Share

Bab 93 Menahan Rasa

Santi melipat kedua tangannya di depan dada. Ia menatap tajam ke arah Shanaz. Santi kesal atas kepergian kepala pelayannya itu, sebab banyak pekerjaan menjadi kacau.

"Tapi saya cuti karena nenek saya meninggal, Nyonya Besar." Shanaz membela diri, meskipun berbohong.

Damar menghampiri keributan yang ada di halaman rumahnya tersebut. Melihat istrinya sudah dalam mode marah, ia takut istrinya akan bertindak gegabah. "Ada apa ini?" tanya Damar melihat Shanaz dan istrinya secara bergantian.

"Kamu lihat saja sendiri. Gara-gara dia izin mendadak semuanya jadi berantakan Yah," jawab Santi mengeluhkan tindakan Shanaz.

Damar geleng-geleng kepala. "Astaga, Bu. Namanya meninggal dunia ya mana bisa direncanakan, pasti mendadak." Dia memang sengaja membela Shanaz karena ucapan istrinya benar-benar tidak logis, hanya karena sedang dikuasai oleh amarah.

Emosi Santi semakin memuncak, ketika suaminya dinilai lebih membela pembantu ketimbang dirinya. Ia menatap suaminya dengan tatapan membunuh dan seak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status