"Kunci untuk memahami apakah sesuatu benar-benar berharga adalah dengan menanyakan apakah kita dapat memegangnya, karena hal-hal yang benar-benar berharga tidak dapat dipegang." - Craig D. Lounsbrough.
******
Chapter 35
"Delina berhasil melepasnya lalu berlanjut melepas pakaian dalamnya satu persatu. Kini, tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Gadis itu turun dari sofa dan terkapar di lantai sambil menyentuh tubuhnya sendiri.
Abi meneguk cairan saliva di rongga mulutnya yang terasa berat. Darah di dalam tubuhnya mendadak mengalirkan hawa panas. Delina benar-benar membuat pertunjukan liar yang membuatnya sangat tergoda.
Namun, kala
"Apa pun yang terlihat, boleh jadi tidak seperti yang kita lihat. Apa pun yang hilang, tidak selalu lenyap seperti yang kita duga. Ada banyak sekali jawaban dari tempat-tempat yang hilang." – Tere Liye.******Chapter 36Takut menggunakan lift, Delina menaiki anak tangga yang tampak masih terawat. Entah kenapa gadis itu malah tersenyum dengan perasaan senang yang ingin terluapkan. Hampir pukul lima dini hari, ia merasakan ada sesuatu yang janggal.Waktu tiba-tiba terasa berhenti karena pendengaran gadis itu menangkap sesuatu yang tidak lazim. Ia menoleh takut mencari sumber suara tersebut."To-tolong…."
“Duniamu telah membuat duniaku berbeda, aku yakin hidupku akan lebih berwarna.” – Vie Junaeni. ****** Chapter 37 Abi telah selesai menjalani operasi usus buntu, Delina duduk di sofa menunggu pria itu tersadar. Saat gadis itu terlelap, pria yang terbaring di atas ranjang perawatan itu membuka kedua matanya. Ia menoleh ke arah sang gadis. Terpaan sinar mentari itu dengan genitnya menyentuh paras ayu si gadis. Ada lukisan senyuman yang tersungging di wajah pria tampan itu kala melihat wajah Delina. “Kenapa gadis ini masih di sini, sih? Dan kenapa dia terlihat cantik sekali?” gumam Abi. Pria itu berdehem dengan nada tinggi sampai mengejutkan Delina. “Bos, mau minum? Apa mau ke kamar mandi?” Delina langsung bangkit dan menghampiri sang atasan. Abi membuka bibirnya yang terasa menempel erat satu sama lain lalu berucap lirih, “ambilkan aku air putih!” “Baik.” Delina meraih gelas berisi air mineral dan sedotan plastik,
"Ketika kau katakan tidak pada cinta, percayalah cinta juga yang akan menuntunmu menuju kebahagiaan." – Vie Junaeni.******Manik milik Delina membelalak lebar ketika aroma parfum milik Abi menyeruak tanpa permisi masuk ke dalam indera penciumannya. Tanpa sadar, ada perasaan menggelitik aneh yang sekelebat hadir di dalam hati gadis itu."Sudah jangan sengaja kau lama-lama berada di pelukanku!" Abi mendorong Delina menjauhi tubuhnya.'Dia sudah membawaku terbang jauh, dia juga yang menghempas aku jatuh. Ingin rasanya ku robek mulutnya dan mencongkel matanya itu lalu ku berikan pada tikus got.'Delina merutuki pria di hadapannya itu dalam hati. Dengan t
"Mencintaimu adalah bahagia dan sedih;bahagia karna memilikimu dalam kalbu;sedih karena kita sering berpisah."W.S. RendraChapter 39"Baik-baik aja, Mi," jawab Delina."Apanya yang baik, malam pertama kalian baik?" Nyonya Mia sampai terperanjat dan menatap Susi yang yang duduk di sampingnya."Mami kenapa tanya soal malam pertama, sih? Rasanya tak sopan menanyakan hal seperti itu!" Abi baru sampai dan duduk di samping Delina."Hmmm… baiklah. Hari ini Richard akan mengantarkan kalian ke bandara," ucap wanita
Cinta tidak membuat dunia berputar. Cinta itulah yang membuat perjalanan itu berharga." - Franklin P. Jones.Chapter 40"Tidak! Jangan! Aku mohon jangan! Tidaaaaaakk!"Delina berteriak sekuat tenaga dari kolong ranjang hotel tersebut. Rupanya gadis itu hanya bermimpi. Sosok Abi yang baru keluar dari kamar mandi dengan menggunakan kamerjas hotel warna putih langsung melongok ke kolong kasur."Apa yang sedang kau lakukan di bawah situ?" tanya Abi seraya tertawa."Hehehe, tadi aku pikir ... Ummm ... Aku sedang apa ya di sini? Oh, tadi aku pikir anting aku jatuh," ucap Delina mencoba berbohong. Ia perlahan menggeser tubuhnya agar keluar dari kolong
"Saat seseorang mencintaimu, mereka tak harus mengatakannya. Kamu akan tahu dari cara mereka memperlakukanmu." – unknown.*****Chapter 41Delina memutuskan berjalan di tepi pantai seraya melihat pakaian dan aksesoris yang dijajakan penjual daerah di Heaven Island. Satu pengawal mengikuti wanita itu dari kejauhan. Delina tak mau kalau pengawal berbadan besar itu terus-terusan mengikutinya dari dekat."Delina, itu kau, kan?" Seorang wanita berkulit eksotik karena terpapar sinar matahari menegur Delina."Kau Delina, kan? Anaknya Tante Susi? Kau sedang apa ada di sini?"Delina menata
"Semoga kelak selimutku adalah kamu yang senantiasa menghangatkanku di kala dingin menyerang tubuh dan jiwaku." – unknown.*****Chapter 42"Jangan lupa fotoin aku yang bagus-bagus ya, Rich!" seru Delina pada Rich.Akan tetapi, pria di sebelahnya itu malah asik melihat ke arah para turis pria yang bertelanjang dada dan bertubuh tegap."Woi, biasa aja dong Rich lihatinnya!" seru Delina"Hehehe ... habisnya cakep-cakep gitu Lin, pada mulus." Rich sampai terkekeh dan tersipu malu.Kemudian, keduanya pergi ke sebuah pulau kec
"Dalam cinta, menyerah tak selalu berarti kamu lemah. Kadang itu hanya berarti kamu cukup kuat tuk melepaskannya."Chapter 43"Halo, Delina!" sapa Silla, teman SMA Delina yang sedang berjalan bersama Mark, kekasihnya."Hai, Silla! Kamu di sini juga? Ini siapa?" tanya Delina yang menunjuk ke arah pria bule di samping temannya itu."Ini Mark, dia ini suami aku," ucapnya.Silla dan Mark lantas menjabat tangan Delina dan Abi."Ini siapa kamu?" tanya Silla menatap Abi penuh kekaguman."Saya Bos wanita ini, kami tidak ada hubungan sa