WANITA PANGGILAN 34 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Lamunan itu membuat dirinya tidak menyadari kehadiran Lian di belakangnya. Mayasha terlalu fokus pada mimpi dan bayangannya.
Lian yang memang telah selesai membersihkan diri dan melihat ada sepasang baju, jadi bisa mempercepat geraknya untuk segera menyusul wanitanya. Seperti sekarang ....
Pria itu masih saja menatap punggung rapuh wanitanya dari belakang. Ini adalah pertama kali melihat Mayasha memasak. Pelan tapi pasti, sang pria mendekat dan memeluknya dari belakang. Ia bahkan dengan sengaja menyenderkan kepala di bahu wanitanya.
"Akhirnya aku bisa lihat kamu masak," ucapnya. Ada bahagia dan sekaligus sedih di satu waktu.
Mayasha hanya tersenyum menanggapi ucapan pria yang kini berubah manja. Namun, cukup berhasil membuatnya meras
WANITA PANGGILAN 35 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Seketika Lian menahan dadanya yang tiba-tiba penuh sesak. Satu pesan yang masuk di ponselnya pun kian menghabiskan seluruh napasnya. Ibu [Ibu tunggu dua hari lagi untuk mengakhiri segalanya. Kamu cepatlah pulang, jangan keluar malem terus.] Membaca sekilas pun langsung membuat nyeri. Lian memasukkan ponsel ke saku celana, lalu beranjak untuk pulang. Akan tetapi, langkahnya terhenti karena merasa ada yang menahan tangannya. Wanita yang begitu ia cintai tengah menatapnya dengan mata memburam. Ia berharap bisa leluasa untuk merengkuh tubuh rapuh itu dalam dekapan. Namun, dua hari ke depan akan menjadi yang terakhir. "Maafkan aku, May ... sungguh aku mencintaimu lebih dari apa pun. Tapi ada hati yang sudah menjadi satu keharusan untuk ditemp
WANITA PANGGILAN 35 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Pertemuan malam ini pun membuat senyumnya merekah di sudut bibir. Kesiapan untuk terluka kedua kali mungkin belum sempurna, tetapi dirinya ingin melewatkan setiap momen kebersamaan tanpa dijajah pikiran yang melumpuhkan logika. Setelah mengunci rumah sembari membayangkan kebersamaan yang baru saja terjadi, Mayasha ikut mendaratkan tubuhnya di sofa. Sesekali matanya melirik temannya yang tengah memejamkan kedua matanya. "El, kamu tidur? Kalau tidur di kamar gih ...." Wanita yang masih merasakan aroma wangi sang pria mencolek pundak Elena agar pindah ke kamar utama. Elena yang hanya pura-pura tidur langsung duduk bersandar di punggung sofa. Menatap teman yang beberapa tahun terakhir dikenalnya. Lika-liku kehidupan seorang Mayasha sebelum dan sesudah ini sangatlah penuh ker
WANITA PANGGILAN 36 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sang ibu menarik napasnya dalam sebelum memberikan keputusan yang masih akan sama. Jemarinya menyentuh pundak yang masih diguncang isak tangis, sesekali meremasnya. "Ibu tidak masalah jika Mayasha itu terlahir dari wanita seperti apa dan dari keluarga seperti apa. Ibu akan menerima dengan tangan terbuka apa pun keadaannya. Bahkan jika dia wanita miskin dan tidak berpendidikan pun, Ibu akan memeluknya. Tapi, dia wanita panggilan, Li ... hanya itu yang tidak bisa Ibu terima. Ibu harap kamu nanti akan mengerti. Awalnya memang sulit, lama kelamaan nanti kamu akan terbiasa. Ibu tidak mau kamu menceburkan diri pada lumpur yang jelas berbau," terang sang ibu panjang kali lebar. Ada rasa ingin ikut menangis melihat Lian serapuh ini dengan keputusannya. Lian hanya menatap nanar wanita yang menjadi malaikatnya.
WANITA PANGGILAN 36 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Tangannya gesit mencari nomor Mayasha dalam kontak, lalu mengirimnya ke ponsel sendiri. Urutan pesan-pesan sebelumnya membuat hati wanita yang ingin anaknya bahagia dengan wanita baik-baik langsung tersentil tepat di jantungnya. Ia tidak menyangka kalau Lian memiliki pikiran yang begitu tenang dan mau menerima apa adanya seorang Mayasha. "Jadi, Lian mengajak berjuang bersama?" Wanita bergelar ibu itu tertawa. "Apa sedalam itu kah rasa yang mereka miliki? Hingga mata hatinya menjadi buta?" ucapnya lagi lalu menghapus kiriman pesan terakhir. Setidaknya Lian tidak tahu kalau dirinya mengirimkan kontak Mayasha. Setelah mendapat apa yang diinginkan, wanita itu melirik wajah anaknya. Terlihat jelas sekali guratan di bawah matanya. Mungkin semalam
WANITA PANGGILAN 37 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Dengan mengendarai roda dua yang sama persis seperti kepunyaan anaknya, wanita itu melaju dengan kecepatan sedang. Bisikin angin serupa nyanyian menerpa pori-pori. Kesejukan angin pagi mampu mengindari perdebatan antar hati dan juga keadaan. Sementara di rumah, Mayasha yang hendak membersihkan diri menjadi tertahan langkahnya untuk menuju kamar mandi. Ponsel di meja seakan menarik perhatiannya. Jemarinya pun lincah membuka kotak pesan. Mendapati ada beberapa pesan, dirinya kembali terduduk di tepi ranjang dan membacanya. Satu pesan ucapan selamat pagi dan tanda cinta melengkungkan bibirnya menjadi senyuman manis. "Dasar pria aneh. Kalau ada maunya saja bisa menulis pesan semanis ini. Bikin jadi diabetes," ujarnya lirih. Akan te
WANITA PANGGILAN 37 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Helaan napas terus terasa ketika dirinya mempersiapkan diri bertemu Tante Elsa dengan dandanan sederhana. Gaun model terusan hingga rok dengan bahan satin melekat sempurna di tubuh rampingnya. Warna yang menyerupai kulit membuat Mayasha tampil cantik dan elegan. Rambut sengaja dibiarkan tergerai, juga bibir tipisnya hanya diolesi pelembab bibir. Cantik. Tepat setelah selesai berdandan, satu pesan menghiasi ponsel yang tergeletak di meja. Jemari halus dan mulus itu bergegas mengambil dan membukanya. Satu pesan dari wanita yang akan segera menemuinya menghiasi layar ponsel. Tante Elsa [Maaf, saya sudah berada di rumah yang disebutkan sama kamu. Rumahmu yang catnya warna apa?] Mayasha bergegas keluar kamar untuk menemui wanita yang mengingatkan sosok seorang i
WANITA PANGGILAN 38 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Ibunya lian tampak berpikir. Namun, tidak ada pilihan lain untuk meringankan luka keduanya. Tidak ada salahnya memberikan mereka kesempatan untuk menikmati waktu yang tersisa. "Em, boleh ... kamu boleh menikmati waktu yang ada untuk bersama. Tentang saya tahu kabar ini itu dari pria seusia Lian yang datang ke rumah memberi tahu tentangmu. Namanya Nevan. Ya sudah, karena urusan sudah selesai, saya pamit pulang. Saya berharap kamu bisa bertemu cinta yang satu profesi," ucapnya lalu pergi. Mayasha menatap ibunya Lian yang mulai menjauh dari pandangan dengan hati nyeri. Setelah memastikan tidak terlihat, ia kembali ke rumah. Setelah pintu tertutup, tubuhnya langsung meluruh ke lantai. Seketika tangisnya pecah karena hatinya yang sangat terluka. Dada yang kian memanas membuat napasnya
WANITA PANGGILAN 38 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Di tempat lain, wanita yang ingin melupakan sejenak keadaan hatinya tengah membersihkan diri untuk menghilangkan sedikit kegelisahannya. Pertemuannya dengan Tante Elsa membuat Mayasha berada di kamar seharian. Bahkan nafsu makannya berkurang drastis. Meski begitu, ia tidak bisa berbohong kalau perutnya terasa perih. Lapar. "Aku baru ingat kalau hari ini hanya sarapan roti aja tadi pagi. Pantes perutku rasanya perih," ucapnya pada diri sendiri. Dengan kepala yang masih terlilit handuk, Mayasha melangkah menuju dapur. Ia memilih membuat susu lebih dulu untuk menghangatkan tubuh dan hatinya. Sedangkan kepalanya sudah sedikit lebih baik setelah membersihkan diri. Ketika tangannya baru meletakkan gelas di meja, tiba-tiba telinganya mendengar suara ketukan