Share

TELAH DIBALAS

ADNAN

Setelah urusan di ruang keamanan beres, aku menemui Ela. Ia ada di sebelah ruangan ini. Entah apa namanya.

Ela tak berani menatap ke arahku. Ia hanya tertunduk dan bergetar. Aku pun tak ingin banyak bicara. Langsung mengajaknya pulang tanpa berpanjang kata.

Amarah ini masih membuncah, tapi tak mungkin diluapkan di sini. Sekuat mungkin kutahan agar magma kemurkaan tak erupsi.

Aku tak langsung pulang sebab pikiran masih kacau. Sebaiknya menenangkan diri dahulu agar kembali kewarasan.

Kami duduk di atas batu karang di bibir pantai. Angin yang mulai kencang sedikit banyak membantu meredakan hawa panas yang membuncah di dada.

Tak ada yang dilakukan selain menatap gulungan ombak berkejar-kejaran. Serta birunya air laut yang entah berapa kedalamannya.

Jika ombak surut, la pun tenang. Apabila gelombang itu datang, maka hilanglah ketenangan.

Seperti itulah kehidupanku. Tujuh tahun tanpa gelombang kujalani bersama Rida. Tenang dan menenangkan jiwa raga. Di sana hanya ada riak-riak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status