WANITA PANGGILAN 33 A
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Pilihan tersulit dalam hidup adalah tentang memilih cinta dari dua wanita yang sangat berarti dan segala-galanya. Namun, satu ikatan batin akan mampu mengalahkan perasaan dua insan yang tengah kasmaran. Meski terbagi sama rata, tetapi bila dihadapkan satu pilihan yang tersisa hanyalah luka semata.
Lian merasakan benturan hebat akan hal itu. Separuh dinding hatinya telah hancur lebur. Karena sampai kapan pun, logikanya dipastikan akan memilih sang ibu–wanita yang telah berjuang untuknya dalam keadaan sepahit apa pun.
Akan tetapi, akalnya juga bisa menggila jika tidak melihat Mayasha untuk selamanya. Apalagi harus melupakan semua kenangan yang telah terlanjur menguat dalam ingatan.
"Apa yang harus aku lakukan?" Lian masih saja bertanya tentang jawaban yang m
WANITA PANGGILAN 33 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira "Maafkan aku, Key ... aku tidak bisa cerita tetang diriku yang dipastikan tidak akan mampu membawa Mayasha berlayar berdua dalam satu perahu. Tolong maafkan aku ...," sesalnya dalam hati, lalu melanjutkan makan siang dan menghabiskan waktu dengan bekerja hingga malam menjelang. Lian ingin segera menyelesaikan semua pekerjaannya secepat mungkin untuk menemui sang kekasih. Lembar demi lembar laporan perkembangan swalayan menjadi pusat perhatiannya. Kehadiran Keya di waktu yang tepat sangat meringankan pekerjaannya. ~ Ketika dua insan itu saling menelan duri, di tempat lain ada seseorang yang tengah berbahagia. Di mana pria itu merasa puas telah membuat Lian menyerah tanpa perlawanan. Nevan bisa menebak kalau sekarang hatinya pasti pecah dan hancur kare
WANITA PANGGILAN 34 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Keinginan yang tidak sejalan membuatnya berubah menjadi penipu hati. Seandainya saja ada jalan lain untuk bisa bersama, maka apa pun itu akan ia lakukan asal tidak membuat Mayasha terluka. "Apa yang harus aku katakan? Sementara cinta ini terus menguat?" batinnya terus bertanya untuk mencari jalan keluar. Namun, tidak pernah menemukan jawaban. Wanita yang mulai merasa ada keanehan akan sikap prianya, perlahan menarik diri dari pelukan. Ia menatap prianya lekat, mulai dari wajah, lalu kedua matanya memaksa bertemu untuk mencari sesuatu yang mengganjal hati. "Kamu kenapa? Kok, sikapmu jadi aneh?" tanya Mayasha. Ia terus menatap mata bening sang pria untuk mencari bayang dirinya. Namun, bayang itu seakan goyah bersamaan pandang mata yang bergerak liar tidak tentu arah. &nb
WANITA PANGGILAN 34 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lamunan itu membuat dirinya tidak menyadari kehadiran Lian di belakangnya. Mayasha terlalu fokus pada mimpi dan bayangannya. Lian yang memang telah selesai membersihkan diri dan melihat ada sepasang baju, jadi bisa mempercepat geraknya untuk segera menyusul wanitanya. Seperti sekarang .... Pria itu masih saja menatap punggung rapuh wanitanya dari belakang. Ini adalah pertama kali melihat Mayasha memasak. Pelan tapi pasti, sang pria mendekat dan memeluknya dari belakang. Ia bahkan dengan sengaja menyenderkan kepala di bahu wanitanya. "Akhirnya aku bisa lihat kamu masak," ucapnya. Ada bahagia dan sekaligus sedih di satu waktu. Mayasha hanya tersenyum menanggapi ucapan pria yang kini berubah manja. Namun, cukup berhasil membuatnya meras
WANITA PANGGILAN 35 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Seketika Lian menahan dadanya yang tiba-tiba penuh sesak. Satu pesan yang masuk di ponselnya pun kian menghabiskan seluruh napasnya. Ibu [Ibu tunggu dua hari lagi untuk mengakhiri segalanya. Kamu cepatlah pulang, jangan keluar malem terus.] Membaca sekilas pun langsung membuat nyeri. Lian memasukkan ponsel ke saku celana, lalu beranjak untuk pulang. Akan tetapi, langkahnya terhenti karena merasa ada yang menahan tangannya. Wanita yang begitu ia cintai tengah menatapnya dengan mata memburam. Ia berharap bisa leluasa untuk merengkuh tubuh rapuh itu dalam dekapan. Namun, dua hari ke depan akan menjadi yang terakhir. "Maafkan aku, May ... sungguh aku mencintaimu lebih dari apa pun. Tapi ada hati yang sudah menjadi satu keharusan untuk ditemp
WANITA PANGGILAN 35 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Pertemuan malam ini pun membuat senyumnya merekah di sudut bibir. Kesiapan untuk terluka kedua kali mungkin belum sempurna, tetapi dirinya ingin melewatkan setiap momen kebersamaan tanpa dijajah pikiran yang melumpuhkan logika. Setelah mengunci rumah sembari membayangkan kebersamaan yang baru saja terjadi, Mayasha ikut mendaratkan tubuhnya di sofa. Sesekali matanya melirik temannya yang tengah memejamkan kedua matanya. "El, kamu tidur? Kalau tidur di kamar gih ...." Wanita yang masih merasakan aroma wangi sang pria mencolek pundak Elena agar pindah ke kamar utama. Elena yang hanya pura-pura tidur langsung duduk bersandar di punggung sofa. Menatap teman yang beberapa tahun terakhir dikenalnya. Lika-liku kehidupan seorang Mayasha sebelum dan sesudah ini sangatlah penuh ker
WANITA PANGGILAN 36 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sang ibu menarik napasnya dalam sebelum memberikan keputusan yang masih akan sama. Jemarinya menyentuh pundak yang masih diguncang isak tangis, sesekali meremasnya. "Ibu tidak masalah jika Mayasha itu terlahir dari wanita seperti apa dan dari keluarga seperti apa. Ibu akan menerima dengan tangan terbuka apa pun keadaannya. Bahkan jika dia wanita miskin dan tidak berpendidikan pun, Ibu akan memeluknya. Tapi, dia wanita panggilan, Li ... hanya itu yang tidak bisa Ibu terima. Ibu harap kamu nanti akan mengerti. Awalnya memang sulit, lama kelamaan nanti kamu akan terbiasa. Ibu tidak mau kamu menceburkan diri pada lumpur yang jelas berbau," terang sang ibu panjang kali lebar. Ada rasa ingin ikut menangis melihat Lian serapuh ini dengan keputusannya. Lian hanya menatap nanar wanita yang menjadi malaikatnya.
WANITA PANGGILAN 36 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Tangannya gesit mencari nomor Mayasha dalam kontak, lalu mengirimnya ke ponsel sendiri. Urutan pesan-pesan sebelumnya membuat hati wanita yang ingin anaknya bahagia dengan wanita baik-baik langsung tersentil tepat di jantungnya. Ia tidak menyangka kalau Lian memiliki pikiran yang begitu tenang dan mau menerima apa adanya seorang Mayasha. "Jadi, Lian mengajak berjuang bersama?" Wanita bergelar ibu itu tertawa. "Apa sedalam itu kah rasa yang mereka miliki? Hingga mata hatinya menjadi buta?" ucapnya lagi lalu menghapus kiriman pesan terakhir. Setidaknya Lian tidak tahu kalau dirinya mengirimkan kontak Mayasha. Setelah mendapat apa yang diinginkan, wanita itu melirik wajah anaknya. Terlihat jelas sekali guratan di bawah matanya. Mungkin semalam
WANITA PANGGILAN 37 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Dengan mengendarai roda dua yang sama persis seperti kepunyaan anaknya, wanita itu melaju dengan kecepatan sedang. Bisikin angin serupa nyanyian menerpa pori-pori. Kesejukan angin pagi mampu mengindari perdebatan antar hati dan juga keadaan. Sementara di rumah, Mayasha yang hendak membersihkan diri menjadi tertahan langkahnya untuk menuju kamar mandi. Ponsel di meja seakan menarik perhatiannya. Jemarinya pun lincah membuka kotak pesan. Mendapati ada beberapa pesan, dirinya kembali terduduk di tepi ranjang dan membacanya. Satu pesan ucapan selamat pagi dan tanda cinta melengkungkan bibirnya menjadi senyuman manis. "Dasar pria aneh. Kalau ada maunya saja bisa menulis pesan semanis ini. Bikin jadi diabetes," ujarnya lirih. Akan te