"Keterlaluan kamu Selena!" Fatih terlihat marah. Tepatnya marah yang dibuat-buat. Ia berakting sungguh-sungguh agar Selena percaya kalau Fatih benar-benar marah dan cemburu. "Mas sumpah, ini nggak seperti yang kamu lihat Mas."Selena menggelengkan kepala, ia mengelak apa yang sudah terlihat oleh Fatih. "Sudahlah Sel, aku sudah melihat semuanya kok. Kalau kamu udah nggak suka aku, kembalikan aku kepada Ibuku. Bukan dengan cara kamu menggoda adikku seperti itu. Kamu kan masih punya suami Sel, juga Andra masih mempunyai istri. Lihat lah, apa kau tak melihat Kinan di sebelah Andra?" Fatih pura-pura merajuk. "Mas jangan gitu dong Mas, aku bakal lakuin apa pun asal kamu nggak ninggalin aku Mas." Selena merayu Fatih agar Fatih tak meninggalkannya. "Benar seperti itu? Kamu akan lakukan apa pun biar aku gak marah?" Selena mengangguk dengan cepat. "Iya, Mas. Aku akan lakukan apa pun. Ya maaf kalau tsdi aku begitu aku cuma bercanda aja yah sekalian ngetes Mas Andra.""Maksudnya?" tanya Ki
"Mas, tumben Ibu baik sama Kinan? Biasanya mereka berantem kalau ketemu?" Selena mencolek pinggang Fatih mencari jawaban. "Ibu sudah sadar, Sel, tak selamanya Ibu akan hidup. Ibu cuma mau kumpul sama anak-anaknya." Fatih berbicara ngasal. Sungguh, Fatih saat ini muak dengan Selena. ***"Mas, ini gaji kamu ya. Tepat lima juta. Aku sudah memenuhi janjiku." Selena memberikan amplop berisi gaji milik Fatih. Yah, hari itu adalah hari gajian bagi parq karyawan Selena termasuk juga Fatih. Selena tersenyum-senyum, ia kira Fatih akan memberikan seutuhnya uang itu untuknya. Akan tetapi, ia salah besar. Uang itu akan Fatih bagi untuk Nayra dan juga Bu Nuri. "Ya, Sel, terimakasih." Fatih menerima uang pemberian Selena. Ia lekas menarik uang lembaran berwarna merah sebanyak lima belas lembar untuk nafkahnya terhadap Selena. Selena mengerutkan dahinya. Meskipun tanpa nafkah dari Fatih pun Selena bisa menafkahi dirinya sendiri, tetapi ia juga berharap nafkah dari Fatih untuk dirinya. Bukankah h
Saat Selena berhasil menutup pintu, Fatih mengintip sedikit dari ujung matanya. Rupanya Selena telah keluar dari kamar. Fatih melanjutkan memejamkan mata sampai mobil Selena benar-benar terdengar menjauh dari halaman rumah. "Loh, Sel, mana Fatih? Dia nggak ikut ke showroom?" tanya Bu Nuri yang juga berpura-pura. "Nggak Bu, Mas Fatih bilang kepalanya pusing. Ini aku mau bilang sama Ibu buatin bubur buat Mas Fatih. Aku harus segera ke showroom, Bu." Selena mengambil beberapa lembar potong roti tawar dan mengoleskan nya dengan selai coklat. "Iya, iya, nanti Ibu buatkan bubur buat Fatih. Kenapa lagi lah anak itu." Bu Nuri berdecak kebingungan mendengar Fatih sakit. Yap, cuma untuk mengelabui Selena biar ia semakin percaya jika Fatih benar-benar sakit. "Gak tau, Bu, coba saja kalau nanti gak sembuh Ibu belikan obat di apotik. Yaudah aku pergi dulu ya, Bu." Selena meninggalkan meja makan dan bergegas berangkat ke showroom. Tentu saja tanpa mencium takzim tangan Bu Nuri karena memang sej
Selena bergegas menuju Mall untuk memanjakan dirinya sejenak. Selena mengemudi dengan kecepatan sedang menuju Mall. Sepuluh menit berlalu, Selena akhirnya sampai. Ia bergegas masuk untuk melakukan reservasi untuk melakukan perawatan. Saat ia melewati arena bermain anak-anak. Ia tak sengaja melihat sosok yang sangat-sangat dikenalnya. "Mas Fatih? Ibu?" Ia memicingkan mata melihat dengan teliti apakah itu suami dan mertuanya atau bukan. "Iya itu Mas Fatih dan .…" Selena menjeda kalimatnya. Ia mengamati dengan siapa ia bermain. "Nayra? Ya itu Nayra. Nggak salah lagi itu memang Nayra. Kurang ajar kamu Mas. Ternyata kamu menipuku! Katanya sakit rupanya sakitmu marena untuk mengelabuiku!" Tangan Selena mengepal. Rahangnya mengeras. Yang semula ia ingin memanjakan tubuh, kini ia urungkan. Ia menghampiri Fatih yang sedang bermain dengan Nayra. "Mas Fatih!"Fatih menegang mendengar suara yang sangat ia kenal. "Selena?!" Fatih menoleh. Yap, benar itu Selena. Wajah Fatih memucat. Akhirny
Sementara itu Selena yang sudah menjauh dari Fatih dan Eka terus saja mengumpat. "Awas saja! Aku gak terima diperlakukan begini. Akan aku balas kalian semua yang sudah mempermalukanku begini!"Selena mengurungkan niatnya untuk memanjakan tubuhnya lantaran ia sudah terlanjur bad mood. Ia lebih memilih pulang ke rumah dari pada melampiaskan kekesalannya terhadap orang lain. Ia memacu kendaraan roda empatnya membelah jalanan yang sedang lengang itu. Ia memukul stir mobil dan meremasnya. "Aaaargh! Kurang ajar kamu Mas. Sudah mulai berani kamu ya menipuku!" Selena tak terima dengan perlakuan Fatih yang menipunya mentah-mentah. Begitu juga dengan Bu Nuri. Sudah jelas dia terang-terangan mendukung Fatih dan lebih memilih Eka. Hingga ia tiba di rumah dan membanting pintu melampiaskan kekesalannya. Selena masuk ke dalam kamar membuang semua barang yang ia lihat di depan mata. Kamarnya kini tak ubahnya mirip seperti kapal yang pecah terombang ambing oleh ombak yang sangat besar. Setelah kel
"Eka!" Selena memanggil Eka saat melihat sosok yang ia cari. Eka menoleh saat namanya dipanggil. "Oh, kamu, Sel. Ada apa? Mau order mobil juga?" Eka tersenyum sinis menaikkan sudut bibirnya. Ah, lebih tepatnya senyuman mengejek. Eka tau kalau Selena sedang kesal karena tokonya mulai sepi akibat dirinya yang sebetulnya memang merusak harga. Namun, Eka melakukan itu kan memang karena ingin membalas perbuatan Selena padanya. Eka ingin memberikan Selena efek jera tentwng bagaimana rasanya jika apa yang kita miliki direbut paksa oleh orang lain. "Cih, jangan harap ya dasar perempuan gatel. Sudah mulai terang-terangan menggoda Mas Fatih, sekarang kamu beraninya mengambil semua pelangganku. Aku ke sini mau kasih perhitungan sama kamu!" Selena meludah, hal itu membuat lantai showroom Eka sedikit basah akibat Selena. "Gatal kok teriak gatal, gak malu?"Eka tersenyum miring seolah-olah tengah mengejek sikap Selena yang terkesan kampungan itu. "Sialan kamu Eka! Bisa-bisanya kamu mengambil s
"Kalian semua! Dengarkan saya! Mulai gajian nanti uang gaji kalian akan saya potong masing-masing empat ratus ribu!" Tiba-tiba saja para karyawan Selena tercengang dengan penuturan Selena barusan. "Tapi, Bu, kita salah apa?""Kalian gak ada salah tapi saya sedang kesal! Ini sebagai bentuk hukuman bagi Mas Fatih karena sudah mengecewakan saya. Kalau kalian mau protes, sana! Protes sama Mas Fatih. Kalau dia belum meminta maaf sama saya maka gaji kalian tidak akan pernah utuh!" Selena lantas meninggalkan para karyawannya. Bisik-bisik pun mulai terdengar. Mereka para karyawan akan mengadakan mogok kerja sampai gaji mereka kembali utuh seperti sebelumnya. "Gila ya itu bos! Keselnya sama siapa yang kena imbasnya siapa!""Iya nih, gaji utuh saja buat kebutuhan kurang. Apa lagi ini dipotong sampai empat ratus ribu. Puyeng ini kepala ngadepin bini.""Gimana kalau kita mogok kerja saja sampai gaji kita turun utuh? Syukur kalau ditambahin nantinya," usul salah satu karyawan Selena yang kesal
"Anu Ndra, Ibu sama Fatih mau minta tolong kamu kita mau minjemin uang buat modal buka usaha." Fatih terbata saat mengucapkan tujuannya datang ke rumah Andra. "Gimana ya, Bu, aku nggak bisa mutusin ini sendiri. Tunggu Kinan dulu ya."Bu Nuri dan Fatih mengerti akan kondisi Andra saat itu. Karena memang mereka sudah jadi suami, istri, alangkah lebih baiknya memang dibicarakan berdua. "Ayo Mas, Bu, diminum dulu es teh nya. Pasti kalian haus kan panas-panas dari luar." Kinan meletakkan es itu di depan Bu Nuri dan jiga Fatih. "Makasih ya, Nan." Kinanti mengangguk. "Nan, kita ke sini berniat mau minjam uang sama kalian buat modal buka usaha. Apakah boleh, Nan?"Kinan memandang suaminya, Andra. "Kalau Kinan sih boleh-boleh saja, Bu. Tergantung Mas Andra nya bagaimana.""Aku boleh saja Bu, Mas, tapi bukannya Mas Fatih sudah enak hidup dengan Selena? Kenapa mau buka usaha segala? Toh kalian juga sudah punya usaha showroom kan?""Iya Ndra. Sebenarnya, aku berniat menceraikan Selana dan in