“Apa yang terjadi?” tanya Alexander yang mendekat ke arah Derick. Pria muda berprofesi sebagai polisi ini lalu mengamati memar di lengan Derick.“Apa maksud semua ini? Ada apa dengan kalian, bangsa vampir?” Derick seketika kaget. Kini, suaranya telah pulih kembali.“Derick, gua minta maaf. Asal lu ikuti aturan kami. Gua jamin lu selamat.”“Apa maksud lu?” tanya Derick yang diam-diam cari cara untuk melepaskan ikatan. Perlahan dan pasti, ikatan di kaki sudah mulai longgar. Derick tersenyum tipis.“Kami hanya butuh pinjam tubuh lu beberapa waktu doang.”Penjelasan Alexander ini sudah dipahami betul oleh Derick. Tanpa mereka sadari, hal tersebut sangat disukai oleh Derick. Diam-diam pria berkulit eksotis ini mulai memulihkan memulai penyembuhan dari dalam. Ia akan ikuti permainan mereka dan siap melawan, jika diperlukan.Ia dapat merasakan keberadaan dua benda kecil dalam tubuhnya. Meski Derick bisa mengeluarkan benda tersebut, tetapi ia masih ingin tahu maksud dari perseteruan intern ba
"Tidak mungkin, Pa. Aku kasih obat sesuai dosis. Selebihnya hanya memasang dua permata di tubuhnya,” ujar Alexander membantah dengan argumentasi.Tuan Ferdinan melakukan tehnik totok jarum dan menyedot darah di bagian punggung Derick dengan mangkuk. Alexander berdiri sambil memperhatikan yang dilakukan papanya.Si korban hanya tersenyum dalam hati. Ia telah terlatih untuk memisahkan antara darah kotor dengan yang bersih. Yang dikeluarkan oleh Tuan Ferdinan barusan adalah darah kotor, yang memang seharusnya dibuang.Tua bangka ini pasti mengira tadi adalah darah bersih. Dia akan cek kandungan dalam darahku, batin Derick dengan rasa puas.“Liat! Darah ini berwarna hijau. Sudah over dosis,” ucap Tuan Ferdinan sambil menyodorkan mangkok tepat di depan mata Alexander.“Aku berkata benar, Pa! Sebentar kuambil ampul obat,” elak Alexander lalu berjalan ke luar ruangan.“Bagaimana bisa berhasil? Ceroboh!” teriak marah Tuan Alexander sambil memukul tembok. Benda kokoh itu pun langsung jebol seb
Sandra tersenyum lebar melihat ke arah Derick. Sementara itu tak jauh dari tempat wanita pemilik darah suci berdiri, ada sepasang mata tajam dan senyum menyeringai mengintai.“Begitu Sandra masuk, kita pasang perangkap. Saat malam, baru kita bawa pergi mereka.”“Langsung pulang?”“Bawa ke area pribadi keluarga. Agar tak bisa dilacak.”Dua sosok iki ternyata Tuan Gustav dengan Alice yang merasa curiga akan gerak-gerik Sandra saat melintas di perbatasan dua dunia. Saat Alice menghubungi Vino, rupanya si adik sedang mencari istrinya. Bisa saja, Vino sekarang sedang menuju area pribadi keluarga mereka.“Pi, gimana kalo ketemu Vino?” tanya Alice sambil mengamati dua sosok yang sedang berpelukan dalam gua.“Nanti Papi yang jelasin,” balas Tuan Gustav sambil memasang perangkap di mulut gua. Kemudian ia berbisik ke telinga Alice. “Begitu mereka menyentuh perangkap langsung ikat.”Beberapa saat kemudian, pria ini melesat ke atas gua. Kedua kakinya dientakkan kuat-kuat di materi gua yang terb
“Sayang, kita lebih dari itu,” jelas Derick sambil memeluk tubuh Sandra.“Emang berapa jam?”tanya Sandra sambil menoleh ke arah Derick.“Kita menjalani proses selama setahun, Sayang.”“Really?” Derick tidak menjawab pertanyaan si wanita. Pria berkulit eksotis ini memeluk lalu mencium bibir Sandra dengan hangat. Wanita berambut lebat tersebut segera mengimbangi perilaku Derick yang mulai nakal.Permainan panas kedua makhluk beda dunia ini membuat isi bumi berguncang. Layar angkasa yang semula terang benderang mulai digeser dengan awan berarak. Kilatan petir menyambar mengiringi lenguhan panjang Derick. Sementara jeritan Sandra seketika membuat aliran listrik terputus.“Jadi gelap gini, Bang?” tanya Sandra sambil meraba dada bidang Derick yang telungkup di atasnya.“Benar-benar dahsyat,” balas si pria lalu mengecup bibir Sandra sekilas.Derick bangkit lalu berjalan dengan meraba-raba ke arah jendela. Kedua tangannya membuka sedikit tirai. Kini, remang-remang cahaya dari langit menerobo
“Derick datangin Mama?”“Iya. Bahkan dia bilang akan bantu cari Sandra.”Vino semakin curiga akan tingkah laku Derick. Pria ini tidak habis pikir karenanya.“Tapi, Vin. Mama merasa Sandra gak hilang. Dia akan kembali,” ucap Ny. Anggara dengan berlinang air mata.Ucapan wanita separuh baya ini terdengar oleh Sandra. Ia merasa sedih, tetapi tidak berani keluar untuk menemui mamanya dan Vino. Ia tidak berani melanggar pesan dari Derick.Sandra merasa syok dengan kenyataan ini. Ia merasa menghabiskan waktu beberapa jam saja. Nyatanya, telah setahun yang terlewatkan. Satu yang ia ketahui pasti, Derick lebih sehati dengannya sejak diberi energi.Maafin Sandra, Ma, batin wanita muda tersebut seraya menyeka air mata.Pertalian darah ibu dan anak tidak bisa dipungkiri. Ny. Anggara merasa mendengar suara Sandra dan anaknya ada di sekitarnya.“Sayang, kamu ada di mana? Kamu dekat Mama, kan?”tanya Ny. Anggara sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.Akhirnya kedua mata wanita separuh baya ini
“Perlu saya temani ke kantor polisi?” tanya sekuriti.“Terima kasih. Enggak perlu. Lagian juga, kami nanti langsung berdiskusi dengan pemilik kamar.”“Baik, Bang Vino dan Ny. Anggara. Saya pamit kembali ke pos. Selamat sore.”“Selamat sore, Pak,” balas Vino dan Ny. Anggara dengan tersenyum lega.Sekuriti meninggalkan mereka. Kini Vino mengetuk pintu kamar.“Sayang, kamu ada di dalam?”Vino mencoba berkomunikasi dengan Sandra. Namun, tidak ada balasan dari dalam. Kedua orang di luar kamar tidak tahu bahwa Sandra hanya mampu terbaring di lantai tanpa bisa berucap kata sepatah pun.Derick telah kembali ke kamar dengan mengerahkan kemampuan. Ia terkejut karena mendapati kamar dalam keadaan kosong. Sementara akses telepati kepada Sandra terputus. Pria berkulit eksotis tersebut tahu betul yang memutuskan komunikasi mereka adalah Vino. Derick merasa kasihan dengan Sandra yang telah mengorbankan diri untuk dirinya.Kini, dirinya tidak tahu akan keberadaan wanita yang tercinta tersebut. Deric
Sebelum mereka masuk taksi, Derick berucap,”Pura-pura amnesia saja.”“Ah, Sayang. Apa kita bisa selalu bersama?” tanya Sandra bernada putus asa.“Percayalah! Cinta suci akan cari jalan untuk itu.”“Kamu bisa seyakin itu, Bang?”“Tentu saja. Aku percaya bahwa kita berjodoh selamanya.”Sandra seketika mengecup mesra pipi Derick yang berjambang tipis.“Kamu pria paling macho yang kukenal,” ucap Sandra dengan nada manja.“Sweet girl, Abang akan turun sebelum apartemen. Nanti begitu kamu turun di carport, langsung amnesia,” bisik Derick agar tidak didengar oleh pengemudi taksi.“Gimana mau ke kamar, kalo amnesia?” tanya Sandra lirih dengan wajah bingung.“Abang akan kasih tahu Vino dan Alexander. Kamu ikuti alur aja.”Sandra tertawa lirih saat mendengar penjelasan Derick. Wanita tersebut paham bahwa Derick cerdas dalam membuat jalan cerita drama mereka.“Aku gak bisa bayangkan, betapa serunya nanti,” ucap lembut Sandra sambil menyandarkan kepala di bahu Derick.Pria macho tersebut tersenyu
Ny. Anggara mempersiapkan juga bahan-bahan untuk soto ayam. Makanan berkuah yang selalu dinikmati Sandra dengan lontong. Wanita ini baru tersadar bahwa dirinya harus segera memberitahu Vino soal kedatangan Sandra. Wanita separuh baya ini telah menelepon Vino beberapa kali, akan tetapi tidak juga diangkat oleh si menantu.Ia tidak kehabisan akal lalu mengirim sebuah pesan memakai aplikasi logo hijau. Sambil menunggu balasan dari menantunya, Ny. Anggara melakukan tahapan pembuatan jus dan soto ayam.Dua jenis jus telah selesai dibuat oleh Ny. Anggara. Pada saat ia sibuk menghaluskan bumbu untuk soto, terdengar suara bel. Ia segera mematikan kompor dan blender lalu beranjak menuju depan. Dalam layar ponsel tampak Vino berdiri depan pintu. Di beberapa bagian wajah pria tersebut tampak lebam dan di lengan ada luka. Ny. Anggara buru-buru membuka pintu. Vino tampak meringis menahan sakit lalu segera masuk ruang tamu.“Habis berantem?” tanya Ny. Anggara dengan hati cemas.“Iya, Ma. Enggak tah