Shanaz memilih menahan luka karena harus menjauhi Lorenzo. Sebelum hubungan itu semakin jauh. Daripada membiarkan mantan suami dan wanita perebut suami orang itu hidup berbahagia di atas penderitaannya. Sudah cukup selama ini dia terlena akan hubungan yang belum jelas tersebut. Ia mencoba untuk tidur, dan melupakan kejadian yang terjadi hari ini. Shanaz juga berusaha menghapus kisah yang hampir terajut indah dengan Lorenzo, dan berjanji esok akan membuka lembaran baru tanpa melibatkan Lorenzo dalam rangkaian ceritanya. Cukup lama, hingga akhirnya Shanaz tertidur karena rasa lelah, baik fisik maupun pikiran.**Selang 2 hari berselang, acara gender reveal party untuk calon anak Fernando dan Lita digelar. Shanaz sebagai kepala pelayan berkoordinasi dengan tim EO, ia turut mempunyai peran penting di sana, meskipun ibunya Lita adalah satu-satunya orang yang menatapnya dengan tatapan menghakimi. Padahal ia belum melakukan apapun terhadap Fernando.Namun Shanaz tak peduli. Saat Lita dan ib
Santi berdecap. "Astaga, acaranya akan segera dimulai Lita," jawabnya.Lita tertawa canggung. "Oh, iya Bu. Kalau begitu ayo," ucap Lita seraya bangkit dari tempat duduknya."Mari, Bu," ajak Santi kepada besannya. Ibunya Lita lalu ikut bangkit dari tempat duduknya. Dan mereka bertiga berjalan menuju ke panggung utama. Di sana sudah ada Fernando dan ayahnya. Lorenzo tadinya juga diajak, namun karena dia tidak mau jadi tidak jadi turut serta dan hanya menyaksikan saja.Sebuah balon berbentuk hati berukuran besar berdiri di belakang mereka. Pembawa acara mula-mula membacakan rangkaian acara. Hingga sampai di inti acara, yaitu Lita dan Fernando akan disuruh memecahkan balon berbentuk hati raksasa tadi.Balon dengan warna terakhir akan menentukan jenis kelamin anak mereka. Semua orang yang ada di sana menantikan dengan antusias. Tak terkecuali dengan sang pemilik acara, meskipun Fernando pernah diberitahu Lita mengenai jenis kelamin anaknya. Sementara Lita, takut balon terakhir menunjukkan
Shanaz merasa kekacauan yang ia buat sudah selesai. Ia berakting berusaha keras menangkap kodok yang sengaja ia lepas tadi. Lalu setelah dapat menaruhnya ke dalam plastik. Dia tak bermaksud menyakitinya, hanya mengurungnya sementara, lalu setelah itu akan ia lepas lagi.Wanita itu juga sengaja membuat rambutnya acak-acakan agar semua orang mempercayainya. "Semoga mereka tak ada yang mencurigai bahwa aku yang sudah melepaskan kodok ini di sini." Shanaz merapal doa dalam batinnya.pShanaz menormalkan degup jantungnya yang tak beraturan. Dan setelah lebih tenang ia mencari keberadaan keluarga Fernando. Beberapa meter dari pandangannya, Shanaz bisa melihat Fernando dan keluarganya berjalan ke arah pintu keluar. Dengan menerobos tamu undangan, akhirnya Shanaz berhasil berdiri di depan keluarga Fernando. Ia mengangkat plastik yang berisi kodok tangkapannya. "Tuan dan Nyonya harap tenang, saya sudah berhasil menangkap kodok penyebab masalah di sini," beber Shanaz."Arrrgghhh!" Lita membulat
"Saya akan sampaikan kepada keluarga pasien dok," ucap perawat. Yang dijawab dengan anggukan kecil dari dokter. Sementara dokter kembali memberikan penanganan sementara kepada Lita.Perawat melangkah menuju ke pintu keluar. Ketika ia membuka pintu Fernando dan seluruh keluarganya langsung bangkit dari tempat duduknya dan mengerumuni perawat tadi guna memperoleh informasi mengenai Lita. Termasuk Shanaz, karena ia merasa bersalah imbas dari perbuatannya."Bagaimana keadaan istri saya Suster?" tanya Fernando dengan nada cemas."Istri Anda memerlukan transfusi darah segera, sebab telah kehilangan banyak darah," jawab perawat. "Akan tetapi PMI saat ini kehabisan darah golongan O plus. Apakah ada anggota keluarga di sini yang mempunyai golongan darah O plus?" tanyanya.Lita bernasib baik, karena golongan darahnya sama dengan ibunya. Dengan ayahnya juga sebenarnya. Hanya saja ayahnya sudah meninggal, jadi hanya ibunya kini yang menjadi harapan satu-satunya.Ibunya Lita langsung mengangkat t
Mobil Lorenzo berhenti di depan rumah dengan pagar besi bercat putih yang menjulang tinggi. Supir pribadi Lorenzo turun dari mobil, lalu menekan pintu yang ada di samping pintu gerbang. Kemudian seorang satpam membukakan pintu gerbangnya dengan menggesernya."Maaf Anda siapa? Dan ada keperluan apa?" tanya satpam kepada supir pribadi Lorenzo."Tuan Lorenzo ingin menemui Nona Meisya. Tuan, saya sebelumnya sudah ada janji dengan Nona Meisya," jawab supir pribadi Lorenzo.Satpam itu langsung mengangguk mengerti, karena majikannya yang bernama Meisya tadi telah berpesan kepadanya untuk menyuruh masuk tamunya yang bernama Lorenzo."Oh, kalau begitu silakan masuk, Pak.""Baik, Pak. Terimakasih," ucap satpam rumah Meisya."Sama-sama Pak," sahut supir pribadi Lorenzo, lalu ia berbalik badan dan masuk kembali ke dalam mobil. Pintu gerbang telah dibuka lebar-lebar oleh satpam rumah Meisya. Supir pribadi Lorenzo kemudian memasukkan mobilnya melewati gerbang, lalu memarkirkan mobil di halaman. Lor
Lorenzo menggelengkan kepalanya. "Bukan. Shanaz mengalami kecelakaan dan sudah dinyatakan meninggal," jawab Lorenzo dengan raut wajah menahan rasa sakit, karena dia mempercayai Shanaz masih hidup sampai saat ini. Dan sebenarnya keyakinannya itu memang benar."Lantas?" tanya Meisya. "Dia sudah menikah lagi?" tebak Meisya dengan jitu.Kali ini Lorenzo mengangguk. "Itu benar. Nama istrinya yang sekarang adalah Lita dan saat ini sedang hamil," jawabnya. "Seperti yang aku katakan tadi, dia sedang mengalami pendarahan karena sebuah Insiden," lanjutnya.Meisya mengangguk. "Aku mengerti sekarang. Kalau begitu aku akan bersiap-siap dulu, dan kita segera pergi ke rumah sakit," ucap Meisya.Lorenzo mengangguk. "Terimakasih atas bantuanmu Mei," ucap Lorenzo.Meisya bangkit dari tempat duduknya. "Sama-sama. Kamu tunggu di sini ya. Aku hanya sebentar," pamitnya. Secepat kilat ia menaiki tangga menuju ke kamarnya. Lorenzo menunggu dengan cemas.Lorenzo langsung bangkit dari tempat duduknya, saat mel
"Lita mendapatkan pendonor darah berkat Nabila," beber ibunya Fernando."Bagaimana bisa?" tanya Lorenzo."Tadi saat Kakak tak kunjung datang, kami semua meminta tolong kepada siapa saja yang mempunyai golongan darah O plus, dan ternyata seorang pelayan di rumah menghubungi Nabila dan mengatakan bahwa mempunyai golongan darah yang sama," jawab Fernando."Aku sebagai suami dan calon anak untuk bayiku mengucapkan terimakasih banyak kepada Kakak dan Kak Meisya. Dan aku berharap kalian tak merasa tersinggung dengan hal ini," ucap Fernando.Meisya menggelengkan kepalanya. "Oh, tidak, tidak. Aku tidak merasa tersinggung sama sekali. Aku bersyukur karena istrimu mendapatkan pendonor darah lebih cepat," sahut Meisya.Diam-diam ibunya Lita saat ini hatinya sedang mengalami pergolakan batin. Ia kini merasakan penyesalan karena sempat merasa curiga berlebihan kepada Shanaz. Padahal malah kepala pelayannya itu yang berhasil menghadirkan pendonor darah pada saat tepat untuk anak dan calon cucunya.
Ingin protes akan tetapi ibunya Lita takut. Jika ia memaksakan kehendak bisa-bisa semuanya akan berantakan. Ibunya Lita bagai macan yang kehilangan taringnya saat ini."Baik, Nyonya," sahut Shanaz. Ia tersenyum samar karena senang akhirnya dapat kembali ke rumah yang ditinggali oleh Fernando. Sebab dia akan mengalami kesulitan untuk balas dendam jika tak berada di rumah itu."Sudah sana, kamu masuk duluan. Temui istrimu di dalam. Dia pasti sedang menunggumu sejak tadi," perintah ayah Fernando.Fernando mengangguk. Lebih baik dia masuk dan meninggalkan segala problematika mengenai urusan para ibu-ibu. Karena istri dan anaknya jauh lebih penting baginya. "Kalau begitu aku masuk dulu," pamitnya. Ia memutar kenop pintu lalu masuk."Maaf telah membuatmu berpindah-pindah terus menerus seperti ini ya," ucap ibunya Fernando."Tidak apa-apa Nyonya. Sudah menjadi tugas saya mematuhi perintah dari Nyonya Besar," sahut Shanaz.Lorenzo mengepalkan tangannya menahan emosi. Ingin protespun percuma.