"Kenapa gak dipaksa aja sih mintanya, Mang?" tanya Kinan pada Mang Gembul. "Bukannya saya gak berani lawan itu Nenek lampir, Mbak Kinan. Tapi saya malu lawan emak-emak mulut ember kayak dia. Ck, mana hutangnya banyak lagi.""Udah tau begitu kenapa masih dikasih sampai numpuk begitu, Mang?" timpal yang lainnya."Saya gak ngasih, Ibu-Ibu. Tapi dia nya langsung ngeloyor pergi ketika saya sedang jualin yang lainnya. Ya mau gimana itu barang sudah dibawa saya cuma dikasih uang dua puluh ribuan aja.""Yaudah, Mang, terima nasibmu. Kalau dibayar ya alhamdulillah kalau enggak ya terserah si Mamangnya mau diapain dia. Kita sebagai tetangga mah ikhlas. Hahahaha. Tapi lain kali jangan dikasih lagi daripada sakit hati kan?" "Ih, ya ogah mau kasih dia lgi. Apa lagi setelah omongannya tadi berasa dia yang paling kaya aja. Kere aja belagu banget."Kinan pun menyudahi kegiatan belanjanya. Ia bergegas kembali ke rumah kontrakannya karena pasti Andra sudah menunggu terlalu lama. ***"Kok kama belanj
"Ya kan memang orang tuanya Eka itu kaya raya, Sel, ya wajar saja sih kalau dia punya banyak uang." Fatih berusaha membela mantan istri nya. Selena melirik Fatih dengan tajam, ia tak senang kalau Fatih lebih membela Eka ketimbang dirinya. Sekarang pun Fatih sedang galau mendengar Eka yang semakin sukses. Meskipun Fatih tau dari dulu kalau orang tua Eka sangatlah kaya raya. "Lalu kenapa kamu malah memilihku dan meninggalkan Eka, Mas?" "Ya, ya, karena aku kan mencintai kamu, Sel, makanya aku memilih kamu daripada Eka." Fatih berusaha membela diri. "Alah Mas, bilang saja kalau kamu itu cuma mau uangku, iya kan? Ngaku aja deh, Mas. Kalau kamu cinta aku mana mungkin kamu mau minta rujuk sama Eka, Mas!""Ya aku cuma kasihan saja sama Nayra, bagaimanapun dia kan anak aku juga. Aku cuma nggak mau Nayra kekurangan kasih sayang ayahnya.""Yakin Mas? Bukan karena Eka yang sudah langsing dan glow up? Sudah sukses lagi.""Bu-bukan lah, Sayang," ucap Fatih mengelus rambutnya Selena. Fatih tida
"Ada apa kamu ke sini?" tanya Bu Nuri yang masih asyik dengan layar di hpnya. "Aku kepikiran sama Eka, Bu." Fatih menatap langit-langit kamar Bu Nuri, sambil membayangkan kalau dirinya akan kembali dengan Eka dan juga Nayra. Dan mereka hidup bahagia menjalankan usaha yang kini dibuka Eka di sebelah showroom milik Selena. Dengan begitu Selena tak bisa lagi menginjak harga diri Fatih. Ah, bahkan harga diri lelaki itu sudah tidak ada semenjam penghianatannya bersama Selena dan hidupnya selalu berada di bawah kendali sang istri keduanya itu. "Kenapa dengan Eka?" Bu Nuri beralih menatap Fatih mengerutkan dahinya. Ponsel yang ada di tanganya ia letakkan di atas nakas. "Eka sekarang makin sukses, Bu, kok aku menyesal ya meninggalkan Eka dan memilih Selena. Soalnya Eka itu tak sepelit Selena. Apalagi sekarang dia sudah langsing, Bu. Sudah seperti awal aku bertemu dengannya dulu.""Masa sih?" Bu Nuri masih tak mempercayai ucapan Fatih. "Astaga, Bu. Mana pernah Fatih berbohong, Bu, lagian F
"Mas." Selena masuk ke dalam kamar Bu Nuri. Fatih tak menjawab panggilan dari Selena, ia berpura-pura tidur agar Selena tak curiga kalau sebenarnya Fatih cuma pura-pura sakit. "Mas, kamu sakit?" Selena terlihat khawatir dengan keadaan Fatih. "Hmm." Fatih hanya bergumam menjawab Selena. Selena semakin mendekati tubuh Fatih yang terbaring dan ia memegang kening Fatih dengan punggung tangannya. Selena mengernyit karena tidak merasakan panas di tubuh Fatih. "Gak demam, Kok," gumam Selena lirih. Meski Fatih mendengarnya tapi ia mengabaikan seolah-olah tengah tertidur. Selena yang melihat sepertinya sang suami tidak sedang berbohong pun akhirnya memutuskan untuk ke showroom saja seorang diri. "Ya sudah Mas aku ke showroom dulu ya, kamu di rumah saja istirahat." Selena menggoyang-goyangkan tubuh Fatih pelan hingga membuat Fatih seolah-olah membuka matanya padahal telinganya sangat jelas mendengar. "Kenapa, Sayang?" "Aku mau ke showroom dulu. Kami di rumah saja istirahat.""Iya, kamu h
Bu Nuri pun bergegas menuju ke kamarnya yang digunakan Fatih untuk tidur. Ia lantas membangunkan Fatih yang ternyata sedang memegang ponselnya. "Tih, Fatih, buruan bangun. Itu Selena sudah pergi. Buruan mandi sana. Malah main ponsel terus. Katanya mau ke rumah orang tua Eka."Fatih yang mendengar nama Eka disebut langsung dengan sigap ia bangun. Ia mengucek mata dan menguap lantas ia pun turun dari tempat tidur. Ia bersiap-siap mandi dan tak lupa sedikit berdandan agar kesan bagus yang terlihat orang tua Eka terhadap dirinya. "Aku mandi dulu ya, Bu.""Iya sana buruan, mandi yang bersih jangan sampai bau. Ibu sudah masak juga. Nanti kita sarapan dulu sebelum kamu ke sana.""Oke Ibuku, Sayang."Setengah jam berlalu, Fatih akhirnya siap untuk pergi ke rumah Eka. Ia menyiapkan mental agar nanti Eka mau kembali dengan dirinya. "Fatih pamit dulu ya, Bu, doain Fatih berhasil membuat Eka kembali.""Iya, Ibu doain semoga berhasil." Fatih pun berlalu dari hadapan Bu Nuri karena ojek online y
"Mari masuk dan silahkan duduk. Biar saya panggilkan dulu." Mbak Minah mempersilahkan Fatih duduk di ruang tamu. Fatih mendaratkan bokongnya di sofa empuk yang ada di rumah itu. Ia mengelus-elus sofa yang didudukinya seraya membatin. 'Bener-bener mewah sekali rumah Eka ini. Rumah Selena gak ada apa-apanya. Bahkan, kalau dijual dan harga jati itu tinggi tentu saja tak sebanding dengan harga rumah orang tua Eka yang tampak sangat mewah ini. Aku menyesal sudah membuang Eka begitu saja demi Selena. Padahal kalau mau bersabar pasti aku akan mendapatkan hati orang tuanya Selena. Dasar bodoh memang aku ini.' Fatih merutuki dirinya sendiri di dalam hati. Sesal pun tiada guna sebab nasi sudah menjadi bubur. Fatih terkejut saat mendengar suara langkah kaki dari arah dalam. Ia menengok ke sumber suara itu. Matanya membelalak saat melihat kehadiran Pak Hendri dan Bu Ranti tanpa Eka. Ia sudah merasakan keringat dingin bertemu dengan orang tua Eka. "Pa, Ma," sapa Fatih berusaha menyalami Pak H
"Soal itu kamu tenang saja. Aku sudah memikirkannya yang utama harus kamu lakukan cepat salin nomor-nomor pelanggan yang Selena miliki. Dan selama tiga bulan kamu berikan uang gaji kamu untuk Naura entah bagaimanapun caranya. setelah bulan ke empat jika kamu dinyatakan lulus aku bersedia rujuk dan kamu ceraikan Selena di hadapanku. Gimana? Deal?""Baiklah, apa pun akan aku lakukan asalkan aku bisa kembali denganmu dan hidup bahagia bersama Nayra.""Baguslah, memang itu jawaban yang aku inginkan darimu." Sejatinya Eka tidak lah begitu berniat benar-benar menghancurkan Selena. Ia hanya ingin membuat Fatih dan juga Selena mendapatkan balasannya yang setimpal. Setara dengan rasa sakit hatinya yang pernah mereka ciptakan yakni, menusuknya dari belakang. Meski sebenarnya Eka pun masih memiliki rasa yang begitu membuncah untuk Fatih. Namun, ia tidak serta merta begitu saja menerima Fatih. Ia tentu ingin melihat keseriusan pria itu padanya. Bagaimanapun juga pria yang kini ada di hadapannya
"Baik, Pa. Aku janji gak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Sekali lagi terima kasih, Pa." Fatih mencium punggung tangan sang ayah mertua berkali-kali. "Oh iya Nayra mana? Dari tadi aku gak liat?" "Nayra ada di kamarnya sama Mbak Nani.""Boleh aku ketemu sama Nayra? Aku merindukannya.""Tunggu sebentar biar aku panggilkan dan ajak ke sini anaknya." Eka pun bangun dari posisi duduknya dan ia berjalan menuju kamar sang anak yang mulai tidur terpisah setelah tinggal di rumah orang tuanya itu. Tidak berselang lama, Eka kembali ke ruang tamu sembari menggendong sang anak dan memberikannya pada Fatih. "Nayra, Sayang, sini, Nak. Papa kangen sama kamu." Fatih mengambil Nayra dari gendongan Eka dan ia menciumi putri kecilnya itu bertubi-tubi hingga membuat Nayra tertawa karena kegelian. Eka tersenyum menyaksikan pemandangan itu. Sudah lama memang Fatih tidak menyentuh anaknya semenjak kenal dan bermain belakang dengan Selena. Itu lah sebabnya Eka sangat membenci Selena karena gara-gara w