WANITA PANGGILAN 40 A
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Sang pria hanya tertunduk. Dalam hati ia merutuki sikap gilanya sekarang. Meski tinggal selangkah lagi bisa memiliki Mayasha seutuhnya, tetapi nuraninya menolak mengambil dengan cara seperti ini.
"Maaf, Sayang ... aku tidak bisa melakukannya dengan cara seperti ini. Aku ingin mengambil sesuatu itu dengan cara yang seharusnya. Maafkan aku ...," jawab sang pria, suaranya terdengar begitu menyesal.
Mayasha yang tahu hal ini akan terjadi kemudian bangkit dari tidurnya. Lalu mengusap lembut wajah pria yang akan membuatnya mati perlahan karena terlalu mencintainya.
"Hei ... kamu nggak perlu minta maaf. Harusnya aku yang sadar diri. Kamu berani membuatku begini saja, itu sudah cukup. Aku bahagia kamu bisa menyentuh dan menikmati satu per satu yang ada pada
WANITA PANGGILAN 40 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mayasha hanya bisa pasrah menerima kemauan prianya. Meskipun nanti tidak tahu harus diapakan pemberian itu. Setidaknya ia ingin menjadi wanita lebih baik dengan menghasilkan uang dari keringat sendiri tanpa menawarkan tubuhnya lagi. "Baiklah. Aku akan menerima. Tapi, kalau sekarang kita makan gimana? Aku lapar ...," pinta Mayasha diiringi suara cacing bernyanyi dalam perutnya. Pria yang ikut mendengar suara itu menjadi tertawa. Namun, raganya memilih bangkit dibarengi sang wanita. Lian sengaja mengambilkan baju kaus yang tergeletak di lantai, lalu memakaikannya pada Mayasha. Ketika wanitanya sudah terlabut sempurna, giliran ia sibuk memakai bajunya. "Makasih, Sayang ...," ucap Mayasha, lalu mengecup singkat bibir prianya sebelum beranjak pergi. "Aku keluar dulu. Mau buat mi aja yang cepet. Kamu m
WANITA PANGGILAN 41 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lian merasa terharu mendengar ucapan yang keluar dari kejujuran seorang Mayasha. Bahkan kecupan singkat yang terasa begitu hangat tidak mampu menahan bulir bening yang ingin menerobos keluar. Namun, ia tidak ingin wanitanya melihat sisi kerapuhan yang sebenarnya. Sebelum Mayasha menarik diri dan melepas kehangatan, Lian sigap menahan pinggang ramping wanitanya agar tetap di posisi yang sama. Bahkan tangannya sengaja merapatkan jarak agar lebih dekat. Tanpa aba-aba, bibir keduanya kembali berpagut mesra di bawah langit malam yang bertaburan bintang. Udara malam yang membelai kulit tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk terus mencari kehangatan sebelum terjadi perpisahan yang akan menorehkan luka kerinduan. Walaupun kedua
WANITA PANGGILAN 41 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Wanita yang memutuskan menepi itu menata ulang semua barang berharga miliknya dalam satu wadah. Mayasha ingin meminta Elena untuk menyimpan dan menggunakan untuk hal yang lebih bermanfaat. Meskipun ia sadar mendapatkannya dengan cara hina. Setelah selesai, wanita yang tidak punya kesiapan penuh menjalani hari esok mengambil selembar kertas, lalu jemarinya mulai menari indah merangkai pesan untuk sahabat terbaiknya yang selama ini menemani dalam suka dan duka. "Maafkan aku, El ... mungkin ini adalah akhir kisah kita. Aku janji tidak akan melupakan segala kebaikanmu selama berada di titik rendah hingga kini kembali ke titik semula. Hanya ini caraku mencintai seorang pria seperti Lian Erza. Maaf, karena aku selalu merepotkanmu," ucap Mayasha sembari menulis isi hatinya. Bulir
WANITA PANGGILAN 42 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Ketika langit mulai kelabu, wanita yang berusaha menantang kehidupan kedua kali telah bersiap melangkah meniti keputusan baru. Keputusan yang menggulung semua mimpi untuk hidup bahagia seperti pasangan lain pada umumnya bersama pria pujaan. Baju kaus oblong dan celana jeans panjang membalut sempurna menutupi keindahan tubuh seorang Mayasha. Rambut panjangnya juga terikat dengan gelang karet biasa. Menampilkan sisi kesederhanaan yang hanya dapat dilihat jika berada di rumah. Mayasha melirik tas ransel yang tergeletak di dekat lemari. Baju kaos dan celana yang telah disiapkan satu jam sebelum kepergiannya kini tersimpan manis, tinggal membawa pergi. Begitu juga kenangan bersama sang pria telah terbungkus rapi dalam ingatan. "Selamat tinggal rumah impian. Maaf, jika harus meni
WANITA PANGGILAN 42 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira 'Teruntuk Elena, teman sekaligus saudaraku ... Sebelumnya aku minta maaf karena tidak bisa menyampaikan hal ini secara langsung. Ada hal yang tidak bisa aku ceritakan padamu. Jadi, aku minta maaf yang sebesar-besarnya untuk hal ini. Bukan aku tidak ingin berbagi atau sengaja menutupi, aku hanya malu karena selama ini selalu merepotkan waktumu untuk semua masalahku. El, aku sangat berterima kasih karena Tuhan mempertemukan kita beberapa tahun lalu. Bersamamu, aku belajar banyak hal tentang kehidupan. Meskipun jalan yang aku pilih jauh tersesat, tetapi kamu selalu diam dan terus setia menemani. Aku tidak bisa membayangkan jika malam itu tidak bertemu denganmu. Mungkin akhir hidupku tidak akan sejauh sekarang yang dipertemukan pria seperti Lian. Aku bahagia bisa mengenal dan menerima pria sepertinya dalam hidup. Bagiku, kamu
WANITA PANGGILAN 43 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBibir yang terus bergetar karena menahan tangis berusaha untuk tetap diam agar kepalanya bisa berpikir tenang. "Ya sudah. Aku akan segera ke sana. Kamu tunggu. Sepuluh menit aku sampai," ujar pria yang langsung mematikan sambungan telepon.Langkahnya terus berlari menuju garasi untuk mengeluarkan roda duanya. Namun, satu suara berhasil menghentikan langkahnya."Kamu mau ke mana? Sarapan dulu. Ibu sudah masak," ucap sang ibu heran karena anaknya terlihat begitu gugup dan terburu-buru."Sarapannya nanti aja, Bu. Lian mau ke tempat Mayasha. Barusan temannya telepon kalau dia pergi dari rumah," jelas Lian sembari mencium punggung tangan wanita yang menginginkan perpisahan ini."Oh, jadi dia memutuskan pergi ... bagus kalau begitu. Tidak sia-
WANITA PANGGILAN 43 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSementara Marvin dan Keya terdiam tanpa kata. Keduanya tidak menyangka kalau Yesha akan melakukan ini demi seorang Lian Erza. Soal hati memang terkadang ia tipe wanita yang mau mengalah dan tanpa banyak kata. Ia lebih sering memilih diam dan menepi untuk berpikir apa yang diributkan."Kalau gitu sekarang aku antar kamu kerja dulu. Aku mau nyusul Lian ke sana," ucap Marvin seakan meminta ruang untuk memastikan keadaan yang ada."Ya udah. Kamu hati-hati, nanti kalau ada apa-apa kasih kabar," jawab wanita yang menaiki boncengan roda dua di depannya. Sang pria pun langsung membawa Keya ke tempat kerja dengan kecepatan tinggi.Kepalanya mencoba mengingat cerita Lian di tempat parkir beberapa hari yang lalu. Pria bernama Nevan itu pernah mengancam akan membuat hidup Lian berada di ti
WANITA PANGGILAN 44 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraSedangkan Elena kini mengerti apa yang tersirat dalam suratnya. Sungguh, dirinya tidak bisa mengatakan apa pun untuk sikap yang diambil Mayasha. Ia pergi meninggalkan semua benda berharga miliknya. Hanya kendaraan yang dibawanya."Lalu mau diapakan semua barang yang ada?" tanya Elena sembari mengambil kotak perhiasan dan buku tabungan yang harus ia kembalikan pada orangnya. "Oh, ya ... ini buku tabunganmu. Mayasha memintaku untuk mengembalikan ini. Aku tidak mau menyimpannya. Tapi, kalau menempati rumah ini, aku bersedia," ucap wanita yang memang biasa bertamu di rumah ini. Jadi, ia sudah terbiasa.Lian memberikan buku itu lagi, karena memang sudah menjadi haknya. Tidak mungkin ia mengambil kembali. "Kamu simpan saja di lemari kamar Mayasha. Jika dia minta digunakan untuk anak jalanan