  karena waktu itu tidak ada pilihan lain dan aku tidak bisa menolaknya maka aku jalani pekerjaan kotor itu, agar aku bisa membayar hutang kepada Mami dan bisa membiayai pengobatan Mia.

Namun setelah beberapa kali kemo terapi Tuhan telah memanggilnya. Adikku sudah tidak lagi merasakan sakit.  Dia sudah tenang bersama kedua orang tuaku disurga. Tinggallah kini aku seorang diri untuk melanjutkan kehidupan yang keras ini. 

Setelah kepergian adikku, tak ada lagi alasanku untuk masih bekerja sebagai kupu-kupu malam. Sehingga aku putuskan untuk berhenti dan kembali kejalan yang benar. Aku ingin mencari pekerjaan yang halal walaupun gajinya kecil tidak masalah,  asalkan aku bisa lepas dari pekerjaan haram ini. Karena sekarang tidak ada lagi bebanku tinggal aku memikirkan untuk diriku sendiri,  jadi pekerjaan apapun pasti aku ambil. 

Malam itu tekadku sudah bulat untuk bisa pergi dari tempat ini karena aku benar-benar ingin bertaubat.

Aku lalu menemui muc*k*ri si pemilik tempat ini. 

"Mi... Aku ingin meminta ijin untuk keluar dari tempat ini, aku ingin berhenti dan mencari pekerjaan halal diluar sana." Ucapku pada pemilik tempat ini.

"Airin! Apa mami tidak salah dengar?" Tanyanya sambil menatapku tajam

"Tidak, Mi. Airin benar-benar ingin bertaubat. Sudah tak ada alasan lagi bagi Airin untuk masih bekerja seperti ini." Jawabku

"Rin. Cobalah kamu pikir-pikir dulu. Apa gak sayang? Ingat pelangganmu banyak lho!" Ucapnya

"Gak, Mi. Tekadku sudah bulat." Jawabku sangat yakin.

Mami diam tak menjawab lagi ucapan ku. Dia melangkah pergi, aku berusaha mengejarnya, namun tiba-tiba aku dipanggil oleh seseorang.

"Maaf, tadi aku mendengar pembicaraan kalian." Ucap seorang laki-laki.

"Lalu?" Tanyaku ketus

"Jika, kamu memang benar-benar ingin bertaubat dan keluar dari tempat ini. Aku bersedia membantumu." Jawabnya

"Membantu? Dengan cara apa?" Tanyaku

"Aku akan menikahimu. Agar bosmu bisa membiarkanmu keluar dari tempat ini." Jawabnya

Mataku membulat mendengar jawaban laki-laki itu. Jujur aku belum memikirkan sebuah pernikahan. Aku merasa tidak pantas untuk dijadikan sebagai seorang istri karena pekerjaanku yang sangat hina ini.

"Aku serius! Pikirkan dulu. Jika kamu setuju hubungi aku." Ucapnya sambil memberikan nomor ponselnya.

Setelah itu, laki-laki itu pergi meninggalkanku yang masih bengong. 

Tiga hari berlalu. Mami tak merespon sama sekali keinginanku untuk meninggalkan tempat ini. 

"Mi. Tolong lepaskan aku dari sini..." Ucapku mengiba

"Airin! Bagaimana bisa aku melepaskan kamu begitu saja!" Jawabnya

"Maksud mami apa?" Tanyaku tak mengerti

"Jika ada orang yang mau menebusmu sepuluh juta baru kamu boleh pergi dari tempat ini!" Jawabnya

Aku sangat terkejut mendengar hal itu. Karena dulu ketika aku diajak bergabung ditempat ini Mami tidak pernah membicarakan hal ini.  Mami mengatakan jika aku boleh kapan saja berhenti dari pekerjaan ini ketika aku menginginkannya.  Tapi, kenapa sekarang Mami meminta tebusan?

"Apa! Sepuluh juta! Tapi, Airin tidak pernah punya hutang sama mami! Lalu untuk apa Airin harus membayar semua itu!" Bentakku

"Ya. Terserah kamu! Jika kamu mau keluar dari sini, itu syaratnya. Jika kamu berani kabur maka kamu tahu sendiri bagaimana anak buah mami akan memberimu pelajaran." Jawabnya sambil berlalu pergi.

"Mami sendirikan yang bilang jika aku boleh berhenti kapan saja. Lalu kenapa sekarang dipersulit?"protesku

"Itu dulu,  sebelum Mami tahu ternyata banyak pelanggan yang suka dengan pelayananmu." jawabnya santai 

"Mami tidak boleh egois seperti ini! Pokoknya Airin akan tetap pergi dari sini."ucapku dengan nada tinggi. 

"Silahkan jika kamu bisa melangkahkan kaki dari gerbang ini."Tantangnya sambil berjalan pergi meninggalkanku dikamar. 

Setelah kepergian mami, aku hanya bisa menangis. Aku bingung dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Karena semua uangku sudah habis untuk biaya pengobatan mendiang adikku.

Aku teringat akan laki-laki yang waktu itu. Dengan sedikit ragu aku coba untuk menekan nomornya dan tak berapa lama panggilan ku tersambung.

"Hallo"

"Iya, hallo. Eeehhhmmm... Maaf mengganggu ini aku."

"Oh. Kamu? Bagaimana apa kamu menerima tawaranku?"

"Sebenarnya aku mau menerima tawaranmu. Tapi..."

"Tapi apa? Ngomong saja jangan sungkan."

"Mami meminta aku untuk membayarnya sepuluh juta jika aku ingin keluar dari tempat ini."

"Oh. Tunggu. Satu jam lagi aku kesana dengan membawa uang yang Bosmu minta."

"Kamu tidak lagi main-main kan?"

"Untuk apa aku main-main? Kamu tunggu saja, satu jam lagi aku pasti sudah sampai disana."

Setelah itu laki-laki itu mematikan sambungan telepon secara sepihak.

Jujur ada rasa lega dihati ini. Namun ada juga rasa takut jika laki-laki itu hanya berbohong. Karena dia tidak mengenalku, Dia juga bukan pelangganku dan tiba-tiba ingin membantuku, bahkan ingin menjadikan aku sebagai istrinya. 

"Ya Allah... Aku pasrahkan semuanya kepadamu. Jika dia memang benar-benar ingin menolong ku maka permudahkan segala urusannya" doaku dalam hati.

Aku tidak langsung memberitahu mami. Karena aku takut jika laki-laki itu hanya berbohong kepadaku.

Aku masih tetap didalam kamar sambil terus berdoa dan berharap semoga laki-laki itu memang benar-benar serius mau menolongku. Tapi,  apakah mungkin Dia akan datang lagi dan mengeluarkan aku dari sini? Karena sudah banyak lelaki yang berjanji mengeluarkan aku dari sini tapi ternyata itu hanya bualan mereka saja agar mendapatkan servis yang memuaskan dariku.  Jujur aku sangat bimbang dan ragu dengannya.  Karena sudah terlalu banyak aku mendengar ucapan manis seperti itu,  tapi berujung kecewa.  Aku hanya bisa pasrah dan menanti keajaiban saja. Aku takut terlalu berharap jika nanti aku akan terluka kembali. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status