"El bodoh! Cepat katakan! Apa maksudmu barusan hah?" mengulangi, lagi dan lagi, kesalah pahaman ini akan terus berlanjut jika Dareen tidak segera mengisi perutnya dengan menu makan malam.
"Saya sudah selesai Tuan! Jika tuan berkenan, maka ijinkan hamba untuk menyelesaikan juga berkas yang sedang tuan pegang itu," berbicara layaknya seorang hamba kepada Baginda raja. Agar sang raja senang, dan rasa kesalnya sedikit berkurang. Itulah yang sekarang El lakukan.
"Huh!" Dareen memberikan berkas-berkas di tangannya dengan cepat kepada El. Namun dengan ekspresi wajah seolah ia terpaksa memberikan semua berkas itu pada El, "kenapa kau tidak meminta semuanya dari awal bodoh!" penyalah kan lagi, sebenarnya apa yang Dareen inginkan? Semua yang El lakukan seolah selalu salah di mata Dareen.
"Maafkan saya Tuan! Saya yang salah," harus mengakui lagi kesalahan yang sebenarnya tidak ia lakukan.
"Cepat kerjakan bodoh!
"Apa rasanya tidak enak?" seorang chef ahli di rumah keluarga Atmaja mengeluarkan suara. Hatinya sudah gemetar, dag! Dig! Dug! Tak karuan. Takut sesuatu yang buruk akan terjadi. Karena bukan dia lah yang memasak menu makan malam kali ini. "Tidak chef, tidak! Kau salah sangka. Semua menu makan malam ini, semuanya sangat enak dan lezat. Aku sangat menyukainya. Ini makanan terenak yang pernah aku makan, setelah makanan yang di pasak oleh eyang putri," memuji semua makanan dengan rendah hati. Ia sanjung tukang masak yang berada di belakang makanan enak dan lezat ini. Dan tanpa ia sadari, Dareen sebenarnya bukan memuji chef yang biasanya memasak untuk menu makan malam. Melainkan sedang memuji seseorang yang tadi sudah ia hina dan sakiti hatinya. "Maaf Tuan!" Chef itu ragu-ragu ingin memberitahu. "Apa? Bicara saja. Karena suasanan hatiku sedang senang. Kau boleh meminta apapun kepadaku!" Dareen menatap chef itu dengan se
"Apa aku salah bicara?" batin Zoya dengan tangan yang langsung membungkam mulut rombeng nya. "Beraninya kau mengataiku bocah bodoh!" geram Dareen dengan mengepalkan tangannya. "Ma-maafkan saya Tuan. Mulut saya yang salah. Mulut saya yang lancang. Mulut saya benar-benar minta maaf sedalam-dalamnya, Tuan!" kata Zoya bersungguh-sungguh. Namun itu mengundang gelak tawa bagi semua yang berada di sana. "Hufttt... Hahaha!" Awalnya semua orang menahan tawa. Namun akhirnya mereka meledakkan tawanya karena sudah tidak kuat lagi dengan apa yang baru saja mereka dengar dari mulut Zoya. "Kenapa mereka tertawa?" tanya Zoya dalam hati. "Hahaha! Kak Dareen, kakak menemukan pembantu seperti Zoya di mana?" Delina meledakkan tawanya saat menatap Zoya. Begitu pun dengan Delia, yang ikut tertawa bersama eyang mereka tanpa banyak bicara bahkan bertanya. "Diam D
"Diam kamu! Ibu benar-benar tidak menyangka. Kamu adalah seorang wanita murahan! Menjijikkan!" Ibu memandang Zoya dengan pandangan mata merendahkan. Deg! Semakin sakit hati Zoya mendengarnya. Apakah Zoya harus diam saja? "Cukup Bu!" kata Zoya menegangkat sebelah tangannya ke atas, berharap jika ibu mau mendengarkan penjelasannya sekali saja. "Sudah berani kamu ya?" kata ibu yang hendak melayangkan kembali tangannya untuk menampar Zoya. Namun kali ini, Zoya tidak diam saja. Ia menahan gerakan tangan ibu dengan sebelah tangannya. Sekeliling matanya memerah, dengan manik yang memancarkan semua amarah serta rasa kecewanya. Seketika ibu terdiam. Ia menatap Zoya dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana bisa seorang Zoya yang biasa tertindas, kini menjadi Zoya yang bisa membela serta bertahan diri. "Lepaskan tangan ibu Zoya!" hardik Mayra dengan sorot mata tajam, me
"Nak, apa yang kamu lakukan nak?" ucap ibu setelah Zoya menghempaskan nya dengan begitu kasar. "Apa yang aku lakukan?" Kata Zoya mengulangi ucapan ibunya. Byurrr! "Ini yang aku lakukan!" kata Zoya sambil mengguyur ibu dan mayra dengan satu ember air bekas cucian baju. "Hufffft...," Ibu dan Mayra mengerjapkan mata mereka berkali-kali sambil mengusap usap wajahnya. Hahaha Tawa jahat terdengar lagi di telinga ibu dan Mayra. Dan tawa itu berasal dari mulut dan pita suara milik Zoya. Ibu dan Mayra menatap ngeri Zoya. Rasa takut telah menjalari seluruh tubuh ibu dan Mayra. Bagaimana mungkin seorang Zoya yang lemah dan mudah tertindas, bisa berubah menjadi Zoya yang kejam dan menakutkan. Pikir ibu dan anak itu. Byyrrr!!! Lagi dan lagi Zoya terus mengguyur ibu dan Mayra, hingga keduanya basah kuyup dan kedinginan. Namun Zoya tetap melakuka
"Apakah serendah itu anda memandang Zoya Tuan!" kata El yang menunjukkan raut wajah ketidaksukaan saat Dareen kembali menghina harga diri seorang Zoya."Cih! Kau membelanya. Kau menyukainya El? Kau mempunyai perasaan berlebih kepada bocah bodoh itu? Kenapa kau sampai sebegitunya membela dia? Kau tertarik padanya?" ujar El dengan pertanyaan yang bertubi-tubi, "jawab aku bodoh! Kau menyukainya kan?" lanjut Dareen dengan suara meninggi."Apa yang anda katakan tuan?" El mengalihkan pandangannya, menatap ke arah langit yang berisikan bulan bintang, yang cahayanya redup karena terhalang awan hitam."Jawab saja pertanyaanku! Kau menyukai gadis bodoh itu bukan?" tanya El dengan nada meninggi. Emosinya sudah tak terbendung lagi saat menyangkut soal wanita bernama Zoya."Entahlah tuan. Saya merasakan hal yang berbeda terhadap Zoya," jawab El dengan hati yang jujur, "saya seperti sudahengenal Zoya untuk waktu y
Masih ingat dalam ingatan, bagaimana sosok El mencoba untuk membujuk serta menghibur dirinya."Bukankah bagus tuan! Anda mengetahui kelakuan wanita itu bersama sahabat anda!" ujar El dengan helaan napas yang terdengar jelas."Apa maksudmu El? Pria tua bangka itu bukanlah sahabatku. Dia sahabat mendiang ayahku!" balas Dareen yang tidak terima jika pria tua bangka yang akan menikahi kekasihnya itu di sebut sebagai sahabatnya."Maafkan saya tuan. Tapi wanita itu sudah menunjukkan wajah aslinya di depan anda. Dia bukan wanita baik-baik tuan. Dia hanya wanita yang mengincar harta. Dia melakukan segala sesuatu dengan tujuan harta. Dia juga menikahi tuan Mathew pasti karena harta. Tuan Mathew itu pemilik perusahaan terbesar ke dua di Indonesia. Laura tidak pantas untuk mendapatkan cibci tulus dari anda," kata El menjelaskan semuanya tentang Laura. Wanita busuk yang menjelma menjadi wanita cantik yang sangat di kagumi oleh para
"Apalagi tuan? Anda membutuhkan apalagi. Biar saya ambilkan!" tanya El. "Sial! Dasar bodoh! Aku harus menyuruh apa lagi kepada El. Semuanya sudah dia ambilkan. Lalu apalagi sekarang?" batin Dareen menggerutu. Merasa kebingungan dengan dirinya sendiri. "Apa anda baik-baik saja tuan!" tanya El lagi, raut wajah khawatir yang terlihat jelas di wajah tampan El. Matanya menyipit, dan punggun tangannya menyentuh kening Dareen dengan lembut. Sungguh kekhawatiran yang tulus, yang El tunjukkan kepada Dareen, membuat Dareen merasa bersalah telah berlaku sedemikian rupa kepada El. Yang selama ini sudah melakukan banyak hal untuknya. Selalu ada dalam suka maupun duka. Selalu setia bersamanya. Bahkan saat orang-orang menganggap Dareen Danendra, putra sulung keluar Atmaja yang tidak berguna. El selalu ada bersamanya. Disaat kekasih yang ia cintai lebih memilih pria tua bangka yang kaya raya di bandingkan dengan dirinya. El pun selalu set
"Apa yang kau katakan El? Aku baik-baik saja, aku tidak kenapa-kenapa. Aku sehat-sehat saja. Aku hanya lelah, dan butuh istirahat, karena semalam aku tidak cukup tidur!" jawab Zoya panjang lebar, sama seperti pertanyaan El yang panjang lebar, "kenapa kau tiba-tiba saja bertanya seperti itu El? Apa kau mengkhawatirkan aku?" lanjut Zoya seraya bertanya dan mengedipkan sebelah matanya dengan senyum yang terukir di bibirnya."Hah! Sudahlah, lupakan saja!" kata El yang terlihat salah tingkah. Ia pun berjalan menyusul Dareen menuju ruang makan. Dan di susul oleh Zoya dengan perasaan yang sedikit lebih lega. Karena ia merasa, masih ada orang yang memperhatikannya.***"Kak?" panggil Delina."Hmm...,""Apa..., Emh...," ucap Delina ragu-ragu."Katakan!" ujar Dareen menghentikan sejenak sarapannya. Menatap Delina dengan mata menyelidik. Lalu mengalihkan pandangan