WANITA PANGGILAN 37 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Helaan napas terus terasa ketika dirinya mempersiapkan diri bertemu Tante Elsa dengan dandanan sederhana. Gaun model terusan hingga rok dengan bahan satin melekat sempurna di tubuh rampingnya. Warna yang menyerupai kulit membuat Mayasha tampil cantik dan elegan. Rambut sengaja dibiarkan tergerai, juga bibir tipisnya hanya diolesi pelembab bibir. Cantik.
Tepat setelah selesai berdandan, satu pesan menghiasi ponsel yang tergeletak di meja. Jemari halus dan mulus itu bergegas mengambil dan membukanya. Satu pesan dari wanita yang akan segera menemuinya menghiasi layar ponsel.
Tante Elsa
[Maaf, saya sudah berada di rumah yang disebutkan sama kamu. Rumahmu yang catnya warna apa?]
Mayasha bergegas keluar kamar untuk menemui wanita yang mengingatkan sosok seorang i
WANITA PANGGILAN 38 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Ibunya lian tampak berpikir. Namun, tidak ada pilihan lain untuk meringankan luka keduanya. Tidak ada salahnya memberikan mereka kesempatan untuk menikmati waktu yang tersisa. "Em, boleh ... kamu boleh menikmati waktu yang ada untuk bersama. Tentang saya tahu kabar ini itu dari pria seusia Lian yang datang ke rumah memberi tahu tentangmu. Namanya Nevan. Ya sudah, karena urusan sudah selesai, saya pamit pulang. Saya berharap kamu bisa bertemu cinta yang satu profesi," ucapnya lalu pergi. Mayasha menatap ibunya Lian yang mulai menjauh dari pandangan dengan hati nyeri. Setelah memastikan tidak terlihat, ia kembali ke rumah. Setelah pintu tertutup, tubuhnya langsung meluruh ke lantai. Seketika tangisnya pecah karena hatinya yang sangat terluka. Dada yang kian memanas membuat napasnya
WANITA PANGGILAN 38 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Di tempat lain, wanita yang ingin melupakan sejenak keadaan hatinya tengah membersihkan diri untuk menghilangkan sedikit kegelisahannya. Pertemuannya dengan Tante Elsa membuat Mayasha berada di kamar seharian. Bahkan nafsu makannya berkurang drastis. Meski begitu, ia tidak bisa berbohong kalau perutnya terasa perih. Lapar. "Aku baru ingat kalau hari ini hanya sarapan roti aja tadi pagi. Pantes perutku rasanya perih," ucapnya pada diri sendiri. Dengan kepala yang masih terlilit handuk, Mayasha melangkah menuju dapur. Ia memilih membuat susu lebih dulu untuk menghangatkan tubuh dan hatinya. Sedangkan kepalanya sudah sedikit lebih baik setelah membersihkan diri. Ketika tangannya baru meletakkan gelas di meja, tiba-tiba telinganya mendengar suara ketukan
WANITA PANGGILAN 39 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lelehan air mata yang sejak tadi tertahan kini menetes tipis membasahi pipi. Lian segera mendongak untuk membendung agar tidak jatuh semakin deras. Lalu merenggangkan dekapan dan terus mencoba kuat. Cinta membuat keduanya rela menahan semua lara hanya untuk terlihat baik-baik saja. "May ... apa pun yang aku lakukan padamu, percayalah tidak akan mengubah atau mengurangi kadar cinta ini. Selamanya hanya kamu yang ada di sini, di hatiku. Tidak akan pernah ada yang lain selain dirimu. Aku akan melakukan apa pun untuk membuatmu bahagia. I Love you ...," ujar sang pria sembari mengusap lembut pipi wanita di depannya yang menatap penuh cinta. Mayasha tidak tahu harus berkata apa. Memang beginilah rasa sakitnya ketika harus melepas dalam diam orang yang kita cintai. Sakit tapi tidak bisa memaki. Meski terdiam menaha
WANITA PANGGILAN 39 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lian tidak pernah melepaskan kecupan sedetik pun, meski tangannya berusaha melepaskan pengait bra yang menutupi dua gundukan paling indah di dunia. Setelah terlepas, Lian merebahkan pelan tubuh Mayasha di ranjang kamar yang mungkin akan menjadi saksi bisu sakitnya patah hati. "Kamu cantik, Sayang ... aku bahagia bisa melihat apa yang menjadi kebangganmu selama ini," puji Lian saat menatap haru setengah tubuh yang tanpa penghalang. Kulit putih dan mulusnya sepadan dengan wajah wanitanya yang mempesona. Wanita yang tengah menatap dada bidang sang pria pun memuji bentuk tubuh yang terlihat menggoda. Mayasha baru tahu kalau tubuh Lian begitu indah, apalagi area perutnya yang terlihat seperti binaragawan. Ia berpikir kalau prianya sering melakukan olah raga. "Tubu
WANITA PANGGILAN 40 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sang pria hanya tertunduk. Dalam hati ia merutuki sikap gilanya sekarang. Meski tinggal selangkah lagi bisa memiliki Mayasha seutuhnya, tetapi nuraninya menolak mengambil dengan cara seperti ini. "Maaf, Sayang ... aku tidak bisa melakukannya dengan cara seperti ini. Aku ingin mengambil sesuatu itu dengan cara yang seharusnya. Maafkan aku ...," jawab sang pria, suaranya terdengar begitu menyesal. Mayasha yang tahu hal ini akan terjadi kemudian bangkit dari tidurnya. Lalu mengusap lembut wajah pria yang akan membuatnya mati perlahan karena terlalu mencintainya. "Hei ... kamu nggak perlu minta maaf. Harusnya aku yang sadar diri. Kamu berani membuatku begini saja, itu sudah cukup. Aku bahagia kamu bisa menyentuh dan menikmati satu per satu yang ada pada
WANITA PANGGILAN 40 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mayasha hanya bisa pasrah menerima kemauan prianya. Meskipun nanti tidak tahu harus diapakan pemberian itu. Setidaknya ia ingin menjadi wanita lebih baik dengan menghasilkan uang dari keringat sendiri tanpa menawarkan tubuhnya lagi. "Baiklah. Aku akan menerima. Tapi, kalau sekarang kita makan gimana? Aku lapar ...," pinta Mayasha diiringi suara cacing bernyanyi dalam perutnya. Pria yang ikut mendengar suara itu menjadi tertawa. Namun, raganya memilih bangkit dibarengi sang wanita. Lian sengaja mengambilkan baju kaus yang tergeletak di lantai, lalu memakaikannya pada Mayasha. Ketika wanitanya sudah terlabut sempurna, giliran ia sibuk memakai bajunya. "Makasih, Sayang ...," ucap Mayasha, lalu mengecup singkat bibir prianya sebelum beranjak pergi. "Aku keluar dulu. Mau buat mi aja yang cepet. Kamu m
WANITA PANGGILAN 41 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lian merasa terharu mendengar ucapan yang keluar dari kejujuran seorang Mayasha. Bahkan kecupan singkat yang terasa begitu hangat tidak mampu menahan bulir bening yang ingin menerobos keluar. Namun, ia tidak ingin wanitanya melihat sisi kerapuhan yang sebenarnya. Sebelum Mayasha menarik diri dan melepas kehangatan, Lian sigap menahan pinggang ramping wanitanya agar tetap di posisi yang sama. Bahkan tangannya sengaja merapatkan jarak agar lebih dekat. Tanpa aba-aba, bibir keduanya kembali berpagut mesra di bawah langit malam yang bertaburan bintang. Udara malam yang membelai kulit tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk terus mencari kehangatan sebelum terjadi perpisahan yang akan menorehkan luka kerinduan. Walaupun kedua
WANITA PANGGILAN 41 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Wanita yang memutuskan menepi itu menata ulang semua barang berharga miliknya dalam satu wadah. Mayasha ingin meminta Elena untuk menyimpan dan menggunakan untuk hal yang lebih bermanfaat. Meskipun ia sadar mendapatkannya dengan cara hina. Setelah selesai, wanita yang tidak punya kesiapan penuh menjalani hari esok mengambil selembar kertas, lalu jemarinya mulai menari indah merangkai pesan untuk sahabat terbaiknya yang selama ini menemani dalam suka dan duka. "Maafkan aku, El ... mungkin ini adalah akhir kisah kita. Aku janji tidak akan melupakan segala kebaikanmu selama berada di titik rendah hingga kini kembali ke titik semula. Hanya ini caraku mencintai seorang pria seperti Lian Erza. Maaf, karena aku selalu merepotkanmu," ucap Mayasha sembari menulis isi hatinya. Bulir