"Hai, Dan," sapa Gusti pada Ardan. Pesawat Ardan baru saja mendarat dari Jogja. Sedangkan Gusti mau menjemput Pak Bagyo, yang baru datang dari perjalanan dinasnya ke Makasar.Walaupun pesawat sang Bapak baru akan mendarat satu jam lagi, tapi Gusti sengaja datang lebih cepat untuk menemui Ardan. Setelah bertanya mengenai jadwal kepulangan Ardan pada temannya, Leo, yang juga teman Ardan yang kemarin ikut ke Jogja, ia sengaja menunggu Ardan di Bandara.Ardan sambil menggendong tas ranselnya sedikit memicingkan mata. Ia mencoba mengingat siapa sosok yang tengah menyapanya ini."Oh, iya, Lo, Gusti, kan? Anaknya Tante Dian yang sahabatnya Tante Sri, itu?" tanya Ardan. "Sorry, tadi, Gue ga ngenalin lo." " Nyantai, Bro. Eh, iya, Lo abis darimana? Kok sendirian aja, tunangan Lo ga diajak? " Gusti pura-pura bertanya pada Ardan. "Abis dari Jogja, ketemu sama temen-temen lama di sana. Iya, ni, gue sendirian aja, Salsa ga ikut. Lagian ga pantas, la, kalo Salsa ikut. Temen Gue, kan, cowok semua
***Malam harinya, Coki sudah bersiap akan menemui Gusti di taman. Tapi ia dihadang oleh tantenya, Bu Rani yang penasaran akan sikap kemenakannya itu. Ia berusaha mencari informasi dengan cara menyuruh Coki untuk makan malam terlebih dahulu. "Coki, keponakan tante yang ganteng. Mau kemana, malem-malem gini? Tumben, biasanya pulang kerja, kamu langsung ngedekem aja di kamar. Mau ketemu siapa, si?" Yang ditanya hanya diam. Coki lebih memilih menghabiskan makan malamnya dengan cepat, karena waktu janji temu ia dan Gusti, tinggal sebentar lagi. Ia tidak ingin jika dirinya sampai datang terlambat. Lagi pula, kalau tantenya ini sampai tau, hampir bisa dipastikan kalau besok, satu komplek ini juga sudah tau. Bahkan bisa jadi, satu kota ini juga akan tau. Jadi ia lebih baik diam. Tapi, bukan Bu Rani namanya kalau gampamg menyerah dengan sikap Coki."Coki, mau tante masakin apa buat sarapan besok? Mau spaghetti bolognese kesukaan kamu? Nanti Tante buatin, ya.""Boleh, tante. Kebetulan udah
Setelah didesak oleh Coki dan Kasman, akhirnya Gusti mengaku pada Bu Anti dan Ardan kalau waktu itu ia tidak serius dengan ucapannya, dan hanya berdusta karena cemburu pada Ardan yang berhasil mendapatkan Salsa. Kasman juga sedikit mengancam Ardan, kalau ia tidak mau mengaku, maka ia akan langsung diseret ke kantor polisi. Tentu saja, Gusti langsung menuruti keinginan Kasman dan Coki. "Jadi bagaimana, Mba Sri? Kita selesaikan saja urusan anak-anak sampai di sini, toh, itu semua cuma salah paham," tutur Bu Anti perlahan. Saat ini, Bu Anti, Ardan, Salsa dan Mba Sri sedang berada di ruang tamu kediaman Mba Sri membicarakan mengenai kelanjutan hubungan anak-anak mereka. Mba Sri hanya diam, dalam hatinya ia juga merasa kesal pada Ardan dan Bu Anti yang percaya begitu saja pada omongan Gusti. Itu artinya mereka juga menganggap kalau Salsa adalah gadis yang tidak baik, dan benar melakukan apa yang Gusti katakan. Apalagi Bu Anti yang malah ikut menyembunyikan Ardan dan pura-pura tidak tau
tadi, hati milik Coki, yang sedang memperhatikan pasangan itu dari jauh. Ia sebenarnya ingin agar hubungan Ardan dan Salsa kembali harmonis seperti sebelumnya, tapi melihat mereka berselisih seperti kemarin, tak dipungkiri kalau ia juga sedikit merasa senang. ***"Apa tidak bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan, Mba? Gusti kan juga sudah minta maaf. Saya tau, Gusti sangat keterlaluan kali ini, tapi biar bagaimanapun, dia tetap anak saya. Tidak ada satu ibu pun yang tega jika anaknya harus mendekam dalam jeruji besi," pinta Bu Dian lebih kepada memohon. Kali ini, ia memposisikan diri lebih rendah dibandingkan Mba Sri."Maaf, Bu Dian. Bukannya saya tidak memaafkan Gusti, tapi ini sudah fitnah namanya. Bahkan bisa mempengaruhi hubungan baik antara keluarga saya dan keluarga calon besan.""Gusti memang harus dibuat jera agar dia tidak lagi sembarangan bertindak, Bu. Sudah biarkan saja dia masuk penjara. Toh, tidak lama, paling hanya beberapa bulan." Pak Bagyo ikut berbicara. "Gak,
"Salsa putus sama Ardan? Yuhuuuu, Coki jadi punya kesempatan lagi, ni. asyik asyik asyik!" pekik Bu Rani senang sambil menari. Ia mendengar kabar dari salah seorang pegawai Mba Sri yang mendengar pembicaraan Ardan dan Salsa kemarin di taman belakang. Padahal Salsa belum memberikan keputusan akan kelanjutan hubungannya dengan Ardan. Tapi, Bu Rani sudah mengambil kesimpulan, kalau mereka berdua sudah putus."Emang, kalau udah rezeki, nggak akan ke mana?" hayal Bu Rani. Pak Ishak yang baru saja akan berangkat bekerja merasa heran dengan kelakuan istrinya. "Bu, keliatannya lagi seneng banget. Memangnya ada kabar apa di dunia persilatan?" canda Pak Ishak. Tapi bukannya menjawab pertanyaan suaminya, Bu Rani malah mengajak Pak Ishak menari. "La, la, la, la," senandungnya lagi. "Bu, Bu, eling Bu. Ibu ini sebenarnya kenapa?""Pokoknya Ibu lagi bahagia, Pak. Nanti Bapak juga tahu sendiri.""Eh, Bu. Bapak kasih tahu, jangan suka berkhayal terlalu tinggi, kalau jatuh, nanti sakit rasanya. Uda
"Gimana, Sal? Mau, kan, temani tante jalan-jalan? Abis tante bingung mau mengajak siapa. Tante, kan nggak punya anak, keponakan juga cuma Coki. Cowok, pula. Mana asik diajak shopping," ucap Bu Rani sambil tertawa. Ia sengaja mengunjungi Salsa di kediamannya untuk melakukan pendekatan kedua pada Salsa. "Semoga aja kali ini berhasil," doanya dalam hati. "Mm, Boleh, deh, Tante. Kebetulan Salsa juga lagi suntuk, ni, di rumah. Sebentar Salsa pamit ke Mama, ya."Setelah mendapat izin dari Mba Sri, Salsa dan Bu Rani segera menuju tempat di mana Bu Rani memarkir mobil VW bettle pinknya. Bu Rani sengaja ingin memberi kejutan pada Salsa. Setibanya di halaman depan, Mata Salsa membulat sempurna. Mobilnya masih ada, Tante? Belom jadi dijual?"Bu Rani menggeleng pelan, "Tante sengaja nyimpen mobil ini buat kamu, siapa tau suatu hari nanti kamu berubah pikiran, Sal. Nih, kamu yang bawa.""Ha? Yang bener, Tan?" tanya Salsa. Matanya berbinar terang, ia merasa sangat bahagia karena akhirnya ia puny
Namun, saat itu Kasman yang melihat kalau Salsa kesakitan tiba-tiba mendekati mereka berdua, sehingga Ardan segera melepaskan tangan Salsa. Ardan lalu pergi meninggalkan Salsa begitu saja. "Non Salsa nggak pa-pa?""Nggak pa-pa, Om. Makasi, ya."***Minggu depan Salsa harus segera pulang kembali ke London. Liburannya sudah selesai, dan harus segera mulai mengerjakan thesisnya. Meski hubungan cintanya dengan putra bungsu Bu Anti sudah selesai, namun Salsa masih tetap berusaha untuk tetap menjaga hubungan baiknya dengan Ardan dan keluarganya. Ia tidak keberatan untuk berangkat ke London bersama mantan tunangannya itu. Namun, amat disayangkan, karena Ardan yang semula ingin berangkat ke London bersama Salsa, harus mengurungkan niatnya. Karena Bu Anti mendadak sakit. Sakit lamanya, yaitu hipertensi, kembali kambuh, ia juga mengalami stress karena keputusan Salsa kemarin, yang telah memutuskan hubungannya dengan Ardan begitu saja.Mba Sri sebagai ibu dari Salsa, sudah berkali-kali menany
"Hah lega akhirnya bisa juga keluar kalimat ini." Coki membatin lagi. "Boleh, jam berapa?""Hah, beneran Sal?" Coki sampai membelalak saking ia tidak percaya diri. Salsa mengangguk yakin. "Beneran. Ntar Lo langsung jemput ke sini aja, ya. Gue tunggu.""Siap, siap, Sal!" jawab Coki yang langsung membuat Salsa tertawa. ***"Du du du du," senandung Coki sambil mematut diri di depan cermin di dalam kamar. Pintu kamar yang tidak ditutup membuat tantenya menghampiri. "Kelihatannya keponakan tante yang ganteng ini lagi seneng, ni. Tumben sampe nyanyi segala," goda Bu Rani. "Udah cakep gitu, mau ke mana, si?""Ada aja. Tante tersayangku ini masih aja suka kepoin urusan orang," jawab Coki sambil mengedipkan sebelah mata ke Bu Rani. Bu Rani mengerucutkan mulut, hingga membuat Coki tertawa. "Pokoknya Tante do'ain aja, semoga urusan Coki malam ini lancar. Coki mau jalan sama Salsa.""Hah, yang bener, kamu, Cok?" Mata Bu Rani membeliak. "Iya, Tan. Masa Coki bohong.""Wuaaaaa, akhirnya, Ak