WANITA KEDUA 32 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBerpura-pura bertahan dalam sebuah hubungan yang tidak sepenuhnya menggunakan hati terkadang membuat raga merasa lemah. Bahkan, kepala bisa dipenuhi puluhan tanda tanya tentang garis hidup yang menjadi lakon dari sebuah panggung sandiwara. Pria yang tengah berusaha kuat berpura-pura tiba-tiba menarik napasnya dalam dan mengembuskannya kasar. Entah kenapa rasanya seperti berada di ujung lelah. Meski begitu ia tidak punya daya untuk pergi atau pun membuat pilihan. Apalagi jika harus menebak makna apa yang tersirat untuk seluruh rangkaian kisahnya sendiri. "Kuatkan hamba ya Allah ... hamba benar-benar pasrah akan semua takdir yang ada. Hamba percaya bahwa bertemu Thifa bukanlah sebuah kebetulan semata. Dan menjadi bagian dari Serena pun bukan takdir yang hamba sesali," ucap Aksa dalam hati, lalu menatap keadaan restoran dengan perasaan entah. Aksa perlahan mencoba menyibukkan diri dengan ikut membantu Serena melayani pengunjung. Meskipun r
WANITA KEDUA 32 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraTepat jam delapan pagi, Serena dan Aksa sudah bersiap-siap untuk berangkat ke restoran. Entah karena terlalu lelah atau memang tidurnya yang terlalu nyenyak, keduanya bangun kesiangan. Bahkan, mereka melewatkan sarapan pagi dan memilih mencari itu di area dekat restoran. "Mau sarapan di mana?" tanya Aksa sebagai bentuk sopan santun setelah berada di area parkir swalayan."Di dekat swalayan Lian saja. Biasa jam segini ada bubur ayam. Saya mau ke kamar mandi sebentar," ujar Serena yang tiba-tiba ingin buang air kecil. Tanpa menjawab, pria yang setuju untuk pilihan bubur ayam langsung mencari di depan swalayan. Kebetulan memang roda dua miliknya kerap menumpang di area parkir karyawan milik Swalayan Melati. Tentunya atas persetujuan dari yang punya, yakni Lian Erza. Ketika Aksa tengah memesan bubur ayam, Serena justru tengah terburu-buru setelah membuang air kecil. Ia bahkan sampai melupakan ponselnya yang sengaja ia letakkan di dekat wast
WANITA KEDUA 33 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraKeadaan yang jauh dari bayangan terkadang membuat hati merasa ragu mengambil satu keputusan. Apalagi ada dua pilihan yang sama-sama memberatkan. Hal itu pastinya menekan kepala bekerja lebih keras menentukan satu di antara dua hal yang pantas diselamatkan dari ambang kehancuran. Pria yang tidak tahu harus melakukan apa menatap wanita di depannya dengan sama bingung. Ya, Lian bingung antara nama baik swalayan atau amanah dari Aksa—temannya. Namun, ia tahu betul dampak terbesar mungkin pada kesehatan mental karyawannya, yakni Thifa. Tentang swalayan, mungkin ia bisa menggunakan kuasanya untuk menghentikan kabar tersebut. "Hari ini Thifa masih ijin, kan?" tanya Lian mencoba mengamankan Thifa meski untuk sebentar. Yula pun mengangguk dengan cepat. "Masih, Pak." "Kalau begitu, kamu jangan kasih tahu tentang ini pada Thifa. Saya akan berusaha mencari siapa yang telah menyebarkan gambar tersebut," ucap pria yang sebenarnya juga bingung, tetap
WANITA KEDUA 33 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraWanita yang tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi perlahan melangkah menjauh dari pengunjung. Ya, Serena lebih memilih duduk di kasir. Meskipun ada kebencian dalam hati karena prianya memasukkan hati wanita lain, tetapi ia tidak pernah berpikir untuk menyebarluaskan masalah rumah tangganya di khalayak ramai. "Aku memang tidak suka sama Thifa, tapi ancaman dulu pun itu hanya peringatan. Aku sudah merasa cukup saat dulu mengajaknya bertemu. Kenapa jadi begini besar?" tanya Serena pada dirinya sendiri sambil menyandarkan kepala di meja. Aksa yang kebetulan melihat wanita pemilik raganya tengah dirundung gelisah pelan-pelan mendekat. Ada rasa yang menarik untuk bertanya. Mungkin lebih tepatnya penasaran. "Kamu kenapa?" tanyanya sambil melihat keadaan restoran dan Serena secara bergantian. "Sepertinya beberapa pengunjung melihat kamu. Apa kamu membuat ulah dengan mereka?" tebak sang pria lagi. Wanita yang beberapa bulan ini hampir
WANITA KEDUA 34 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMelihat sesuatu yang mengingatkan seseorang dan menghubungkan pada satu peristiwa pasti menimbulkan keingintahuan. Bahkan, mungkin bisa memberikan jawaban yang sejak dulu menjadi sebuah teka-teki dan pertanyaan besar. Wanita yang sibuk dengan pikirannya sendiri masih menatap gelang dengan liontin hati di dekat pengait tanpa berkedip. Ada rasa ingin bertanya sangat menggebu yang tertahan di dada. Akan tetapi, panggilan sang pemilik swalayan menyadarkan Yula yang sengaja ingin memberitahu siapa dalang di balik kegaduhan hari ini. "Yula?! Ada apa kamu ke sini?" Lian memanggil dan mengulang pertanyaan kedua kali, sedangkan Aksa tertunduk malu. "Em, a-anu, Pak ... saya sudah tahu siapa yang menyebarkan gambar tangkapan layar chatnya Thifa," jawab Yula sedikit gagap. Kedua pria itu seketika saling tatap. Namun, Lian memberikan ruang terlebih dulu pada wanita di depannya untuk duduk dan menceritakan sedetail mungkin siapa orangnya. "Duduk du
WANITA KEDUA 34 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraWanita yang tidak ingin gegabah itu menatap Aksa dengan perasaan entah. Namun, Yula memaksa bibirnya tersenyum untuk menyembunyikan segala hal yang berkecamuk. "Maaf, harusnya saya yang minta maaf karena telah lancang bertanya. Hanya saja saya memang tertarik dengan gelang yang Pak Aksa pakai. Mungkin belum rejeki saya. Sekali lagi saya minta maaf dan terima kasih," ujar Yula sembari membungkuk beberapa kali. "Tidak apa," jawab Aksa singkat. "Saya harap apapun yang terjadi, kamu selalu berada di samping Thifa. Tolong jaga dia untuk saya. Karena hanya ini cara yang bisa saya lakukan untuknya agar tidak terlalu terluka. Meskipun kenyataannya dia tetap terluka," lanjutnya lagi seakan memanfaatkan keadaan untuk mengatakan hal yang tidak bisa dikatakan. Yula pun mengerutkan dahi, "Maksudnya bagaimana? Apa akhir-akhir ini Pak Aksa sengaja menjauh dan memutus komunikasi itu untuk melindungi Thifa? Bukan karena sudah tidak mencintainya lagi?"
WANITA KEDUA Oleh: Kenong Auliya Zhafira “Thifa, kamu itu bego atau bodoh sih?! Kamu itu cantik, pekerjaan pun lumayan! Kenapa harus terjebak sama pria yang bukan milikmu?! Kalau aku jadi kamu, aku enggak akan takut kehilangan pria macam Aksa Gautama! Cinta boleh, tapi logika juga harus ada. Kamu itu cuma dijadikan wanita kedua yang kebetulan hadir tanpa sengaja! Kamu itu bukan akhir muaranya!” Satu pertanyaan panjang dari Yula Naura tiba-tiba terasa seperti petir di siang bolong. Athifa Arsyana—wanita yang dengan sadar memilih menjalin asmara dengan pria beristri. Sebenarnya bukan kali ini ia merasa tertampar oleh ucapan sahabatnya. Namun, Thifa sama sekali tidak bisa melawan kehendak hatinya sendiri. Ia mencintai Aksa itu dari hati, tanpa tapi meski hanya mendapatkan luka karena hubungan yang ada tidak akan bisa bermuara. “Thifa!” panggil Yula—sahabat sekaligus partner kerja di salah satu swalayan terbesar di kota untuk kedua kali. Melihat Thifa kerap melamun sering membuat hati
WANITA KEDUA 2Oleh: Kenong Auliya ZhafiraTerkadang kecurigaan yang tertumpuk karena pengamatan kerap memunculkan tanda tanya yang jawabannya mendekati kebenaran. Apalagi firasat seorang wanita pada pasangan. Kemungkinan benar pasti nyaris seratus persen. Serena bergegas mendekat untuk menuntaskan rasa penasarannya. Wajah prianya begitu kentara berbinar penuh bahagia. Senyum itu seakan mewakili bahasa tubuh yang jujur. “Mas ... kok, pembelinya tidak disuruh masuk? Kenapa hanya di depan pintu begitu? Tidak sopan menyambut pembeli seperti itu,” ucap Rena tiba-tiba yang sudah berada di antara mereka. Membuat ketiga orang di depannya menoleh secara bersamaan.Thifa memaksa bibirnya tersenyum untuk menyembunyikan perasaan takut sekaligus cemas. Ya, ia takut apabila hatinya harus kehilangan dan tidak bisa melihat pria di depannya jika hubungannya terbuka. Ia sengaja menatap arah lain untuk menghindari tatapan Mbak Rena yang selalu terlihat penuh bahagia bisa memiliki Mas Aksa sepenuhnya.