Ketika James memilih meninggalkan makan malam bersama keluarganya karena keributan yang dibuat Henley. Pria itu berjalan sendirian menuju balkon lantai 3, dimana posisinya dekat dengan lorong menuju tempat gym dan meditasi. Tempat itu dulunya sering dipakai Juan untuk menyendiri dan bermeditasi. James menoleh ke dalam ruangan yang dikelilingi tembok transparan itu meskipun hanya sebagian. Dia tersenyum tipis dengan tatapan nyalang, di sana tersimpan bayangan Juan yang tak bisa James lupakan.Kemudian lanjut menelusuri balkon, dia duduk di salah satu kursi bersebelahan dengan meja bundar. Merogoh sebungkus rokok yang ada di saku celananya. Menarik satu batang rokok, menyimpan bungkusnya di meja, lalu meletakkan sebatang rokok itu di antara dua bibirnya.Serta merta dia menyalakan korek api membakar rokok, setelah dia sesap mengeluarkan asap yang membumbung tinggi ke udara.James mencoba menenangkan dirinya setelah mendengar keluhan Henley beserta respon yang bocah itu dapatkan dari D
Sudah beberapa jam berlalu, James terbaring di atas tempat tidurnya dengan posisi terlentang menatap langit-langit kamar nya. Menjadikan kedua lengan kekar itu sebagai bantalan kepala. James menatap gusar, pertaruhan membuatnya tidak tenang karena itu berkaitan dengan nasib Daisha. Senekat itu Henley menguji kesabaran James."Apa yang melatar belakangi keinginannya itu?" gumamnya tidak tenang."Cih! Dasar bedebah kecil!" dengus James geram seraya menggemeretakan giginya."Bocah itu sengaja ingin membuat aku cemburu? Atau jangan-jangan dia juga suka pada Daisha? Bisa-bisanya dia mencari kesempatan dalam kesempitan!" geram James tak kuasa menahan kesalnya, dia mencakar-cakar bantal guling nya. Kemudian menendangnya hingga ujung ranjang.Dia pun terduduk karena mau posisi senyaman apapun tidak menghilangkan kekesalannya."Seharusnya aku tidak menyetujuinya tadi! Akhhhh!" James mengacak rambutnya gusar. Kini penyesalan tinggalah penyesalan. Memang mulut dan hati tidak pernah sinkron ya Ja
"Nona Daisha menjadi bahan taruhan anda?" Ford beranjak dari duduknya. Responnya sangat terkejut, dia tidak habis pikir tuannya tega menjadikan Daisha sebagai bahan taruhan."Tidakkah kau mencerna kata-kataku dengan baik? Henley sendiri yang bilang padaku! Jika dia menang, Daisha akan menjadi teman kencannya, bocah itu mengatakannya setelah aku memberitahu apa yang kumau, barulah dia mengatakan keinginannya, memang dasar bocah licik!" tukas James sewot. Maka dari itu dia bertekad memenangkan pertarungan dari Henley. "Oh jadi begitu," Ford mengangguk paham. Dia sudah salah paham pada James berpikir bahwa James yang tega melakukannya."Apa sih yang kau pikirkan Ford? Tentu saja tuan James tidak akan rela nona Daisha jadi bahan taruhannya, apalagi menang atau kalah belum dapat dipastikan, setelah aku paham soal percintaan bagi pria tidaklah semudah itu untuk melepaskan wanita yang dia cinta bersama dengan orang lain," batin Ford merutuki dirinya sendiri."Yah ini sangat rumit! Aku berha
Setelah pertarungan antara dua pewaris Connor itu, Ford membawa James ke kamarnya, menjauhkannya dari Henley. Dia khawatir akan terjadi perkelahian di luar rencana. Ketika itu dia risau dengan keadaan tuannya yang terluka dan tidak berhenti meradang. "Sial! Bisa-bisanya aku dikalahkan bocah itu lagi!" James menggebrak meja dengan geram. Dia tidak terima dengan kekalahannya yang sudah dia dapatkan dua kali. Sedang Ford gelisah menggigit bibir bawahnya, tatapannya tidak lepas dari benda kotak yang ada di tangan kanannya itu. Dia sedang menunggu balasan pesan dari seorang dokter pria kenalannya yang bernama Dr.Orlen. "Pasti bocah itu sedang menemui Daisha, semoga dia menolak tawaran Henley, " ucap James kesal. Ford menoleh ke arah James. Dia juga berpikir hal yang sama, tapi apakah Henley melakukannya karena benar-benar menyukainya? Atau hanya sekedar mempermainkannya saja? Ford tentu saja khawatir dengan anggapan Daisha terhadap James. Dia bisa saja salah paham dan menganggap semu
"Ini lihatlah senior! Foto-foto ini aku ambil beberapa hari yang lalu dan ini yang kemarin, tuan James dan tuan Henley benar-benar berkelahi karena Daisha, dia membuat mereka memperebutkannya, bukannya itu tindakan yang tidak bisa dimaafkan?" Siska memperlihatkan bukti yang didapatkannya kepada Merry.Merry menggeser-geser foto itu mengamati satu persatu fotonya. Lalu menonton video pertarungan antara James dan Henley di arena tinju kemarin sore."Kamu mengambil gambar mereka dari hari ke hari? Menguntit mereka dari belakang?" tanya Merry.Siska panik kemudian berdalih, "Bukan! Aku tidak menguntit mereka! Aku sedang berjalan lalu tidak sengaja melihatnya, kemudian memotret mereka karena merasa ada yang tidak beres, hubungan mereka terlalu dekat dan Daisha jadi kurang sopan pada tuan Henley maupun tuan James," ucap Siska."Oh jadi begitu," ucap Merry seraya mengangguk."Dia tidak bekerja dengan benar, dia hanyalah seorang pelayan tapi merangkap menjadi penggoda tuannya sekaligus! Lebih
Flashback OnMalam itu Daisha mendatangi kamar James seperti biasa. Melakukan pekerjaannya sebagai pelayan khusus untuk James. Akan tetapi tatkala dirinya hendak masuk. Ford menahannya di ambang pintu. Mengatakan bahwa hari ini James tidak ingin dilayani olehnya sementara Ford yang melayaninya.Sebenarnya Daisha bingung, tidak seperti biasanya James menolak dilayani. Hari-hari bukannya James selalu suka dilayani lalu bonus mengerjainya. Dan lagi Ford berlagak aneh seolah sedang menutupi sesuatu hal darinya. Akan tetapi Daisha kembali ke kamarnya dan tidak mau berpikir macam-macam.Tapi Daisha berdiri menunggu tak jauh dari lantai 3. Seling beberapa menit, dia melihat Ford turun keluar sampai dia mengendap-endap mengikuti Ford akan pergi kemana. Ternyata dia kembali dengan membawa seorang Dokter. Mereka berdua memasuki kamar James. Daisha menguping dari celah pintu, ternyata James terluka.Disitu Daisha penasaran dengan apa yang telah terjadi. Akan tetapi ada baiknya dia tidak mengurus
Segala bujukan dilakukan James agar Daisha tetap di kamarnya. Kini Daisha menyerah dengan segala tipu muslihat pria tampan yang dulunya dia anggap kejam kini sudah dianggap jinak."Periksa mataku apakah makin parah atau tidak?" James bersiasat sembari membawa telapak tangan Daisha menyentuh matanya."Oke baik, padahal aku bukan Dokter, tapi anda malah memintaku untuk memeriksanya," decitnya. Daisha mendekatkan dirinya pada James. Menyentuh pelupuk mata pria yang dulu sangat dia benci karena sikapnya."Mungkin saja mataku bisa cepat sembuh jika kamu menyentuhnya, apalagi kalau dikecup," ucap James modus, dia cuma berdalih mau menggoda gadis itu."Hmmm! Tapi kelihatannya tidak apa-apa kok," ucap Daisha sembari memeriksa mata James."Sebelah sini, aku merasakan sakitnya sebelah sini, di sini juga." James terus menerus menodongkan wajahnya minta disentuh."Untuk sementara waktu begini juga tidak masalah, aku tidak bosan memandanginya lama-lama, dia sangat cantik!" puji James dalam batinny
"Kenapa kau selalu bersikap baik pada orang lain? Kalau padaku? Kamu pasti akan memasang wajah sinis! Ketakutan! Ataupun mengabaikan aku!" ucap James yang tidak terima dengan perlakuan Daisha padanya. Mengatakannya dengan mulut penuh mengunyah makanan. "Anda kan memang menyebalkan!" jawab Daisha jujur sesuai fakta lapangan. "Tapi itu kan dulu! Memang sekarang aku masih menyebalkan buatmu?" protes James. "Masih!" jawaban yang singkat padat dan jelas. James langsung menegakkan tubuhnya, menatap lurus Daisha menampilkan tatapan tajam. "Berkacalah!" tukas Daisha. James memberengut, dia merasa terluka. "Ya sudah, aku akan jadi orang yang kejam saja buatmu!" Daisha tersenyum tipis sambil mengusap bibir James. "Ada makanan di bibir anda," seloroh Daisha. James terbungkam, justru tindakan Daisha tadi membuat James salah tingkah. Pria itu tiba-tiba membeku seperti patung. "Barusan kau mengusap bibirku?" James tidak percaya. "Tuan habiskan makananmu! Sebentar lagi makananku habis!" u