"Hari ini, Adhiguna akan melaksanakan hukuman mati, Suci," beritahu Frans setelah hampir enam bulan berlalu pasca kematian Liliana.Suci yang ditemui Frans di kantor, tampak tenang dengan tatapannya yang sama sekali tak beralih dari layar laptop di hadapannya.Sejak kehamilannya semakin membesar, Suci terlihat lebih gemuk."Apa, kamu akan tetap melanjutkan rencana kedua untuk memberitahukan Adhiguna bahwa anak yang dilahirkan Liliana bukan anaknya?"Menghela napas berat, Suci menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi kerjanya, lalu terdiam sejenak sambil memandang langit-langit ruangan kantornya.Sudah sejak jauh-jauh hari, Suci dan Frans menyusun rencana ini sebagai pembalasan penutup, atas semua dendam yang dia miliki terhadap Adhiguna.Ya, dengan membongkar fakta bahwa selama ini, Liliana, wanita yang begitu Adhiguna cintai, sesungguhnya sudah mengkhianati pernikahan mereka dengan menjalin hubungan terlarang dengan kakak angkatnya sendiri, yaitu Andro, yang merupakan almarhum Ayah Kan
"Halo, Pah?""Iya, Jasmine, ada apa?""Pah, Jasmine diterima kerja di tempat baru, jadi resepsionis," pekik wanita bernama Jasmine yang terlihat begitu bahagia setelah membaca pengumuman yang tertulis di depan kantor Hotel Butterfly.Dua hari yang lalu, Jasmine baru saja melamar pekerjaan di hotel tersebut yang kebetulan sedang membuka lowongan kerja besar-besaran untuk macam-macam kategori bidang pekerjaan. Dari mulai cleaning service, OB, admin, waitress dan waiter, serta masih banyak lagi lowongan lainnya yang memang dibutuhkan segera mengingat launching hotel akan dilaksanakan satu bulan mendatang.Akan tetapi, dari hal membahagiakan itu, ada hal lain yang lebih membahagiakan hati Jasmine tatkala dirinya mengetahui bahwa Manager hotel tempatnya melamar pekerjaan itu ternyata adalah mantan kekasihnya sendiri semasa SMA dulu.Marcello Antariksa.Lelaki yang dulu pernah mencuri hati Jasmine hingga membuat wanita itu sulit berpaling ke lain hati, padahal, dari segi ekonomi, Mars sama s
Ternyata, Suci memang tidak main-main dalam memberi pelajaran pada orang-orang yang sudah memperlakukan dirinya dengan buruk di masa lalu.Dan hal itu terbukti dari nasib miris yang harus dilalui Venus saat ini, setelah dirinya ditolak dari berbagai perusahaan yang dia datangi untuk melamar pekerjaan.Titelnya sebagai seorang sarjana bisnis, tak cukup membantunya mendapatkan pekerjaan yang layak karena Suci yang telah mem blacklist nama Venus di seluruh perusahaan besar yang ada di Indonesia.Itulah sebabnya, kini Venus harus rela menjalani profesi dadakannya sebagai seorang montir di salah satu bengkel kecil di pinggir jalan raya, setelah dirinya menjadi korban perampokan dua minggu yang lalu.Saat ini, Venus pasrah dengan nasibnya, tanpa berniat untuk melakukan hal apa pun terhadap Suci.Bisa melanjutkan hidup dengan baik dan masih bertemu nasi setidaknya satu hari sekali saja sudah lebih dari cukup bagi seorang Venus.Anggap saja, ini sebagai tebusan atas semua kejahatan yang sudah
Suci Handini POVHari sudah gelap, saat aku menengoknya ke arah jendela di ruang kerjaku.Bekas hujan tadi sore masih menyisakan air yang mengembun, membasahi dinding kaca besar yang menampakkan gemerlapnya kota Jakarta di malam hari.Berusaha bangkit dari kursi yang kududuki seharian ini, aku merasa perut bagian bawahku sedikit nyeri, membuatku reflek mengelusnya.Bergerak dengan perut buncit yang semakin hari semakin membesar membuatku agak kewalahan.Melalui waktu sembilan bulan dalam kesendirian, selama masa kehamilanku, memang menjadi waktu terberat yang aku jalani.Meski, diriku sudah memperoleh kembali hakku sebagai pewaris Diningrat dan penglihatan ku yang kembali pulih seperti sedia kala, nyatanya, semua itu tak lantas membuat hidupku yang semula gelap menjadi berwarna.Aku bahkan lupa bagaimana caranya tersenyum, dan lupa bagaimana rasanya bahagia.Sejak aku tahu bahwa aku hamil oleh lelaki yang tak memiliki hak secuil pun atas diriku. Lelaki yang sudah dibayar suamiku untuk
Marcello Antariksa POVMy SisterKak Mars jadi ke Jakarta hari ini, kan?Hita nginep di rumah Angel ya, ogah tidur di rumah sendirian, iseng!Kemarin aja tetangga bilang ada yang denger kuntilanak nyanyi di belakang rumah.Hiii, serem!Membaca pesan yang dikirim Hita, aku hanya bisa memulas senyum tipis.Ya, hanya Hita satu-satunya hiburan yang kumiliki saat ini. Adikku yang ceriwis itu, adalah alasanku mampu bertahan hingga detik ini.Bertahan, melawan penyakit yang kian menggerogoti tubuhku hari demi hari.Jam kerjaku sudah berakhir. Harusnya, aku sudah bertolak menuju Jakarta sore ini, untuk menemui Bang Kinong.Bang Kinong dan keluarganya pulang karena pengobatan Mba Adiba berjalan lancar di Singapura. Meski katanya belum sepenuhnya pulih, Mba Adiba sudah bisa menjalani rawat jalan di salah satu rumah sakit terkemuka di Jakarta.Keberuntungan luar biasa dalam hidupku bisa mengenal sosok Bang Kinong sejauh ini, setelah beribu kesulitan dan kepahitan hidup aku alami. Karena sosok Ban
Raja Venus Diningrat POV"Suruh dia pergi saja, Om. Aku tidak ingin bertemu apa lagi berbicara dengannya."Aku mendengar dengan jelas percakapan antara Suci dengan Om Frans di dalam sana, karena posisi pintu ruang rawat yang memang tidak tertutup rapat sementara aku berdiri tak jauh dari pintu tersebut.Memundurkan langkah dengan kepala yang perlahan menunduk, aku sadar bahwa Suci sepertinya memang sudah sangat-sangat membenciku.Tak ingin membuang waktu lebih lama, menunggu sesuatu yang memang tak akan pernah ku dapatkan, aku pun memutuskan untuk pergi.Mungkin kali ini, aku tak akan lagi berharap apa pun pada Suci dan hanya bisa berdoa, semoga kelak wanita itu bahagia menjalani kehidupannya di masa depan.Saat itu, aku masih berjalan di tengah lorong sepi rumah sakit menuju pintu keluar dari bagian ruangan VVIP yang terdapat sepuluh kamar rawat.Dan keberadaan seorang lelaki yang berdiri di ambang pintu ruang bagian VVIP tersebut jelas mengejutkanku. Membuat langkahku pun terhenti s
"Hidupku dan Suci sangat bahagia saat ini, jadi, jangan coba macam-macam dengan kami! Camkan itu!"Di sepanjang perjalanan menuju area parkir rumah sakit, perkataan terakhir Venus terus saja terngiang dalam benak Mars. Berputar-putar di kepala, bahkan hebatnya, perkataan itu seolah menjelma menjadi jarum-jarum tajam yang menusuk hatinya.Sakit.Itulah yang Mars rasakan saat ini.Melangkah lebih panjang, dengan kedua tangan yang terkepal kuat di sisi tubuhnya, Mars berusaha untuk tegar, meski pada akhirnya, bendungan air mata yang sejak tadi sudah memenuhi pelupuk matanya tak mampu dia tahan lebih lama.Memasuki salah satu toilet umum pria, Mars menutup pintu bilik toilet itu rapat-rapat dan menumpahkan segala kepedihan hatinya di sana.Dengan tubuh bersandar di balik pintu toilet, Mars menangis dalam diam.Tetesan air matanya mengalir bak anak sungai yang deras.Kenapa rasanya seperti ini, ya Tuhan?Kenapa harus sesakit ini?Bahkan, rasa sakit yang aku rasakan saat ini lebih dari rasa
"Assalamualaikum.""Waalaikum salam."Ketika Dandi datang, Suci sedang sendirian sambil menimang-nimang bayi laki-lakinya di dalam ruang rawat.Didampingi Frans yang langsung memperkenalkan Dandi pada Suci, seketika ruangan rawat itu pun dipenuhi dengan tangis haru penuh kebahagiaan.Setelah begitu banyak hal yang mereka bicarakan melalui sambungan seluler selama ini, baru inilah kali pertama Suci dan Dandi bertatap muka secara langsung.Jika di video call wajah Dandi dengan kulitnya yang kecoklatan itu terlihat sangar, tapi aslinya, wajah Dandi terlihat lebih ramah, dan tentunya baik.Ya, meski baru mengenal sosok sang Kakak belum lama ini, namun Suci yakin bahwa Dandi adalah lelaki yang baik dan itu terbukti dari kesetiaan Dandi mendampingi Adiba istrinya menjalani pengobatan di luar negeri.Meski kini kondisi kesehatan Adiba sudah jauh lebih baik, namun yang Suci tahu, akibat menjalani kemotherapi dan pengobatan lain di Singapura sejauh ini, sangat mempengaruhi perubahan fisik Adib