"Mohon maaf, saya tidak bisa membayarkan. Karena saya sudah menyetop memberikan uang saya pada ibu dan kakak saya," jelasku.
"Mengapa?" Bu Rita, sang penelepon bertanya alasannya.
"Mereka tak pantas mendapatkannya, Bu! Sudah, ya, Bu! Tagih saja sendiri pada Ibu dan kak Ayu, Bu Rita!" tegasku.
"Mmm ... Baiklah." Bu Rita menutup teleponnya.
Aku sebenarnya kasihan melihat ibu ditagih orang seperti ini. Tapi, aku ingin lihat ibu mendapat pembelajaran dari perbuatannya.
Ibu harus paham, selama ini perbuatannya sangat merugikan kami semua karena menyebabkan luka pada istriku.
***
Sore ini, saat baru sampai rumah, kak Ayu meneleponku.
"Deni, kamu kok tega ngomong kayak gitu ke Bu Rita. Tau nggak, gara-gara mulut embermu, Bu Rita menyebarkan gosip kalau Ibu tak mampu lagi bayar arisan karena dibiarkan anak-anaknya."
"Lalu, aku harus gimana?" tanyaku pada kak Ayu.
"Ya, kamu salah bicara seperti itu tentang ibumu. Har
Aku cukup malu tadi saat marah-marah pada Cella. Padahal dia nggak berbuat apapun pada Niar.Untung Niar langsung respon dan mengatakan kalau Cella sedang menolongnya. Aku sangat senang, istriku lebih terbuka.Karena banyak menyimpan luka, ia lebih irit berbicara. Sedikit demi sedikit, ada penerimaan terhadap semua yang terjadi dalam hidupnya."Bang, sudah nih belanjanya." Niar membuyarkan pikiranku tentangnya."Oh, iya. Ayo kita ke kasir." Kami membayar semuanya. Lalu membawa semua belanjaan menuju tempat parkir."Pa, Tante tadi memangnya siapa sih?" Icha membuka pertanyaan."Oh, dia dulu temen Papa.""Oh, pantes. Kan pernah datang ke rumah ya, Pa?" tanyanya."Iya, pernah. Kamu masih inget?""Inget, Pa. Icha hanya melihatnya dari jauh, Pa.""Oh iya," jawabku.Ternyata Icha bener-bener nanya detail tentang Cella. Sesekali ku lirik istriku, ekspresinya datar."Tante Cella cantik ya, Pa."
"Bu, Bu ... Buka pintunya!" Aku berusaha membujuk ibu.Tak ada jawaban dari dalam. Beberapa kali di ulang, Ibu tak menjawab. Aku semakin khawatir.Lalu kami putuskan untuk masuk ke dalam kamar secara paksa dengan cara mendobrak pintu kamar ibu. Ketika masuk kami melihat ibu sedang tidur.Saat diperiksa ternyata itu pingsan atau tak sadarkan diri. Lalu aku dan kak Ayu, membuat Ibu sadar dengan cara cara memberikan minyak kayu putih di depan hidungnya, selain itu memijat-mijat jempol kakinya.Setelah itu Ibu sadar, ia terdiam melihatku. Malah sampai memalingkan muka.Kuberikan Ibu minum yang telah dibuatkan oleh kak Ayu. Tadinya Ibu menolak, tapi ku paksa untuk segera diminum."Bu, apa Ibu sudah makan? tanyaku kepada Ibu.Ibu menggelengkan kepalanya."Ibu nggak lapar, Den! Ibu hanya ingin sendiri karena ibu malu. Saat ini Ibu tidak punya muka lagi untuk bertemu ibu-ibu arisan. Mereka sudah memblack list ibu. Ibu sedih
Aku bingung dengan semua ini. Pak Karso kenal dengan ibu ternyata."Ini anakmu? Ayu mana Ayu?" Tiba-tiba saja pak Karso mengenal kak Ayu."Sebentar ... Sebentar. Aku masih bingung dengan semua ini. Mengapa Bapak kenal dengan Ibu?" Aku bertanya pada Pak Karso.Ibu kelimpungan, ia mencari tempat duduk terdekat. Lalu, aku menolongnya untuk duduk di kursi terdekat."Pak Karso, silahkan duduk!" ucapku."Baik, sebentar." Pak Karso berjalan ke arah kami.Tak lama kak Ayu datang."Maaf, Den. Aku habis mengantar Farrel dan Ayesa sekolah dulu," kata kak Ayu.Kak Ayu kemudian bersalaman dengan tamu kami -- Pak Karso."Saya, Ayu, Pak!" katanya.Pak Karso terkejut melihat kak Ayu. Lalu, memegangi pundak kak Ayu berkali-kali."Kamu sudah besar, Nak!" Ada gurat kesedihan di wajahnya.Pandangan ku alihkan pada Ibu. Ia tak berani menatap laki-laki itu. Ibu sedari tadi hanya menunduk setelah Pak Karso meny
Kak Ayu dan keluarganya datang ke rumah kami. Rencananya ia mengantar Bang doa untuk meminta maaf kepada Niar.Ketika datang anak-anak langsung bermain di kamar Icha. Sedangkan kami bicara bersama di ruang tamu.Tadinya Niar tak mau diajak untuk menemui mereka. Akan tetapi, aku memintanya untuk mencoba ikut.Kami membuat kesepakatan, jika Niar tidak memungkinkan mengatur emosinya, maka dia boleh meninggalkan kami nanti."Baiklah Bang, akan kucoba menghadapi Kak Ayu dan bang Aldo. Bismillah," ucapnya.Setelah menghela napas berkali-kali, Niar mengekorku di belakang untuk menemui Kak Ayu dan Bang Aldo.Aku melihat reaksi Bang Aldo yang merasa tidak enak ketika bertemu dengan Niar. Kak Ayu yang bersikap tenang, memulai percakapan diantara kami."Niar dan Deni, Kak Ayu dan Bang Aldo datang ke sini untuk mengantar Bang Aldo meminta maaf secara langsung kepada kalian berdua." Kak Ayu menengok ke arah Bang Aldo."Iya, aku mau minta ma
"Den, sekarang Kak Ayu ada di rumah sakit. Tolong kamu ke sini, ya! Ibu tak mau makan, sekarang perutnya sakit. Aku di IGD bersamanya."Aku terkejut mendengar kabar dari Kak Ayu."Baiklah, Kak. Tunggu, ya!"Aku segera menemui Niar untuk mengatakan kalau aku akan ke rumah sakit."Dek, aku mau ke rumah sakit sekarang, ya! Barusan Kak Ayu telepon katanya Ibu nggak mau makan, sekarang ada di IGD," kata suamiku."Baiklah, Mas. Kamu pergi saja sana!""Baik, Dek. Aku berangkat, ya!"Tak lupa kuminta Niar untuk mengunci semua pintu karena kemungkinan aku nggak pulang malam ini."Baik, Bang. Abang juga hati-hati, ya!" kata Niar."Iya, Dek. Terima kasih."Aku pun berangkat menuju rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit, aku langsung menuju ke IGD tempat Ibu dirawat. Ternyata Ibu sudah dipindah ke ruang perawatan."Den, kamu sudah datang?" tanya Ibu lemas."Sudah, Bu. Ibu kenapa sih?" tanyaku.
"Ada apa ini?" Tiba-tiba Ayah muncul di belakangku."Eh, Ayah sudah datang?Ini Yah, Ibu sedang sakit maag dan tipes, tetapi saat ini malah makan makanan yang pedas."Ibu menengok ke arah kami dengan perasaan tidak suka, wajahnya terlihat kesal dan ia mencebik."Iya Ratih, kamu seharusnya dengar kata anakmu. Ini demi kesembuhanmu juga," imbuh Ayah."Siapa kamu tiba-tiba berani melarang aku?""Dia mantan suami ibu, atau mungkin di atas kertas kalian belum bercerai. Namun karena tidak bertemu selama bertahun-tahun itulah yang menjadikan kalian bercerai," jawabku."Hahaha ... Aku sudah bercerai dengannya sejak aku pergi dari rumahnya. Itu berarti kami sudah berpisah.""Ya, Ratih. Aku terima semuanya, kita memang sudah berpisah.""Makanya jangan sok-sokan mengingatkanku tentang hal ini," kata Ibu."Ya, maaf, ini aku lakukan kan untuk kebaikanmu juga.""Ya sudah, kamu pergi saja dari sini. Aku tidak mau melihatmu!" 
Jenazah Ibu dibawa ke rumah duka. Sebelumnya sudah dimandikan dulu di rumah sakit. Jadi, ketika datang ke rumah, sudah bersih.Para tetangga berdatangan untuk takziah ke sini. Semua menyampaikan rasa duka cita.Tak henti-hentinya kami menerima tamu. Termasuk teman-teman arisan Ibu, yang membuat Ibu ter-black list dari.Bu Rita, koordinator arisan menyapaku."Oh ini Deni yang tak mau ngasih uang lagi sama Ibunya? Bagaimana sekarang, kamu nyesel nggak, Den?"Aku geram, bisa-bisanya membicarakan masalah yang mereka tidak tau duduk perkaranya."Maaf, hal itu telah berlalu, Bu. Kami pun sudah berhubungan baik," kataku.Bu Rita memperlihatkan tingkah pongah khas Ibu sosialita. Padahal aku tau di komplek sekitar sini, tak ada kaum sosialita. Kami hidup biasa saja."Oh begitu. Aku sangat kasihan dengan Bu Ratih punya anak sepertimu. Sehingga dengan terpaksa kami mengeluarkannya dari grup arisan kami.""Mohon tidak bicara untuk s
Jenazah Ibu dibawa ke rumah duka. Sebelumnya sudah dimandikan dulu di rumah sakit. Jadi, ketika datang ke rumah, sudah bersih.Para tetangga berdatangan untuk takziah ke sini. Semua menyampaikan rasa duka cita.Tak henti-hentinya kami menerima tamu. Termasuk teman-teman arisan Ibu, yang membuat Ibu ter-black list dari.Bu Rita, koordinator arisan menyapaku."Oh ini Deni yang tak mau ngasih uang lagi sama Ibunya? Bagaimana sekarang, kamu nyesel nggak, Den?"Aku geram, bisa-bisanya membicarakan masalah yang mereka tidak tau duduk perkaranya."Maaf, hal itu telah berlalu, Bu. Kami pun sudah berhubungan baik," kataku.Bu Rita memperlihatkan tingkah pongah khas Ibu sosialita. Padahal aku tau di komplek sekitar sini, tak ada kaum sosialita. Kami hidup biasa saja."Oh begitu. Aku sangat kasihan dengan Bu Ratih punya anak sepertimu. Sehingga dengan terpaksa kami mengeluarkannya dari grup arisan kami.""Mohon tidak bicara untuk s