Share

BAB 64. Mas Arman Marah.

“Fatki, jangan kurang ajar sama ibuku!” hardik mas Arman.

“Kurang ajar? Sepertinya otakmu dengan otak ibu sudah sama-sama konslet jadi tidak bisa membedakan mana yang kurang ajar dan mana yang tidak,” jawabku santai dan itu sukses membuat Mas Arman kesal.

Ditariknya tanganku hingga ke luar dari ruangan ibu.

“Jangan buat malu, ya, Dik, kalau tidak mau bantu bayar biaya rumah sakit ibu ya sudah tidak apa-apa, tapi jangan permalukan ibuku di depan banyak orang. Aku masih mampu kalau hanya bayar biaya rawat ibuku,” ucap Mas Arman jumawa.

“Oh, iya? Syukurlah kalau begitu. Permisi!”

Aku pulang dengan perasaan lega.

Mas Arman dan ibu setelah pulang dari rumah sakit pasti akan lebih syok, karena rumah kosong melompong. Ya semua perabot yang ada di rumah akan aku angkut ke ruko termasuk TV 42” yang aku beli 5 bulan yang lalu.

“Susanti malam ini tidur di rumahh Mbak, bisa? Mbak butuh bantuanu untuk packing barang-brang yang akan kita bawa ke ruko,” tanyaku pada Susanti.

“Bisa, Mbak. A
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
kiyat yulia
ok kita kesel sm seseorang sampai mendarah daging.tp bersikap diam itu lebih baik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status