Share

Bab 6 Pencarian dihentikan

Satu-satunya kemiripan antara Shanaz dan jasad yang ada di depan Lorenzo hanyalah rambut berwarna coklat lurus dengan panjang sebahu. Hati kecil Lorenzo menyangkalnya.

"Tidak, dia bukan Shanaz." Lorenzo mengatakan dengan tegas.

"Lalu bagaimana, Pak. Apakah kita harus melanjutkan pencarian terhadap, Bu Shanaz?" tanya pesuruh Lorenzo.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Fernando yang sedari tadi sengaja mendengarkan pembicaraan antara kakaknya, pesuruhnya dan dokter forensik nekat menerobos masuk. Lelaki yang masih sah menjadi suami Shanaz itu membuntuti langkah Lorenzo atas desakan istri barunya. Lita menduga Lorenzo sudah berhasil menemukan keberadaan Shanaz. Lita dan Fernando berharap Shanaz ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia.

"Untuk apa melanjutkan pencarian, kalau yang ada di depan kita sudah jelas-jelas jasad Shanaz," ucap Fernando dengan sorot mata yang penuh keyakinan.

Sebelum datang ke rumah sakit, di perjalanan Fernando juga telah menyusun siasat busuknya. Ia menelpon pihak kepolisian untuk memastikan berita kematian istrinya itu. Dan polisi mencatat bahwa itu benar mayat Shanaz berdasarkan keterangan dari Fernando.

Bahkan untuk meyakinkan polisi, Fernando sengaja berakting menangis saat polisi sudah datang ke kamar jenazah itu. Lorenzo yang masih shock dan belum bisa menerima kenyataan ini hanya bisa mematung sesaat. Penjelasannya tak berarti banyak dibandingkan dengan adiknya yang merupakan suami Shanaz.

"Selamat siang Pak, kamu dari pihak kepolisian ingin memastikan apakah benar ini jasad Bu Shanaz?" tanya salah seorang polisi.

Air mata palsu Fernando berhasil menetes, membasahi pipinya. "Benar sekali pak. Saya yakin ini adalah jasad istri saya." Ia bahkan rela menahan bau anyir yang menusuk indera penciuman miliknya. "Astaga sayang, kenapa kamu harus pergi secepat ini?"

Lorenzo seketika tersadar, ia menyadari Fernando melakukan ini agar memuluskan jalannya untuk menikahi Lita. Lelaki itu berusaha menepis pernyataan adiknya. "Jangan terlalu cepat memutuskan, lakukan saja tes DNA atau apapun itu."

"Semuanya sudah jelas kak, untuk apa melakukan tes DNA?" Fernando menatap kakaknya, berusaha menekan agar Lorenzo diam.

"Saya mohon Pak, biarkan istri saya ini beristirahat dengan tenang, sehingga saya bisa segera memakamkannya," tandas Fernando kepada polisi.

Tidak sia-sia memang Fernando menggunakan kemampuan akting terbaiknya. Ia berhasil meyakinkan polisi dan Shanaz resmi dinyatakan meninggal.

Lorenzo menarik napas dalam-dalam ditengah dadanya yang terasa sesak, lalu membuang napas seraya pergi. Ia sudah tidak tahan lagi berada di ruangan itu. Bukan karena bau anyir yang ada di sana, melainkan tidak tahan dengan omong kosong Fernando. Atau mungkin juga ia belum bisa menerima kenyataan bahwa Shanaz sudah meninggal.

**

Sementara itu di rumah Nabila, ibunya terkejut dibuat terkejut karena putri satu-satunya mengatakan diterima bekerja sebagai seorang kepala pelayan. "Bagaimana dengan surat pengalaman bekerjamu sebagai sekretaris kemarin, apa itu tak cukup untuk mendapatkan pekerjaan yang sama?" tanya ibu Nabila bernada kecewa.

Shanaz merasa bersalah kepada ibu Nabila. Ia sadar betul jika ibu manapun pasti menginginkan yang terbaik putrinya, termasuk dalam hal pekerjaan. Bibirnya sempat kelu. Namun tidak ada yang bisa Shanaz lakukan selain berbohong agar ibunya Nabila mengizinkannya bekerja di rumah Fernando.

"Maafkan Nabila, Bu. Nabila terpaksa bekerja sebagai kepala pelayan karena belum diterima kerja di sebuah perusahaan," mohon Nabila dengan wajah tertunduk.

Wanita paruh baya itu bukannya memandang rendah pekerjaan sebagai kepala pelayan, melainkan ia berpikir anaknya bisa mendapatkan jenjang karir yang lebih baik jika bekerja di sebuah perusahaan. Tetapi mau tak mau ibunya Nabila akhirnya merestui permohonan Shanaz, karena berpikir Nabila melakukan ini demi dapat menghidupi dirinya.

"Ibu minta maaf, karena–"

Shanaz menggelengkan kepalanya. Ia semakin dibuat tak enak hati, lalu segera menghentikan ucapan ibunya Nabila. Shanaz paham akan apa yang akan diutarakan oleh ibunya Nabila.

"Ibu jangan meminta maaf, ibu tidak salah apapun," potong Shanaz. "Shanaz janji akan bekerja sambil mencari lowongan pekerjaan di sebuah perusahaan lagi," imbuhnya.

Beruntung ibunya Nabila dapat menerima keputusan itu, ia lalu memeluk Shanaz. Sempat membeku, tetapi setelah itu Shanaz mulai merasakan hatinya menghangat mendapatkan perlakuan manis dan kasih sayang yang begitu besar dari ibunya Nabila. Rasa sesak tiba-tiba menghimpit dada Shanaz, ia menjadi merindukan ibu kandungnya. Wanita yang telah melahirkan Shanaz tersebut pasti sangat khawatir karena keberadaan Shanaz belum ditemukan.

Ibunya Nabila melepaskan pelukannya, lalu menangkup wajah putri semata wayangnya. "Tidurlah, bukankah besok pagi kamu sudah mulai bekerja?"

Shanaz mengangguk pelan. "Iya Ibu, kalau begitu Nabila tidur dulu," pamit Shanaz.

Ibunya Nabila tersenyum, lalu setelah itu mengusap kepala Shanaz dengan lembut. Kemudian Shanaz melangkah menuju ke kamar Nabila.

**

Keesokan harinya Shanaz membuka matanya yang masih berat. Semalaman wanita berusia 30 tahun itu tidak dapat tidur dengan nyenyak karena paginya harus berangkat bekerja di rumah Fernando, lelaki yang telah mengkhianatinya. Dan akibatnya kepalanya menjadi sedikit terasa berat.

Ibu Nabila kini berdiri di ambang pintu sambil mengetuk pintu kamar dengan pelan. "Ayo segera mandi, setelah itu sarapan. Ibu sudah siapkan makanan untukmu." Ibunya Nabila tak lupa memberikan senyuman yang begitu tulus.

"Iya Bu, Nabila mandi dulu ya," sahut Nabila. Shanaz membalas senyuman ibu Nabila pun dengan tulus, walaupun setelah itu ia melangkahkan kakinya dengan berat menuju ke kamar mandi setelah ibunya Nabila pergi.

Tepat beberapa saat ketika Shanaz pergi ke kamar mandi, ponsel Nabila yang sedang di charge di atas nakas dekat tempat tidurnya berdering. Takut ada sesuatu yang penting Tami, ibunya Nabila mengangkatnya. Ternyata dari Risa, teman dekat Nabila.

"Halo Ris? Ini Ibu. Nabila sedang mandi, ada apa ya?" tanya Tami penasaran.

"Oh, Tante. Ini Tante, Risa mau bertanya, Nabila kapan ya, mau interview di perusahaan AA grup? Soalnya kemarin Nabila sudah janji mau interview sama Risa." Risa bertanya balik di ujung telepon.

Ibunya Nabila mengerutkan keningnya. Interview? Tapi Nabila bilang belum mengatakan ada tawaran interview dari perusahaan manapun.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status