Pov BowoSesampainya aku di depan rumah Denisa, tiba-tiba tubuhku bergetar hebat. Aku merasakan nyaliku yang awalnya menggebu, kini berubah menjadi menciut.Bukan karena apa-apa, aku takut kalau Denisa kecewa. Sebab selama ini aku telah membohonginnya. Aku berbohong dan mengaku bahwa aku seorang duda."Mas, Mas! Kamu kenapa sih dari tadi bengong aja. Kita uda sampai nih, ayo turun. Tuh lihat Emak sama Bapak uda nunggu di depan pintu." Ajak Denisa yang cemberut karena dari tadi aku cuekin."I-iya iya, sabar." Aku oun mengikuti langkah Denisa keluar dari mobil.Bruugh!!Ku tutup pintu mobil dan berjalan mengekori Denisa."Assalamualaikum..." Ucap kita serempak saat memasuki rumah"Waalaikumsalam..." Terdengar juga balasan salam dari kedua orang tuanya.Tak lupa kita berdua pun menyalimi tangan kedua orangtuanya"Silahkan silahkan... Mari masuk Nak." Ternyata kedua orang tua Denisa sangat lembut, persis dengan anak nya. Kulihat juga ke dua adik Denisa yang masih kecil ikut menyambut ke
Bapak pun menanda tangani surat perjanjian pembelian rumah hari itu juga bersama Pak Haji. Penyerahan uang dan surat-surat baru akan di laksanakan beberapa hari lagi. Sebab, Bapak juga belum menarik uangnya dari bank.Memang rumah ini sengaja di belli atas nama Bapak, agar saat perceraian ku dengan Mas Bowo tak meributkan soal harta.Karena ku tau, Mas Bowo termasuk orang yang rakus. Dan juga, dia lebih butuh uang banyak untuk membiayai anak dari istri mudanya.Akhirnya kami semua pamit untuk pulang. Sebelum pulang, Emak mengajak ku mampir kerumah Ibu mertua. Maklum, karena beliau sudah lama tak bertemu. Tapi sebelum kami pamit, aku meminta ijin ke pada Pak Haji untuk berfoto didepan rumah mewah tersebut. Tentu saja Pak Haji mengijinkan, karena memang rumah ini sebentar lagi menjadi milik ku."Nduk, fotoin Ibu disini ya. Kalau bisa tampak kan semua rumah ini dari depan." Ucapku pada Anita yang memintanya untuk mengabadikan momen ini."Iya Bu, satu dua tiga.""Bentar-bentar, sekali l
Nnnnggggg....Suara deru mobil ku berhenti ketika aku sudah sampai di depan rumah, setelah aku kembali mengantar Anita kesekolah untuk mengambil sepeda motornya.Nampak terlihat sepeda motor Mas Bowo juga sudah ada didepan rumah. Karena memang dia tidak dapat jatah lembur untuk beberapa saat. Karena alasan orderan pabrik yang sepi.Anita yang ikut membuntutiku juga langsung memarkirkan sepeda nya disebelah sepeda motor ayahnya.Bruuugh!!!Kututup pintu mobil dan berjalan masuk kerumah bersama Emak dan Bapak."Emak, istirahat disini dulu ya. Kamarnya biar Ida bersihkan dulu." "Gak usah Nduk, biar Emak mu sendiri aja yang bersihkan. Kamu tuh capek dari tadi nyupirin kita. Udah, kamu mandi aja." Balas Bapak"Iya Nduk gak papa Emak bersihkan sendiri aja.""Oh yaudah Mak kalau gitu. Lagian kemarin sebelum berangkat sepreinya juga uda Ida ganti kok. Nanti tebas-tebas dikit aja. Takutnya ada debunya Mak.""Iya gampang Nduk.""Yasudah Ida masuk kamar dulu kalau gitu Emak sama Bapak juga ya!"
"Lo Mak, maaf Ida baru bangun." Ku lihat Emak sudah memasak didapur.Padahal aku sudah berusaha bangun lebih pagi dari biasanya. Tapi ternyata aku kalah cepat dengan Emak."Gak papa Nduk, Emak tau kamu capek. Sudah kamu tidur lagi aja disofa. Biar Emak yang masak. Nanti kalau sudah adzan shubuh, Emak bangunin.""Gak usah Mak, biar Ida aja.""Wes toh Nduk, yang nurut sama Emak.""Yaudah tak bantuin aja ya Mak, biar cepet selesai. Sekalian Ida mau nyuci baju juga.""Heem Nduk."Ku masukkan semua pakaian kotor kedalam mesin cuci. Huuft, benara-benar cucian yang menggunung. Dan gak muat kalau sekali putaran.Setelah mengisi air dan memberikan detergen, aku kembali menghampiri Emak. Dan membantunya memasak sop."Uda biar nanti Emak yang masak. Kamu bantu ngupasin kentang sama wortelnya aja. Sekalian Emak mau buatin begedel ayam kesukaan Anita.""Iya Mak. Kentangnya Ida kupas semua aja ya Mak.""Iya boleh Nduk, nanti kalo uda cuci bersih sama wortelnya.""Nggeh Mak..."Kita berdua pun sibuk
Tuuuut.... Tuuut.... TuuuutKucoba menghubungi Pak Haji untuk menanyakan kelengkapan suratnya. Seletah beberapa kali, barulah beliau mengangkat telepon dariku."Assalamualaikum..." Terdengar sapaan dari seberang sana."Waalaikumsalam Pak Haji... Begini Pak, saya cuman mau bertanya, apakah surat-surat runah sudah disiapkan Pak? Karena memang uang nya sudah saya bawa."Memang Pak Haji meminta pembayarannya itu di berikan secara kes. Ketimbang, harus memberikanya lewat cek. Entahlah aku juga tak tau alasan beliau."Ooh iya Bu Ida, semua sudah siap Bu.""Alhamdulillah kalau begitu Pak. Kapan kita bertemu kembali?""Sebisa Bu Ida saja. Tapi lebih ceoat lebih baik menerut saya. Hehehe"Mendengar ucapak Pak Haji, akupun ikut tertawa."Yasudah gimana kalau besok pagi Pak? Jam sepuluh saya sama Bapsk kerumah Pak Haji.""Baik Bu Ida, siaap dengan senang hati.""Yasudah kalau gitu Pak, Assalamualaikum.""Waalaikumsalam..."Ku matikan sambungan telepon dan segera berlalu ke kamar Emak.Tok! Tok!
Saat aku hendak keluar dari kamar terdengar suara hp Mas Bowo berdering beberapa kali. Ternyata ada telepon masuk dari Ibu."Assalamualaikum, iya Bu. Bentar aku mau mandi dulu. Abis maghrib aku jemput.""Iya iya, yasudah kalau gitu. Waalaikumsalam."Aku peduli dengan ibu mertua jika dia akan kesini. Rasa sakit hatiku padaya juga sama besar seperti ke Mas Bowo. Gak Ibu, gak anak sama saja.Kini aku sudah berkumpul kembali bersama orang tua dan anak ku. Ku coba melupakan kejadian barusan di kamar. Menikmati hari bahagia bersama orang terkasihku.Adzan maghrib pun berkumandang bersahut-sahutan. Aku, Emak, Bapak dan Anita pun sudah bersiap menjalan kan sholat berjamaah dirumah."Ajak Bowo jamaah sekalian Nduk?" Ucap Bapak"Gak usah Pak, uda biarin aja dia sholat sendiri." Dengusku kesal.Jujur, aku tak bisa menyembunyikan perasaan kecewa ku didepan orang tua dan putriku."Jangan gitu Nduk, ayo cepat." Perintah Bapak lagi.Sebenarnya aku juga ikut jengkel karena Bapak masih saja memaksaku
"Bu, perutku kayaknya sakit deh." Ucapku pada Ibu "Lo kenapa Nduk? Kamu abis salah makan?"Aku menggeleng menjawab pertanyaa Ibu dengan memegang perutku yang terasa sangat sakit. "Asam lambung mu kambuh itu Nduk! Kan Ibu sudah bilang, makanya kalau makan jangan sampai telat." Kulihat Ibu mendengus kesal padaku.Memang ini salah ku sendiri yang tak menurut dengan omongan Ibu. Bahkan, demi menonton maraton drakor aku diam-diam membuat kopi dan langsung aku masuk kan ke dalam kamar. Karena jika ketahuan Ibu, aku pasti di marahi habis-habisan. Hehehe"Yasudah, ayo Ibu antar periksa ke klinin Medika. Kamu cepet ganti baju dulu.""Iya Bu..."Aku dan Ibu sama-sama masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian. Ku ambil celana jeans dan sweter abu ku, dan kupadukan juga dengan hijab abu.Beruntungnya hari ini hari minggu. Jadi saat aku sakit, aku langsung bisa bilang ke Ibu."Sudah Nduk, kalau sudah Ibu tunggu di depan sama manasin sepeda dulu.""Iya Bu, bentar. Nanti Nita nyusul ke depan."
Pov BowoSetelah dari rumah Denisa, akhirnya aku pun pulang sendirian, meninggalkan Denisa yang ingin menginap di rumah orang tuanya.Kini aku merasakan kepeningan, bagaimana tidak, aku takut kalau sampai Ida tau. Dan aku juga ingin orang tuaku tau kalau aku ingin menikah lagi.Aku pun memutusakan untuk pulang ke rumah Ibu, sebelum aku pulang kerumah.Deg deg deg!Ku rasakan jantungku berdetak sangat kencang. Entah kenapa nyaliku mulai menciut saat aku akan meminta izin pada Ibu untuk menikahi Denisa.Tapi bagaimana pun juga, aku harus memberitahu ibu.Tok tok tok!"Assalamualaikum Bu!" Ku ketuk rumah Ibu dengan perasaan tak menentu."Waalaikumsalam...masuk aja Le, ga dikunci kok sama Ibu." Terdengar suara lantang Ibu dari dalam rumah.Akupun segera membuka pintu, dan masuk menemui Ibu. Tak lupa langsung ku sambut tangan Ibu dan mencium punggung tanganya dengan hidmat."Looh tumben kesini jam segini. Apa ada perlu sama Ibu Le?" Ucap Ibu to the pointAku mulai merasakan keringat dingin