Rezal mengelus bibirnya dengan mata yang fokus pada jalanan di depannya. Begitu mobil berhenti di lampu merah, dia kembali menghela nafas lelah. Dia terus melakukan itu sejak pulang dari rumah Naya. Dia tidak percaya jika gadis itu akan memperlakukannya seperti ini.
Apa Naya tidak tahu bagaimana perjuangannya untuk bisa mengungkapkan isi hatinya? Sangat sulit, karena Rezal harus bertempur antara hati dengan pikirannya. Pikirannya berkata jika dia harus menjauh dari Naya karena perbedaan usia, tapi hatinya memilih untuk tetap mendekat, meraih gadis itu ke dalam pelukannya.
"Iya, kamu udah berhasil buat saya suka sama kamu. Dan satu lagi, Luna bukan siapa-siapa. Dia cuma masa lalu."
Naya terdiam mendengar ucapan
Suasana kantor tampak begitu sepi. Waktu yang menunjukkan jam makan siang membuat karyawan sibuk untuk mengisi perut, entah di luar kantor ataupun di kantin. Terlihat seorang pria tengah berjalan di lorong dengan wajah yang pucat. Rezal menghela nafas kasar dan memijat keningnya yang terasa berdenyut. Tangannya beralih merenggangkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Kepalanya sedikit pusing karena tidak tidur semalaman. Selain harus lembur, dia juga memikirkan gadis yang sampai saat ini masih tidak mau menerimanya. Rezal memasuki ruangan humas dan terkejut saat mendapati Naya yang sedang tertawa keras. Bukan itu yang membuat langkah Rezal terhenti, melainkan keberadaan Edo yang berada di depan gadis itu. Mata Rezal mengedar dan tidak menemukan orang lain di ruangan ini selain Edo dan Naya.&nb
Di sebuah supermarket, terlihat wanita paruh baya tampak sibuk mengisi troli belanjaannya. Ibu Rezal terlihat menggerutu sambil mendorong trolinya dengan kaki. Sesekali matanya melihat catatan kertas di tangannya untuk melihat apa saja yang harus dia beli. "Ini kenapa nggak diskon sih?" gerutunya. "Mas, ini nggak ada diskon ya?" tanya Ibu Rezal pada salah satu pegawai yang bertuga. "Untuk saat ini belum, Buk." Wanita itu kembali menggerutu pelan, "Giliran ada diskon aja nggak pernah kebagian. Lagian ini orang rumah kenapa minta makan aneh-aneh sih. Emang enak daging ditepungin?"
Hari sudah mulai gelap. Naya memasuki rumahnya dengan bersenandung. Hatinya sedikit tenang hari ini. Semua kegiatannya berjalan dengan lancar. Tidak ada Rezal yang membuatnya naik darah. Pria itu terlihat lebih kalem hari ini. Meskipun sikap acuh itu masih ada, tapi Naya memakluminya. "Buk! Aku pulang!" teriak Naya mulai memasuki kamarnya. Langkahnya terhenti saat melihat Ibunya tengah duduk di atas kasur dengan kamera di tangannya. Wanita itu menatap Naya tajam seolah meminta penjelasan. Perlahan suasana cerah di hati Naya langsung berubah menjadi langit mendung yang mencekam. "Dari mana kamu dapet kamera ini?" tanya Ibu Naya tegas. Pikiran negatifnya semakin menjadi-jadi saat melihat anaknya hanya
Naya bangkit dari duduknya saat para karyawan sudah keluar untuk makan siang. Melihat situasi yang sudah aman, Naya masuk ke dalam ruangan Rezal dengan nafas terengah. Rezal yang tengah bekerja mulai menatap Naya aneh. "Ketuk pintu dulu, Nay." "Udah jam istirahat, Pak. Jadi Bapak bukan bos saya lagi." Naya terkekeh dan duduk di sofa, mulai menyiapkan makanan yang dibuat oleh ibunya. Dua minggu telah berlalu, hubungan Naya dan ibunya kembali membaik. Terima kasih pada Rezal yang mau menjadi penengah di antara mereka. Jika tidak ada pria itu, mungkin sampai detik ini Naya dan ibunya tidak akan saling berbicara. Mencegah amarah ibunya yang bisa saja kemb
Pernikahan Naro dan Naomi berjalan dengan lancar. Rezal turut bahagia dengan pernikahan sahabatnya itu. Meskipun hari ini adalah hari bahagia Naro dan Naomi, tapi sahabatnya itu tidak pernah lupa untuk mengejeknya. Lagi-lagi Rezal harus datang sendiri ke acara pernikahan. Selalu seperti ini selama bertahun-tahun. "Liat, Zal. Apa kamu nggak pingin?" bisik Ibu Rezal dengan menunjuk Naomi dan Naro dari kejauhan. "Ya, pingin, Ma." Mata wanita paruh baya itu membulat. Untuk pertama kalinyadia mendengar anaknya merespon dengan baik ucapannya. Selama ini Rezal selalu acuh tak acuh jika membicarakan tentang pernikahan. Namun lihat lah sekarang, bukan hanya ucapan, tapi wajah Rezal juga menunjukkan rasa iri pada Naro dan Naomi
Selama perjalanan, Rezal tak bisa berhenti untuk bersenandung. Alunan musik cinta seolah ikut membawanya masuk ke dalam suasana yang bahagia. Dia baru saja mendarat di bandara dan berniat langsung ke rumah Naya. Bahkan orang tuanya harus terpaksa naik taksi setelah mengetahui niat Rezal yang ingin bertemu kekasih hatinya. Tentu saja ibunya tidak melarang. Dia seolah membuka jalan lebar bagi Rezal untuk pergi. Rezal memang sengaja tidak memberi tahu Naya tentang kedatangannya. Dia hanya ingin memberi sedikit kejutan. Apa Naya akan terkejut nanti? Jujur saja, Rezal juga merasa semangat sekarang. Bahkan lelah di tubuhnya saat di pesawat tadi langsung menguap begitu saja. Mobil Rezal berhenti tepat di depan sebuah rumah yang tampak asri. Banyaknya tanaman seolah membuktikan jika pemilik rumah begitu
Bagi Rezal, tidak ada hal yang menyakitkan selain mengetahui jika ayah dari kekasihmu adalah musuhmu di masa lalu. Kebetulan yang ditakdirkan oleh Tuhan seolah membuka matanya kembali. Apa dia pernah melakukan kesalahan di kehidupan sebelumnya sampai Tuhan menggariskan takdir yang seperti ini? Rezal semakin berpikir, apa memang dia tidak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan? "Kamu belum cerita lo, Zal. Kenapa bisa babak belur kayak gini?" Rezal hanya diam mendapat pertanyaan dari Ibunya yang terus berulang. Dia tidak sanggup untuk mengatakan kejadian yang sebenarnya. Ibunya begitu menyukai Naya, tapi juga membenci Faisal dan Luna. Apa yang harus Rezal perbuat sekarang? "Mama nggak pernah liat kamu berantem sampe kayak
Apakah cinta dapat menjamin kebahagiaan? Banyak yang bilang jika cinta adalah hal yang paling dasar dalam sebuah hubungan. Namun apakah hanya dengan cinta sebuah hubungan akan berhasil? Naya pikir tidak. Banyak faktor yang bisa memperkuat hubungan selain cinta. Restu orang tua misalnya. Suasana kantor tampak sepi, Naya menatap pantulan dirinya di cerminliftsambil memainkan sepatunya. Dadanya mulai bergemuruh saatliftyang dia naiki mulai sampai di lantai departemen humas. Kegiatan magangnya sudah berakhir dua hari yang lalu. Sekarang Naya kembali datang guna meminta tanda tangan Raga untuk laporan magangnya. Selain itu, Naya juga ingin melihat Rezal. Sejak bertemu ayahnya yang berakh