WANITA PANGGILAN 41 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Wanita yang memutuskan menepi itu menata ulang semua barang berharga miliknya dalam satu wadah. Mayasha ingin meminta Elena untuk menyimpan dan menggunakan untuk hal yang lebih bermanfaat. Meskipun ia sadar mendapatkannya dengan cara hina.
Setelah selesai, wanita yang tidak punya kesiapan penuh menjalani hari esok mengambil selembar kertas, lalu jemarinya mulai menari indah merangkai pesan untuk sahabat terbaiknya yang selama ini menemani dalam suka dan duka.
"Maafkan aku, El ... mungkin ini adalah akhir kisah kita. Aku janji tidak akan melupakan segala kebaikanmu selama berada di titik rendah hingga kini kembali ke titik semula. Hanya ini caraku mencintai seorang pria seperti Lian Erza. Maaf, karena aku selalu merepotkanmu," ucap Mayasha sembari menulis isi hatinya.
Bulir
WANITA PANGGILAN 42 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Ketika langit mulai kelabu, wanita yang berusaha menantang kehidupan kedua kali telah bersiap melangkah meniti keputusan baru. Keputusan yang menggulung semua mimpi untuk hidup bahagia seperti pasangan lain pada umumnya bersama pria pujaan. Baju kaus oblong dan celana jeans panjang membalut sempurna menutupi keindahan tubuh seorang Mayasha. Rambut panjangnya juga terikat dengan gelang karet biasa. Menampilkan sisi kesederhanaan yang hanya dapat dilihat jika berada di rumah. Mayasha melirik tas ransel yang tergeletak di dekat lemari. Baju kaos dan celana yang telah disiapkan satu jam sebelum kepergiannya kini tersimpan manis, tinggal membawa pergi. Begitu juga kenangan bersama sang pria telah terbungkus rapi dalam ingatan. "Selamat tinggal rumah impian. Maaf, jika harus meni
WANITA PANGGILAN 42 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira 'Teruntuk Elena, teman sekaligus saudaraku ... Sebelumnya aku minta maaf karena tidak bisa menyampaikan hal ini secara langsung. Ada hal yang tidak bisa aku ceritakan padamu. Jadi, aku minta maaf yang sebesar-besarnya untuk hal ini. Bukan aku tidak ingin berbagi atau sengaja menutupi, aku hanya malu karena selama ini selalu merepotkan waktumu untuk semua masalahku. El, aku sangat berterima kasih karena Tuhan mempertemukan kita beberapa tahun lalu. Bersamamu, aku belajar banyak hal tentang kehidupan. Meskipun jalan yang aku pilih jauh tersesat, tetapi kamu selalu diam dan terus setia menemani. Aku tidak bisa membayangkan jika malam itu tidak bertemu denganmu. Mungkin akhir hidupku tidak akan sejauh sekarang yang dipertemukan pria seperti Lian. Aku bahagia bisa mengenal dan menerima pria sepertinya dalam hidup. Bagiku, kamu
WANITA PANGGILAN 43 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBibir yang terus bergetar karena menahan tangis berusaha untuk tetap diam agar kepalanya bisa berpikir tenang. "Ya sudah. Aku akan segera ke sana. Kamu tunggu. Sepuluh menit aku sampai," ujar pria yang langsung mematikan sambungan telepon.Langkahnya terus berlari menuju garasi untuk mengeluarkan roda duanya. Namun, satu suara berhasil menghentikan langkahnya."Kamu mau ke mana? Sarapan dulu. Ibu sudah masak," ucap sang ibu heran karena anaknya terlihat begitu gugup dan terburu-buru."Sarapannya nanti aja, Bu. Lian mau ke tempat Mayasha. Barusan temannya telepon kalau dia pergi dari rumah," jelas Lian sembari mencium punggung tangan wanita yang menginginkan perpisahan ini."Oh, jadi dia memutuskan pergi ... bagus kalau begitu. Tidak sia-
WANITA PANGGILAN 43 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSementara Marvin dan Keya terdiam tanpa kata. Keduanya tidak menyangka kalau Yesha akan melakukan ini demi seorang Lian Erza. Soal hati memang terkadang ia tipe wanita yang mau mengalah dan tanpa banyak kata. Ia lebih sering memilih diam dan menepi untuk berpikir apa yang diributkan."Kalau gitu sekarang aku antar kamu kerja dulu. Aku mau nyusul Lian ke sana," ucap Marvin seakan meminta ruang untuk memastikan keadaan yang ada."Ya udah. Kamu hati-hati, nanti kalau ada apa-apa kasih kabar," jawab wanita yang menaiki boncengan roda dua di depannya. Sang pria pun langsung membawa Keya ke tempat kerja dengan kecepatan tinggi.Kepalanya mencoba mengingat cerita Lian di tempat parkir beberapa hari yang lalu. Pria bernama Nevan itu pernah mengancam akan membuat hidup Lian berada di ti
WANITA PANGGILAN 44 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraSedangkan Elena kini mengerti apa yang tersirat dalam suratnya. Sungguh, dirinya tidak bisa mengatakan apa pun untuk sikap yang diambil Mayasha. Ia pergi meninggalkan semua benda berharga miliknya. Hanya kendaraan yang dibawanya."Lalu mau diapakan semua barang yang ada?" tanya Elena sembari mengambil kotak perhiasan dan buku tabungan yang harus ia kembalikan pada orangnya. "Oh, ya ... ini buku tabunganmu. Mayasha memintaku untuk mengembalikan ini. Aku tidak mau menyimpannya. Tapi, kalau menempati rumah ini, aku bersedia," ucap wanita yang memang biasa bertamu di rumah ini. Jadi, ia sudah terbiasa.Lian memberikan buku itu lagi, karena memang sudah menjadi haknya. Tidak mungkin ia mengambil kembali. "Kamu simpan saja di lemari kamar Mayasha. Jika dia minta digunakan untuk anak jalanan
WANITA PANGGILAN 44 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Bayangan keasrian alam sekitar pun tidak mampu mengurangi hati yang dilanda kegelisahan. Pria yang hari ini akan menyudahi hubungannya baru mengerti jika hatinya tidak sekuat itu kehilangan Mayasha seperti ini. Berpuluh-puluh menit terlewati tanpa disadari. Marvin menghentikan roda duanya tepat di depan rumah sederhana tapi cukup memberi kenyamanan. Tanah bercampur pasir menandakan berada di daerah pesisir. Entah apa nama desanya, Lian tidak pernah tahu. Waktunya terlalu sibuk untuk bepergian seperti ini. "Ini rumahnya, Vin?" tanya Lian, lalu turun dari roda duanya. Kedua matanya menatap suasana pedesaan yang masih benar-benar minim fasilitas seperti tempat tinggalnya. "Iya. Ini benar rumahnya?" Elena tidak ketinggalan ingin tahu. Marvi
WANITA PANGGILAN 45 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mereka semua kembali ke rumah dengan melajukan kendaraan secara iring-iringan agar saling melindungi. Walau hasil mengecewakan, tetapi setidaknya sudah berusaha mencari sebisa mungkin. Pria yang tengah meratapi kesalahannya menatap nanar pepohonan yang berjejer di pinggir persawahan. Bayang wajah Mayasha yang datang sekelebat membuat pikirannya mengembara jauh. Rasa khawatir yang kian dalam menambah dada semakin penuh sesak. "Bertahanlah, May ... aku janji akan membuat ibuku menerima hubungan kita meski harus membutuhkan waktu yang sangat panjang. Aku akan rela menunggu hingga saat itu tiba," ucap Lian lirih sembari menatap nanar pasangan remaja yang menyalip angkuh di sampingnya. Kemesaraan mereka menambah rasa iri karena dirinya hanya memiliki sepotong kenangan tentang kebersamaan.
WANITA PANGGILAN 45 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Belum usai merasakan nyeri, Marvin ikut mendaratkan satu pukulan di pipi satunya. Biar tidak ada yang iri. Dada yang sejak pagi memanas, sekarang terasa lebih baik setelah memberikan satu pukulan. "Itu akibat ulahmu yang bertindak gegabah karena berani menemui Tante Elsa. Kau tahu, kau berhasil membuat hubungan keduanya berantakan. Kau pasti senang karena ulahmu juga, Mayasha kini pergi dan tidak ada yang tahu ke mana. Lain kali, kalau mau bertindak soal hati itu dipikir lima kali. Jangan kayak bocah yang suka mengadu!" jelas Marvin sembari mendekatkan wajahnya ke arah pria yang tengah memegangi pipinya. Lian pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menumpahkan segala amarah. Hanya kepada Nevan lah ia bisa menyalahkan segala kemelut di hatinya. "Apa kau puas